Mewujudkan buktinya!!

Start from the beginning
                                    

Ketika jam pelajaran hampir tiba, Rendra dan Kevan baru masuk. Mea pun berpindah dari tempat bangkunya Axello ke tempat meja Rendra ketika cowok itu telah datang bersama Kevan kembarannya Axello. "Ngapa sih Lo tidur Mulu kerjaannya. Bangun! Jangan sampai tuh papan tulis roboh di muka Lo!!" kesal Axello ketika Kevan mulai bersandar didekatnya.

Tak lama guru pun tiba diikuti oleh Ale yang membawa banyak buku tebal dengan guru yang akan mengajar dikelasnya ini. "Baik, anak-anak hari kita akan rolling tempat duduk biar kalian bisa saling berteman satu sama lain yang awalnya gak pernah kenalan bisa akrab... Jadi seperti biasanya kalian akan berpindah tempat duduk demi kenyamanan bersama setiap pergantian bulan." ujar guru itu. Lebih tepatnya wali kelas mereka.

Begitu memulai acara singkat kelas mereka. Sebenarnya ada yang mengeluh dan ada juga yang pasrah jika harus bertukar meja padahal sudah nyaman tak ingin diganti dengan pasangan teman sebangku. Mau tidak mau mereka terpaksa menjalankan keinginan guru itu yang suka sekali mengatur para anak muridnya.

Seperti sekarang Kevan akan sebangku dengan Ale. Mea tetap dengan Rendra karena suatu kebetulan kertas yang diterimanya tak berubah begitu pula Rendra yang kegirangan sendiri.

Axello mengambil acak gulungan kecil kertasnya dari guru itu lalu membukanya ia terkejut sejenak lalu mendengus pelan sambil mendorong Kevan agar menjauh darinya.

"Tuh duduk sana sama My love love-Lo!!" bisik Ale cukup sinis pada cewek merah itu ketika meliriknya tajam, setelah cowok cepak itu berada didekat Alyra yang termangu tidak jelas.

"Gak ah males! Lagian entar juga bukan sama gue, dia duduknya mungkin sama yang lain." sahut Alyra sedikit tak biasanya. Dia hanya masih duduk diam dimejanya tanpa beranjak. Ale mengambil kertas untuk mereka berdua karena dia tahu saat ini Alyra sedang tidak baik-baik. Itu karena salah satu kakinya terkilir ketika Ale mencoba mengejar Alyra. Cewek itu sempat mengelus kepalanya depan sekolah ketika turun dari mobilnya.

Ale yang tak terima tentu saja ia ingin membalasnya pada cewek itu tadi karena telah berani menyentuh kepalanya dengan sembarangan. Alyra yang tertawa riang sengaja terusan mengejeknya dan ingin berlari sejauh mungkin dari Ale namun Alyra kena batunya. Cewek itu terkilir. Begitu Ale hendak segera membantu Alyra langsung semakin  panik. Melihat hal itu membuat Ale urung tak jadi daripada dia seakan menakutinya Ale pun sempat berbalik arah saat ada guru lewat yang menyuruh ikut ke dalam ruangan begitu menoleh kembali pada Alyra cewek itu tadi ingin memastikan keadaannya sekali lagi dia malah menghilang dalam sekejap dari pandangan Ale yang celingukan sebentar mencarinya.

"Tuh pangeran dongeng Lo mau kesini gue pindah dulu! Ingat kalau berduaan jangan macam-macam dibelakang gue!!" kata Ale mengingatkan sebelum akhirnya cowok itu beranjak dan membiarkan Axello datang menghampirinya.

"Gue titip ya nih anak pungut. Kalau dia ngiler Lo sumpalin aja hidungnya pakai kapas biar gak hidup lagi tuh orang beres! Heran gue gedenya malah bikin repot hidup gue." ujar Axello masih menggerutu kesal dengan dagunya yang menunjuk ke arah Kevano yang menelungkup wajahnya sempat terhempas karena tingkah biadab Axello tanpa kasihan untungnya Kevan masih di alam bawah sadarnya jadi tak merasakan apapun selain kantuknya.

Ale hanya menggelengkan kepalanya prihatin, dengan masalah Axello maupun Kevan yang seenaknya membuat dia akan terlibat juga dengan urusan mereka yang sama sekali itu tidak penting baginya.

Axello pun berakhir duduk disampingnya. Alyra sontak tercengang sejenak. Ia pikir Axello tak akan mau didekatnya. Tapi ternyata Axello benar-benar ada disini. Sebenarnya Alyra tak begitu yakin jika dia sendiri yang harus menghampirinya meski dengan memaksakan dirinya sendiri untuk berada didepan cowok gondrong itu.

