-4- Tragedi Pembantaian & Seorang Jurnalis Bermata Spesial

16 8 8
                                    


Ternyata, begitulah cara alam semesta bekerja di bawah naungan pencipta-Nya. Selama ini, aku hanya memerlukan satu memori buruk itu. Dan sekarang, aku sudah berhasil menemukannya.

-Yara Kallenberg-

-☆-

Apakah kalian percaya, jika aku mengatakan bahwa aku akan tiada jika tidak kabur dari desa ini hari ini juga?

Ya, tepat!!

Aku sangat tidak percaya.

Dan lihatlah, Sahabatku baru saja mengatakannya. Memangnya, dia peramal? Memangnya, apa yang akan terjadi besok di desa?

"Aku berkata jujur dan seadanya, Yara..." ucap Haveny masih membujukku untuk kabur dari desa ini bersama penduduk desa lainnya, hari ini juga.

"Sudahlah, Havy. Aku lelah untuk tertawa karena mendengar ucapanmu itu. Tidak akan terjadi apa-apa, Havy. Sepertinya, kamu banyak sekali berkhayal hal-hal yang aneh. Sampai-sampai, memikirkan hal itu." Aku terkekeh pelan, merasa lucu dengan kalimat perintah dari Haveny untuk melarikan diri dari desa ini. Desa Tlorhen, tempat aku lahir dan tumbuh.

"Oh, ya ampun. Bagaimana lagi aku harus mengatakannya padamu? Kamu harus pergi dari desa ini, Yara! Hari ini juga, dan juga ajaklah penduduk desa lainnya. Aku takut, besok kalian akan terkena masalah besar."

"Oke-oke. Kesampingkan semua perintahmu itu. Aku penasaran sekali, Haveny. Kenapa kamu menyuruhku untuk kabur dari desa ini? Dan bahkan, kamu tidak ikut denganku juga. Berarti, kamu akan tinggal sendirian nantinya, bukan? Memangnya kamu berani tinggal sendirian di desa ini?" tanyaku penuh curiga dan penasaran. Melihat raut wajah Haveny yang mulai serius dan cemas bukan main, membuatku merasa ada yang aneh.

"Ti-tidak. Bukan begitu. Aku hanya memperingatkan kalian saja. Karena besok... besok itu ada..." Haveny terbata-bata, ia ragu dalam menyampaikan informasi yang ia ketahui.

"Memangnya, besok akan ada apa di desa ini?"

"Em... bu-bukan apa-apa."

"Nah, sekarang berhentilah membujukku untuk pergi dari desa ini!" celetukku mendengus kesal.

"Ta-tapi, Yara... kamu harus mendengarkanku. Kamu harus pergi dari de-" aku seketika langsung menutup mulut Haveny dengan buku.

"Shut!... diam dan mari membaca buku. Kamu bercita-cita menjadi gadis yang sukses, bukan? Ayo, mulailah belajar daripada melantur tidak jelas."

~~~~~

"Tolong!..."

"Ayo, lari semuanya!!.."

"Lari..."

"Ayah, Ibu!!..."

Teriakan para penduduk desa bergema di penjuru Desa Tlorhen. Sesuatu telah terjadi, tapi aku tidak mengetahui apa itu.

"Lihat, bukan?" ujar Haveny dari belakangku. Aku berbalik, dan menatap wajah Haveny yang tampak cemas. "Aku sudah memperingatkanmu, Yara. Aku tidak mau ini terjadi pada kalian nanti. Oleh karena itu, aku menyuruh kalian untuk lari kemarin."

"Havy, kenapa kamu bisa mengetahui hal ini? Memangnya, apa yang sedang terjadi sekarang? Memangnya, apa yang akan menimpa kita semua? Dan kenapa, hanya kamu seorang yang selamat di antara kami semua?" kataku memberi beribu pertanyaan kepadanya. Jujur saja, aku belum keluar rumah sejak mendengar teriakan-teriakan penduduk desa tadi. Yah, aku tidak tahu apa yang membuat para penduduk desa ketakutan dan histeris seperti itu.

Who's Me? (END)Where stories live. Discover now