Part 12

315 31 0
                                    

"Astaga! Kamu dari mana aja sih, Vish? Mama panik banget pas tau kamu nggak ada di villa, tau nggak? Kenapa nggak bilang kalau mau keluar? 'Kan bisa ditemenin sama kakak kamu," cecar Tiara begitu Avishka dan Reiki tiba di villa.

"Maaf," jawab Avishka benar-benar merasa bersalah.

"Seharusnya, kalau kamu mau pergi, kamu bilang-bilang dulu. Jadinya nggak bikin panik," Jaka menasehati.

"Iya, maaf," jawab Avishka lagi.

"Udahlah, Ma, Pa. Jangan dimarahin terus. Vishka juga nggak sengaja, 'kan? Katanya tadi dia niatnya cuma mau jalan-jalan di sekitar villa kita aja. Tapi, siapa yang tau kalau akhirnya dia malah kesasar? Dan pastinya tadi dia juga ketakutan kesasar di tempat yang asing sendirian. Walau gimana juga, ini 'kan pertama kalinya Vishka ke sini setelah dia amnesia. Jadi, kita anggep aja ini sebagai kejadian lucu. Ya?"

Reiki mencoba membela adiknya agar tidak terus mendapatkan omelan dari kedua orang tua mereka. Itu juga sebagai pencegahan agar Avishka tidak merasa bad mood dan pada akhirnya justru menimbulkan pertengkaran. Karena Avishka yang sekarang ini, sulit sekali ditebak suasana hatinya. Maka dari itu, ia harus selalu berusaha memahami suasana hati adiknya dan akan terus berusaha membuat suasana hati adiknya tetap bagus.

"Tapi, Rei, Mama 'kan khawatir," ucap Tiara. Tampaknya masih belum bisa menghilangkan kekhawatirannya.

"Iya, Reiki tau, Ma. Tapi yang penting 'kan sekarang Vishka udah di sini dan dia baik-baik aja," balas Reiki.

"Ya udahlah. Mending kita makan siang dulu, yuk. Papa udah laper, nih," ajak Jaka, berusaha menghentikan perdebatan antara Tiara dan Reiki serta mencairkan suasana.

Jaka melangkah masuk ke villa lebih dulu yang akhirnya diikuti oleh Tiara. Reiki menggenggam tangan Avishka dan tersenyum menenangkan ketika gadis itu menatapnya. Seakan berkata melalui tatapannya bahwa semuanya baik-baik saja.

Avishka mengangguk dan berjalan masuk mengikuti Reiki yang menggenggam tangannya.

Tin! Tin!

Reiki dan Avishka kompak menoleh dan berbalik. Terlihat oleh mereka sebuah mobil memasuki pelataran villa mereka. Setelah mobil berhenti, keluarlah Danial dan Anya. Anya langsung berlari memburu Avishka sementara Danial tengah sibuk menurunkan barang-barang bawaan mereka dari bagasi mobil.

"Vishkaaaa! Gue seneng banget liburan bareng sama keluarga lo. Kak, makasih ya udah ngundang kita ke sini!" ucap Anya pada Avishka dan Reiki secara bergantian.

"Iya, bukan apa-apa juga, kok," jawab Reiki ramah.

"Oi! Bantuin gue, dong!" seru Danial menginterupsi perbincangan kedua orang itu, yang ditujukan pada Anya. "Tas lo, nih! Berat banget, sih? Buset, dah! Isinya apaan, sih? Bom?" gerutunya.

"Apaan sih, Dan? Lo berisik amat, deh. Lo udah mirip sama emak-emak, tau nggak? Ngedumel mulu," protes Anya tidak senang.

"Ini tas lo! Mau gue lempar?"

"Eh, eh, eh. Jangan, dong! Jahat banget, sih?" gerutu Anya.

"Ya, lagian lo. Mentang-mentang udah ketemu sama temennya, lupa sama segalanya. Minimal inget sama barang bawaan lo, dong! Masa gue yang harus bawain semua barang lo yang banyak ini? Emang lo pikir gue pembokat lo, apa? Udah tas lo semuanya beratnya minta ampun," protes Danial.

"Udah, lo masuk aja ke dalem, An. Biar gue yang bawain," ujar Reiki menengahi.

"Wah, makasih, Kak! Yuk, Vish!" Anya langsung menarik tangan Avishka memasuki villa. Dan Avishka hanya mengikuti langkah perempuan itu seakan-akan perempuan itulah tuan rumah dari villa tersebut.

My Last Hope (ON GOING)Where stories live. Discover now