"Lo nggak biasa makan pake tangan ya? Sini gue suapin. Tenang aja, tangan gue bersih dari bakteri kok. Dijamin nggak bikin lo mules-mules."

"Apaan sih? Gue bisa makan sendiri. Ada juga lo kali yang nggak biasa makan pake tangan."

"Emang selama ini lo makan pake apa? Pake kaki?"

Arka benar dong. Memang selama ini makan itu pake tangan. Sejak kapan makan pake kaki? Kalau pun ada sendok, itu hanya sebagai perantara saja. Tetap saja sendok tak akan bergerak tanpa tangan.

Manda kok jadi mendadak bego gini ya?

"Terserah lo. Bebas!" Karena sudah terlanjur malu, Manda makan dengan caranya. Satu kaki diangkat hingga lututnya sejajar dengan dagu. Sementara tangan kanannya diangkat hingga bertumpu pada lutut dan tangan kirinya yang mengangkat piring. Tipe makan Manda banget kan?

Arka sendiri dibuat ternganga tak percaya. Ini maksud Manda apa coba? Mau pamer? Tapi apanya yang mau dipamerin? Jelas-jelas cara makannya bukan cewek banget. Arka saja yang cowok tak se-anarki itu. Kalau makan ya biasa, tapi bukan seperti itu juga.

Mendadak nafsu makan Arka jadi hilang gini. Mungkin efek liat cara makan Manda. Sementara cewek itu yang tadinya malu-malu mendadak jadi tak peduli. Bahkan dia sama sekali tak menanggapi ekspresi Arka yang menatapnya kaget sekaligus.......... geli?

Ah, siapa peduli. Kalau orang udah laper emang susah. Makan tinggal makan, yang penting kenyang.

"Kenapa lo?" Manda bertanya dengan mulut penuh nasi.

"Gue kok mendadak kenyang ya?" Arka masih dalam keadaan kaget level tinggi. Bayangkan saja, masa cewek kayak Manda itu makannya macem preman pasar.

"Yakin? Tadi lo ngajak gue makan, gimana sih?" Manda meletakkan piringnya kembali di atas meja. "Kalo gitu gue nggak makan."

"Eh, kenapa gitu?" Arka bertanya dengan dahi mengernyit.

"Ya, kan gue nggak enak aja. Lo yang ngajak makan tapi malah lo yang nggak makan. Kita pulang aja." Manda ingin beranjak berdiri, tapi ditahan oleh Arka. "Mendadak, gue laper lagi."

---

Manda turun dari motor Arka saat mereka sudah sampai tepat di depan rumah cewek itu.

"Makasih, Ka. Nggak mau mampir dulu?"

"Nggak usah deh. Gue langsung balik aja."

"Oh, yaudah."

Lama, mereka berdua hanya berdiri di tempat masing-masing. Manda sendiri bingung. Ini kenapa Arka masih di sini coba? Tadi katanya tidak mau mampir.

"Kok, lo nggak balik?" Manda bertanya heran. Siapa yang tak heran coba kalau Arka tak kunjung pergi.

"Lo belom masuk."

Oh, kok mendadak pipi Manda panas gitu ya? Mungkin efek perkataan Arka tadi. Rasanya romantis banget gitu. Manda sendiri tak pernah diginiin sebelumnya sama cowok. Apalagi yang ganteng kayak Arka.

"Oh, yaudah. Gue masuk ya?"

Arka mengangguk. Setelah Manda benar-benar masuk ke dalam rumahnya, cowok itu pergi.

Manda malah senyum-senyum sendiri di balik pintu rumahnya. Arka mendadak jadi romantis gitu. Ya, mungkin bagi sebagian orang tadi biasa saja. Tapi bagi Manda, Arka tuh perhatian banget. Bikin hati Manda loncat-loncat tak karuan.

"Kenapa lo, Dek? Senyum-senyum sendiri kayak orang gila."

Manda menatap Zafran di depannya dengan pandangan horor. "Sejak kapan lo di situ?"

ALLAMANDA [SUDAH TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant