(5.) Penolakan

14 0 0
                                    

Selamat memasuki chapter ketiga

Aku harap, kalian bisa bijak dalam membaca. Tinggalkan yang buruk, dan ambil yang baik sebelum diolah lagi, karena ini juga balik lagi untuk dirimu sendiri.

Aku hanya menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Sebuah pemikiran yang bisa jadi disukai oleh orang lain, atau sebaliknya.

Happy reading, love❤

Satu minggu sudah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu sudah berlalu. Selama bersekolah di sekolah barunya itu, Hamira sudah dikenal oleh banyak orang. Hamira juga merasa senang karena selalu mendapat perlakuan baik dari Pak Agi, tentu hal itu membuatnya baper.

"Materi kita minggu ini masih bola voly ya. Karena minggu lalu sudah kita pelajari materinya, jadi hari ini kita langsung praktek, ya Mbak, Mas. Silakan bentuk tim enam orang. Saya mau campur cewek dan cowok." Instruksi dari Pak Agi langsung mendapat respon baik dari kelasnya itu. Agi sangat bangga karena menjadi wali kelas mereka yang selalu kompak dan penurut.

"Pak, kalo cewek empat cowoknya cuma dua, gapapa?" Tanya Hamira yang setelahnya mendapat anggukan dari Pak Agi.

"Gapapa, Ra. Asal ada cowoknya, ya." Senyum Pak Agi yang sedang pemanasan itu sangatlah membuat mata Hamira makin hari makin berkurang minusnya.

"Ayang, sama aku ya!" Suara cempreng milik Cessa menggelegar bak petir. Klevan sang kekasih hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Sayang sekali, ia harus meninggalkan timnya yang berisi para bestie demi ayang.

"Satu lagi, nih." Dine menatap beberapa tim yang sudah penuh. Yakali tim mereka hanya ada lima orang.

"Satu lagi Kelabu!" Hamira datang ke dekat mereka dengan menarik lengan baju kaos olahraga milik Kelabu. Sudah dipastikan, jika kaos itu akan melar mengingat bahannya yang memang gampang melar seperti mulut para pengghibah.

***

Jam olahraga tadi adalah jam terakhir. Maka dari itu selesai olahraga mereka tidak harus mengganti pakaiannya lagi.

Bel pulang tersisa lima belas menit lagi. Hamira sedang kipas-kipas di bangkunya yang tentu ada Kelabu di sampingnya.

"Bu, lo gak ke kantin, gitu?" Hamira menidurkan kepalanya di atas meja menghadap Kelabu.

"Gue bukan babu lo!" Sarkas Kelabu tentu dengan tatapan tajamnya.

"Ih, Bu tuh Kelabu, bukan babu, pekok!"

Kelabu tidak membalasnya lagi. Ia memilih untuk memainkan ponselnya.

"Eh, nomor lo yang mana, sih?" Hamira menunjukan sederet nomor yang belum ia simpan di dalam grup kelas itu.

"Gak ada."

"Lah, ngapa dah?"

"Ya, gak ada aja. Gak pake alesan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah hari KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang