1. Kesialan

303 45 55
                                    

Kesialan, satu kata itu sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan keseluruhan hidupku.

Mungkin kau berpikir aku adalah seorang manusia negatif yang mengira sebagai orang paling menderita di dunia, tapi maaf saja, aku tak pernah berpikir demikian. Masih banyak orang yang lebih menderita dariku dan dibandingkan orang-orang tersebut, kesialan yang kumaksud mungkin bukan apa-apa.

Apa yang membuatku berpikir demikian? Yah, seperti namanya hidupku dipenuhi kesialan.

Sejak kecil aku dijuluki 'Chandra si Bencana Berjalan' karena kesialanku. Kau penasaran?

Pertama, aku lahir dengan merengut nyawa satu-satunya wanita yang kupanggil ibu. Ya, aku merupakan anak piatu sejak lahir. Itu kesialan pertama yang kualami.

Aku dibesarkan oleh ayahku seorang diri dan kejadian demi kejadian tak mengenakkan jatuh beruntun. Mulai dari aku yang tersiram air panas sewaktu kecil, dikejar dan digigit oleh seekor anjing tanpa alasan jelas saat perjalanan pulang dari sekolah, tertimpa tangga yang tengah digunakan oleh ayahku, dan lainnya.

Pada waktu itu aku belum menyadari betapa sialnya diriku dan menganggap kejadian-kejadian ini merupakan sesuatu yang biasa sampai akhirnya seorang gadis yang kusuka menolakku mentah-mentah sambil mengatakan 'Kau disenangi oleh ketidakmujuran, Chandra. Mana mungkin aku mau menerimamu sebagai kekasihku' ketika SMP.

Awalnya aku sedikit bingung dan tidak terima atas perkataannya, namun setelah mengingat kembali berbagai peristiwa kesialan yang pernah kualami dan merenungkannya, aku sadar bahwa kata-katanya memang benar.

Aku orang yang tidak beruntung. Setiap hari selalu terdapat sebuah kejadian yang melukaiku, bahkan beberapa sampai sempat membahayakan nyawaku.

Terlepas dari ketidakberuntunganku yang teramat kuat, ayahku selalu mendukungku baik secara fisik ataupun mental. Dia mendorongku untuk maju menghadapi kesialan demi kesialan yang datang kepadaku, hingga suatu hari sebuah kesialan paling besar menimpa diriku.

Pada suatu malam ketika aku sedang tidur, aku mendapat kabar bahwa ayahku tewas terbunuh oleh sekelompok begal saat pulang dari kerja.

Di hari itu, saat itu juga aku merasa semuanya telah hilang. Aku merasa kosong.

Itulah kesialan terbesar yang pernah menimpaku selain hari lahirku, hari di mana aku kehilangan ibuku.

Sejak saat itu aku tidak mengerti mengapa aku hidup, apa tujuan hidupku, siapa aku, apa yang membuatku tetap hidup. Aku kehilangan diriku sendiri.

Setelah semua peristiwa tersebut, seakan takdir masih belum puas mempermainkanku, aku dipanggil kemari. Dipanggil ke suatu tempat yang bisa kau sebut 'dunia lain' bersama beberapa rekan kelasku saat diriku tengah belajar di sekolah.

"Oh, pahlawan dari dunia lain, tolong pinjamkan kekuatan kalian untuk menyelamatkan dunia kami!" seru seorang pria paruh baya sembari merentangkan kedua lengannya menyambut kami.

Kami? Ya, aku terpanggil ke dunia ini bersama empat rekan kelasku.

Aku tidak tahu pasti di mana aku berada sekarang, namun setelah melihat sekeliling bisa dipastikan aku berada di sebuah ruangan tahta. Itu bisa terlihat dari sekelompok prajurit berbalutkan zirah logam disertai senjata ala abad pertengahan beserta seorang pria tua bermahkota duduk di singgasana.

Jika kau berpikir aku sedang berada di dunia fantasi pedang dan sihir, mungkin bisa dibilang demikian. Kejadian klise seperti ini hanya bisa ditemukan dalam novel atau komik fantasi.

Kau tahu sesuatu sejenis itu, bukan? Anak muda yang dipanggil dari dunia lain dan tiba-tiba disebut pahlawan oleh pemanggilnya, lalu diminta menyelamatkan dunia dari genggaman raja iblis yang berambisi menguasai dunia?

Rais der MisfortunasDove le storie prendono vita. Scoprilo ora