7. Dependency 🌷

Start from the beginning
                                        

Melenyapkan semua pikirannya, Reane mulai menanggalkannya pakaiannya dan mandi.

***

Berbeda dengan suasana makan malam yang redup,

Sarapan pagi ini di suguhi cahaya pagi sehingga membuat ruang makan luas itu sangat hidup.

Tadinya Reane akan pergi ke kamar Ray untuk mengajak sarapan, namun tak menduga orangnya sudah duduk manis lebih dulu di meja makan.

Saat dia datang menatap heran, pria itu langsung duduk tegak sembari mengalihkan pandangan ke arah sarapan yang sudah tersuguhi rapi di atas meja.

Reane mengalihkan pandangan ke arah Emi yang berdiri hormat tidak jauh dari meja makan. Seolah mengerti, Emi hanya tersenyum penuh makna.

Reane tak mengerti tatapannya. Dia langsung saja berjalan dan duduk berhadapan dengan pria itu.

"Selamat pagi, Ray."

Ray langsung mengangkat kepala menatap mata gadis di hadapannya yang menyipit di akibatkan senyuman. Terpesona hingga ekspresinya tertegun, mulutnya terbuka seolah akan mengatakan sesuatu, dia melupakan bahwa dia tak bisa bicara.

Di sisi lain, Reane termangu melihat itu. Matanya berkilat kesedihan,  dia langsung menyodorkan roti yang tersedia di sebuah piring untuk mengalihkan perhatian.

"Ayo kita memulai sarapan."

Atas ajakannya, Ray hanya menatap bergantian sarapan yang di sodorkan dan orang yang menyodorkan.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu yang lain?" tanya Reane sembari menatap berbagai makanan di meja.

Seperti semalam, makanan pagi ini sama-sama mewah dan menggiurkan yang mustahil habis untuk mereka berdua. Walaupun perutnya keroncongan, Reane tetap menunggu Ray sarapan terlebih dahulu.

Ray hanya diam tanpa ekspresi apapun di wajahnya, seperti biasa. Karena sudah tak kuat menahan rasa laparnya, Reane berkata. "Tunjukkan sesuatu jika kamu membutuhkan bantuan ku, oke?"

Reane langsung memulai makan sarapannya. Tenggelam menikmati sarapannya, Reane sama sekali tidak menatap Ray yang terus menatapnya. Saat sudah sisa setengah, Reane meminum susu yang sudah tersedia dalam sebuah gelas.

Baru saat itulah Reane sadar dia di tatap sejak awal oleh orang di depannya. Gerakan akan meminum langsung berhenti di udara.

"Ray? Kenapa kamu tidak makan?"

Pria itu selalu diam tanpa ekspresi sehingga Reane masih sulit memahaminya. Dia akan meminta bantuan Emi, namun ternyata semua pelayan sudah tidak ada di tempat.

Tiba-tiba mendapati Ray menatap sisa sarapannya, Reane mengerti sesuatu dengan perasaan skeptis.

"Emm, apa kamu menginginkan ini?" tanyanya sembari menunjukkan sisa sarapannya sendiri.

Matanya terdapat binaran kecil. Kepalanya langsung mengangguk.

"... apa?" Reane terheran-heran.

Saat menyaksikan mata Ray beralih pada gelas yang berisi setengah susu, Reane bertanya lagi. "Ini juga?"

Ray mengangguk lagi dengan ekspresi cerah.

***

"Sepertinya Tuan muda lebih menyukai sarapan sisa Anda, dari pada makanan yang utuh di meja," ujar Emi sembari terkikik.

Reane menatap Emi di cermin dengan wajah terkejut. "Kamu melihatnya, Emi?"

Emi tersenyum dan dengan lembut menyisir rambut Reane. "Tentu saja."

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now