Part 15

181 25 2
                                    

"Tu-tunggu! Kamu bilang apa barusan? 'Penyakit'? Jadi kamu masuk ke badan orang yang punya penyakit juga?" cecar Adeta.

Avishka mengangguk mengiyakan. "Miris banget 'kan nasibku? Udah mati gara-gara penyakit, sekalinya hidup lagi di badan orang yang penyakitan juga." Gadis itu tertawa hambar.

"Emang dia punya penyakit apa?" tanya Adeta penasaran.

"Jantung," jawab Avishka singkat.

"Astaga! Kenapa harus yang sulit lagi penyakit yang harus kamu tanggung, sih?" Adeta menatap Avishka prihatin.

"Ah, udahlah. Nggak usah bahas itu lagi. Aku nemuin Kakak bukannya mau sedih-sedihan." Avishka segera mengalihkan pembicaraan. "Tadinya aku pikir hari ini Kakak nggak dateng ke sini, lho. Hampir aja aku pulang kalau nggak denger obrolannya Kak Virny sama penjaga kasir tadi," ungkap Avishka.

"Yah, kami emang udah jarang ke sini, sih. Sibuk sama tugas kuliah," jawab Adeta

"Iya, tadi aku udah sempet tanya juga sama salah satu pegawai di sini. Jawaban dia sama kayak Kakak."

"Kamu udah dari tadi di sini?" tanya Adeta.

"Yah, lumayan," jawab Avishka sembari tersenyum.

"Kamu ke sini sengaja mau nemuin aku?"

"Ya gitulah. Kalau pun hari ini aku nggak ketemu sama Kakak, kemungkinan besok aku ke sini lagi," ujar Avishka sambil mengendikkan bahu.

"Kalau misalnya besok pun aku nggak ke sini?" pancing Adeta.

"Ya besok-besoknya lagi," jawab Avishka kemudian tertawa renyah. Adeta pun ikut tertawa.

"Asyik banget kayaknya?" Tiba-tiba saja pemuda yang tadi datang bersama Adeta sudah berdiri di samping gadis itu.

"Astaga! Kamu bikin kaget, Dith." Adeta mengelus dadanya. Sedangkan si tersangka hanya menatap dengan sedikit mengerutkan keningnya. "Oh, iya. Dith, kenalin. Ini Avishka. Dia katanya mau ngajakin aku duet. Vishka, ini Radith," ucap Adeta memperkenalkan Avishka pada pemuda di sampingnya.

"Hai, Kak," sapa Avishka ramah sambil mengulurkan tangannya bermaksud untuk bersalaman. Namun pemuda itu hanya memasang raut datar tanpa ada niat menyambut uluran tangan Avishka. Membuat gadis itu merasa canggung.

"Dith, kamu nggak sopan, deh." Adeta menyenggol lengan pemuda yang bernama Radith itu dengan sikunya.

Radith memutar bola matanya malas. Dengan setengah hati Radith menyambut uluran tangan Avishka dan dengan cepat melepaskannya. Avishka tertawa hambar. Tidak tahu harus berbuat apa untuk meredakan suasana canggung di antara mereka.

Avishka tersenyum jahil menatap Adeta. Ia kemudian mendekat dan berbisik, "Kak, bukannya dia cowok yang duet bareng Kakak dulu di acara pernikahanku? Dia cowok Kakak, ya?" tanyanya.

Adeta terlihat merona dan salah tingkah. "Ya ..., gitulah," jawabnya malu-malu.

"Waaah, serius? Kalian emang beneran pacaran, ya? Aku udah nebak sih sewaktu kalian nyanyi bareng waktu itu kalau kalian itu pasangan," ucap Avishka antusias.

"Dia bukan pacar gue," ucapan Radith membuat Avishka mengernyit bingung. Laki-laki itu terlihat duduk dengan santainya.

"Dith, maksud kamu apaan, sih?" Adeta nampak tersinggung.

"Kenapa? Lo emang bukan pacar gue, 'kan?" Radith justru tersenyum miring.

"Oke, kalau itu mau kamu. Itu artinya kita nggak ada hubungan apa-apa, 'kan?" Mata Adeta sudah terlihat berkaca-kaca. Ia kemudian melepaskan cincin di jari manisnya. "Ini, aku kembaliin cincin dari kamu. Yuk, Vish. Kita pergi dari sini." Adeta bangkit setelah memberikan cincinnya pada Radith.

My Last Hope (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang