19 | Ketukan Malam

Start from the beginning
                                    

Fokus Bara kembali lagi pada kegiatan mereka. Menikmati setiap inchi tubuh wanitanya yang tak pernah lepas dari perhatian Bara. Sensasi gila yang hampir tak pernah mereka lakukan dalam kegiatan ranjang.

Bagaimana mungkin bercinta saat kakaknya berada tepat di depan pintu kamar?

Tidak mungkin Naqiya melakukannya kalau bukan dengan hasutan dari Bara. Mungkin begitu pikir Aufar apabila ia mengetahui apa yang adik dan adik iparnya lakukan di balik pintu.

Kali ini dapat didengar napas Bara tercekat sebelum pria itu mendongak dengan urat-urat leher yang menegang. "I'm coming, Sayang "

Naqiya mengangguk dan mencengkram bahu tegap sang suami, membiarkan Bara dan dirinya mencapai puncak yang sama. Titik puncak yang selama ini begitu dirindukan oleh pria itu.

"Naqiyaaaa!" Seru Aufar dari luar lagi. Sepertinya sahutan Naqiya tak terdengar di telinganya.

Masa bodoh dengan Aufar, nyatanya Bara berhasil mencapai satu titik itu bersamaan dengan istrinya. Sebelum napas keduanya terengah-engah dan menyatukan keningnya begitu saja.

"Capek?" Tanya Bara sebelum terkekeh. "Ini Bang Aufar kalo bukan kakak ipar udah Mas tinju hidungnya."

Naqiya tersenyum pelan sebelum mengangguk, "Jangan gitu, Mas." Protesnya. Meskipun ia juga merasa terganggu.

"Lagian nggak tau sikon, malem-malem gini ngetok pintu pasutri," Timpal Bara dengan suara setengah berbisik.

"Ya mana dia tau di dalem lagi ritual, Mas," Balas Naqiya yang membela sang Abang.

Bara terkekeh dab segera menurunkan istrinya dari posisi tadi. Kini kaki Naqiya sudah menapak lantai marmer kamar villa tersebut. "Kamu bersih-bersih dulu gih, Mas bukain pintu buat Aufar."

Namun, ide Bara itu ditolak oleh Naqiya mentah-mentah. "Nanti dulu, Mas, aku takutnya Bang Aufar ngasih info penting atau ada apa gitu."

"Hmm," Bara berdehem. Tak ingin menyangkal ucapan istrinya lagi. Tadi Naqiya sudah mengalah agar kegiatan mereka tetap berlanjut.

Tanpa Naqiya duga, kaki suaminya itu justru bergerak ke belakang, lebih tepatnya ke arah kamar mandi di dalam kamar. Ekor mata Naqiya tentu mengikuti pergerakan suaminya barusan.

Penasaran apa yang akan Bara lakukan di sana. Apakah pria itu memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu?

Namun, pertanyaan itu dijawab langsung dengan Bara yang sudah lengkap dengan celana pendeknya dan membawa handuk piyama yang disediakan villa pada sang istri. "Dipake ini," Tuturnya.

Kernyitan Naqiya terlihat sebelum ia menerima handuk piyama putih tebal itu. "Padahal bisa pake baju tidurku ini."

Mendengar protes istrinya lagi, Bara menaikkan satu alisnya, "Yakin pake celana kalo belum bersih gitu bawahmu?" Ledeknya pada Naqiya sembari melirik bagian bawah wanita yang sontak terdiam dan merona itu.

Astaga, pandai sekali suaminya ini menggodanya.

"Iseng," Gerutu Naqiya sebelum memakaikan piyama. Namun, sebelum jemarinya bergerak mengikat handuk piyama itu, Bara justru tiba-tiba berlutut di hadapannya.

Tatapan Naqiya tampak bingung dengan kerutan di dahi yang tak kunjung hilang. "Aku bisa sendiri loh, Mas."

Bara di sana menggeleng dan mendongak sekilas, "Mas yang buka, Mas juga yang nutup dong," Tuturnya sembari mengikat tali piyama itu. "Masa berjuang di awal doang, kalo udah enak lupa tanggung jawab."

Ya ampun. Naqiya dibuat salah tingkah lagi. Wanita itu mengalihkan pandangannya ke sudut-sudut ruangan dengan senyum tertahannya.

"Dah rapi, nggak nyetak juga soalnya tebel banget handuknya ini," Ucap Bara segera berdiri dari posisi berlututnya tadi. "Yuk."

Bayi Dosenku 2Where stories live. Discover now