Part 34

37 11 5
                                    

"Yah, siapa pun nggak masalah," gumam Khaira.

"Ya, Tan?" tanya Avishka tidak mengerti.

"Nggak ..., bukan apa-apa," jawab Khaira singkat sembari tersenyum. "Oh iya, kemaren Tante lupa beli buah untuk bikin es buahnya. Kamu mau 'kan beliin ke supermarket sebentar?" lanjutnya.

"Mau beli buah apa aja, Tan?"

"Tunggu biar Tante catetin dulu." Khaira mengambil selembar kertas dan menuliskan apa-apa saja yang harus dibeli oleh Avishka. Setelah itu ia menyerahkannya pada gadis itu beserta beberapa lembar uang ratusan ribu.

Avishka membaca daftar buah yang harus dibelinya dan mengangguk paham. "Kalau gitu aku pergi dulu, Tan," pamitnya.

"Eh, tunggu!" tahan Khaira yang membuat gerakan Avishka terhenti. Gadis itu menoleh. "Kamu perginya bareng Arkhai, jangan pergi sendiri. Biar nanti dia yang bawa belanjaannya," perintahnya.

"Oke, Tan." Avishka kembali mengangguk.

Gadis itu berjalan menuju ruang keluarga dan menghampiri Arkhai. "Kak, anterin ke supermarket, yuk! Aku diminta mama Kakak beli buah-buahan yang mau dijadikan es buah," ujarnya.

Dahi Arkhai berkerut. "Bukannya Mama baru belanja kemaren? Masa udah habis sih buahnya? Biasanya Mama beli banyak, loh," gumamnya bingung.

"Katanya mama Kakak kelupaan belinya kemaren," jawab Avishka jujur.

Arkhai sedikit memiringkan kepalanya. "Aneh! Nggak biasanya Mama lupa," gumamnya terkesan curiga.

"Ya udah sih, Kak. Tinggal dianterin ini, kenapa kebanyakan bingungnya, sih?" cetus Ziya gemas. "Kalau Kakak nggak mau nganterin, biar Kak 'Adnan aja yang nganterin. Daripada kelamaan nungguin Kakak bengong nggak jelas," lanjutnya mencibir.

"Kamu ini!" Arkhai mencubit gemas pipi adiknya itu dan kemudian bangkit. "Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil dulu di kamar," lanjutnya beralih pada Avishka.

Avishka mengangguk. "Aku tunggu di depan," ujarnya ketika Arkhai akan menaiki anak tangga.

Gadis itu menoleh pada Ziya dan tersenyum manis. "Kamu nggak mau ikut?" tanyanya setengah berbisik.

"Nggak, ah. Aku nggak mau jadi obat nyamuk. Mending aku nunggu di rumah aja. Tapi jangan lupa beliin sesuatu untuk aku, oke?" Ziya menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk huruf O sambil mengedipkan mata.

Avishka tertawa kecil dan membentuk huruf O dengan jarinya juga. "Oke." Ia kemudian menggusak puncak rambut Ziya dengan gemas sebelum beranjak dari sana.

"Yuk!" ajak Arkhai begitu sampai di samping Avishka yang sedang menunggunya di teras.

Avishka mengangguk dan mengikuti langkah Arkhai yang berjalan menuju mobilnya yang berada di garasi. Mereka masuk ke dalam mobil dan tidak lama setelah itu mobil pun melaju perlahan meninggalkan kediaman keluarga Kurniawan.

Sesampainya di supermarket, Avishka dan Arkhai langsung masuk setelah memarkirkan mobil. Mereka langsung menuju ke bagian penjualan buah-buahan. Avishka segera mengambil troli belanja yang tersedia dan menyusuri stand-stand buah untuk mencari buah-buahan yang tertera di list yang tadi dituliskan Khaira.

"Buah apa aja yang mau dibeli?" tanya Arkhai sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Avishka berniat melihat daftar buah yang harus mereka beli.

"Semua ini." Avishka menunjukkan kertas yang dipegangnya pada Arkhai.

"Semua ini?" Arkhai membeo dengan mata sedikit terbelalak.

"Iya."

"Banyak banget? Sebenernya Mama mau bikin es buah atau mau jualan buah, sih?" gerutu Arkhai tidak mengerti.

My Last Hope (ON GOING)Where stories live. Discover now