14

919 186 92
                                    

"Vlade ...?"

Tidak ada siapapun yang menjawabnya.

Ruby tidak dapat menemukan Vladimir dimanapun, membuatnya yang tadinya berbaring pun kini mengubah posisinya menjadi duduk. Tirai jendela menampakkan cahaya, menandakan hari sudah pagi. Anehnya, hari ini tidak ada Ayah atau ibunya yang membangunkannya seperti biasa. Ruby merasa sedikit aneh, tetapi kini pikirannya terus bertanya-tanya memikirkan dimana keberadaan Vladimir saat ini.

Pemuda itu hampir tidak pernah menghilang sejak ia memasuki kamar Ruby. Vladimir mungkin memang hanya ilusinya, tetapi bukankah seharusnya pemuda itu bisa langsung muncul di depan matanya ketika Ruby menghendakinya?

Sedikit cemas, Ruby mengintip ke kolong ranjangnya, menemukan pintu bawah ranjangnya masih ada di sana. Ruby tidak sadar bahwa ia menghela napas lega. Kini, gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk mencari siapapun yang seharusnya ia temui saat ini.

Ayah dan ibunya juga tidak ada di rumah. Hanya ada makanan yang sudah tersaji di atas meja. Sudah pasti ibunya yang menyiapkannya, tetapi pertanyaannya sekarang adalah; kemana kedua orangtuanya dan kemana Vladimir pergi?

Suara-suara musik yang heboh dari luar rumahnya sudah terdengar sejak ia bangun. Bisa dipastikan bahwa bangsawan-bangsawan itu sudah tiba di desa mereka saat ini. Ruby ingin mengintip keluar, tetapi saat ini perutnya lapar dan ia lebih tertarik untuk menyantap makanan yang ada di meja, sembari menunggu kedua orangtuanya kembali.

Di tengah makannya, Vladimir tiba-tiba muncul menembusi pintu masuk, ekspresi wajahnya yang tadinya tampak lelah langsung berubah datar ketika ia melihat Ruby ada tepat di depannya.

"Tuan Putri, Anda sudah bangun."

"Kau habis darimana?" tanya Ruby.

Alih-alih menjawab, Vladimir menampakkan wajah statisnya kembali, seperti enggan menjawab pertanyaan Ruby. Namun pada akhirnya, pemuda itu tetap memberikan jawaban.

"Saya mengikuti mereka berdua."

"Ayah dan ibuku?"

"Ada yang mereka untuk menghadap bangsawan. Katanya mereka ingin memesan perabotan dan sepatu kulit," jelas Vladimir.

Ruby hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Tidak ada yang aneh dengan itu. Sebenarnya bahkan sebelum bangsawan-bangsawan itu datang, panggilan seperti ini memang sudah sering terjadi dan cukup wajar. Satu-satunya hal yang aneh hanyalah bagaimana Vladimir mengerutkan kening, seolah baru saja melihat sesuatu yang tidak biasa. Ruby melanjutkan makannya, sesekali mencoba menyimak kehebohan yang masih terdengar di luar sana.

"Tuan Putri." Teguran dari Vladimir akhirnya membuyarkan lamunan Ruby. Tampaknya pemuda itu terlalu lama menahan diri untuk tidak membicarakan kerisauannya.

"Hm?"

"Apakah Anda benar-benar tidak terkurung di sini?" tanya Vladimir dengan hati-hati. "Mereka mengunci rumah ini sebelum pergi dari sini."

Ruby menolehkan kepalanya, menatap raut wajah Vladimir yang tampak serius. Seandainya Ruby tidak ingat dengan fakta bahwa Vladimir baru datang ke tempat ini beberapa hari silam, ia pasti akan tersinggung dengan pernyataan itu. Vladimir hanya mengkhawatirkannya, dan fakta itu saja sudah cukup untuk membuat amarahnya terkubur.

"Terakhir, ketika ibuku tidak mengunci pintu karena menunggu kepulangan Ayah, warga desa memaksa masuk dan hampir membakarku hidup-hidup," jelas Ruby.

Entah mengapa, Ruby seolah bisa menebak ekspresi yang akan dikeluarkan Vladimir. Manik perak pemuda itu membulat, tampak terkejut dengan pernyataan yang baru saja diucapkan Ruby. Hanya saja, tidak seperti yang Ruby kira, pemuda itu membatu cukup lama, menatap Ruby sangat dalam.

ETHEREAL - The Kingdom of IllusionWhere stories live. Discover now