Axello memutar bola matanya jengah. Ia kesini bukan tanpa alasan. Hanya karena melihat dari cara jalan Alyra yang sedikit aneh itu tadi membuatnya merasa tidak enak jika Alyra harus merelakan dirinya untuk repot demi cowok seperti dirinya. Perempuan itu sudah banyak melakukan banyak hal untuknya yaitu termasuk salah satunya demi mengganti posisi Ale maupun Rendra saat pertandingan bola mereka walau tak berlangsung lama. Untungnya hal berbahaya itu dan meski melanggar aturan setidaknya Alyra hanya sedikit ikut membantu tim mereka untuk berjuang sebentar. Dan tak banyak perempuan itu lakukan selain berlarian terus mengejarnya.

Kini Axello yang sempat salah mengira Alyra menjadi seperti itu tadi sedikit pincang karena dirinyalah. Ia menjadi tak enak hati dan mencoba merendahkan rasa gengsinya dengan mendekati duluan meja cewek merah itu sendiri, meski ia agak malu dengan tatapan aneh teman mereka yang cukup menggelikan terpusat mengarah padanya dan juga cewek itu.

"Gue boleh duduk disini kan?" tanya  Axello datar tanpa perlu mendapat jawaban dari Alyra, cowok gondrong itu langsung mendudukkan dirinya begitu saja.

Baru lah kemudian Alyra sadar meanggukkan kepalanya setelah mengerjabkan matanya sebentar sambil menatap Axello. "Maaf ya honey aku bukannya gak mau datangin kamu di meja sana tadi. Aku kirain..." bingung cewek itu sebentar.

"Berisik! Diam dulu. Kaki Lo masih sakit kan? Udah jangan banyak alasan gue udah ada disini sekarang. Jadi Lo gak perlu repot-repot juga harus ngangkat kaki ke arah muka gue,,." sela Axello cepat seakan mengerti dan tampak seolah tak perduli dengan omongan Alyra tadi ingin menjelaskannya.

Alyra kini kembali tersenyum cerah yang tadi sempat murung sekarang ia merasa begitu senang. Akhirnya harapan dia terkabul juga. Ale yang melihatnya sedikit meringis samar, dengan wajah kekanakan Alyra yang baru saja bertemu dengan orang tuanya di tempat barang permainan, yang sebentar lagi akan dibelikan untuknya. Kadang cewek itu terlalu berlebihan dalam menanggapinya.

"Kita bisa pacaran kan?" tanya Alyra tiba-tiba dengan bersemu merah disekitar pipinya. Cowok gondrong itu sedikit terkejut sekilas, lalu tersenyum pelan.

"Syaratnya Lo harus pintar. Kalau nilai ujian Lo lebih tinggi dari pada Mea gue bisa memikirkan hal itu." jawab Axello sembari melipat tangannya di depan dada dengan sikap pongahnya. Alyra langsung mengerut kurang suka jika dirinya harus dibandingkan dengan orang lain. Namun cewek itu berusaha menutupinya dengan senyuman kecil.

"Beneran kamu gak bohong kan?" mata Alyra sedikit berbinar seolah ada secercah harapan baru yang bermunculan secara perlahan ingin memberikan dia sebuah kejutan besar yang menantinya.

"Tapi gue gak yakin sih kalau Lo mampu." cibir Axello santai.

"Yaudah kamu ajarin aku ya? Plis aku gak bisa langsung loncat gitu aja kalau gak ada pegangan tangan dari kamu." ucapnya penuh harap seakan memelas.  Lalu Axello pun mengusap wajahnya sesaat. Ia juga baru ingat bahwa dirinya masih mempunyai tanggung jawab yang lumayan ketat untuk bisa mengajari gadis itu agar nilainya lebih membaik dari sebelumnya.

"Dalam sebulan Lo harus bisa buktikan." tandas Axello, terlihat cowok itu menghela napas gusarnya berat. Alyra terlihat antusias sekali memandanginya. Sialan sama aja gue yang terjebak dalam lingkaran yang gue buat sendiri sama dia! Gumam batinnya lagi begitu tersadar akan hal itu dalam pikirannya.

"Dengan senang hati tuan putri akan mewujudkannya." balas Alyra tersenyum centil memeluk sebentar lengan Axello.

"Eh-eh entar orang ngira kita pacaran beneran! Maksudnya pacar bohongan kan belum mulai. Emang Lo gak malu apa dikatain penipu sama anak-anak?" decih xello mengingatkan cewek itu yang kadang suka lupa diri.

"Okey darling maafin, aku khilaf!!" kata Alyra cengengesan kecil ditempatnya.

TBC...

Typos berhamburan! Sorry harap maklum yaaa....

VOTE DAN KOMENT!!




Mylovelly Where stories live. Discover now