09

1.5K 376 41
                                    

Ruby baru menyadarinya setelah selesai makan siang, ada banyak warga desa yang lalu lalang melewati rumah mereka, memasang hiasan untuk meramaikan suasana untuk menyambut kedatangan bangsawan. Kedua orang tua Ruby langsung sepakat untuk memasang tirai pada jendela kamar Ruby di saat itu juga.

Ruby hanya bisa memperhatikan keceriaan para warga desa dari balik jendela. Senyaman apapun Ruby terhadap rumahnya yang hangat dan menyenangkan, Ruby tetap saja memiliki keingintahuan untuk ikut bergabung di luar sana, ikut merasa antusias dengan hal yang belum pernah dicobanya.

Namun, Ruby tahu, dirinya tidak akan pernah punya kesempatan untuk bergabung di antara mereka.

Agak murung, Ruby menutup tirai jendelanya. Cahaya yang masuk ke kamarnya jauh lebih berkurang, tetapi tak menghentikan Ruby untuk kembali melanjutkan bacaan terakhirnya.

Ruby tidak tahu kapan ia akan menyelesaikan buku tentang arah mata angin itu, tetapi sepertinya tidak akan selesai dalam waktu dekat bila ia tidak kunjung mengerti makna rahasia. Ia memijit keningnya, mencoba mengerti sedikit tulisan rahasia yang telah disalinnya di kertas.

Barusan, Ruby mencobanya lagi. Tampaknya semua hal yang dialaminya bukan hanya ilusi belaka, karena tulisan itu kembali muncul di bawah cahaya matahari. Tidak semua halaman memiliki tulisan itu, tetapi tetap saja terlalu banyak untuk bisa disalin dalam waktu dekat. Ruby juga baru berhasil menyalin 3 halaman pertama yang memiliki tulisan itu.

Apakah ia harus memperlihatkan isi tulisan itu kepada Ayah dan ibunya? Sepertinya kedua orangtuanya sudah berusaha mengajarkan segala hal yang mereka bisa kepada putri semata wayangnya. Sempat terpikir oleh Ruby untuk memperlihatkannya kepada bangsawan yang akan datang dua hari berikutnya, mungkin saja mereka bisa mengerti Bahasa Imperial Kuno, walaupun Ruby kini kembali ragu apakah dirinya bahkan diperbolehkan mendekati markas peristirahatan bangsawan oleh warga desa.

Ruby dianggap sebagai aib dan buangan. Bahkan orangtuanya sendiri tidak menganggapnya seperti itu, lalu mengapa Ruby harus terganggu oleh pandangan orang-orang terhadapnya?

Ruby akhirnya berbaring sembari memeluk bukunya karena tidak tahu haris melakukan apa. Membaca buku ... Ruby buntu ketika hendak mengerti bahasa di pesan rahasia. Ruby juga tidak mungkin bermain keluar rumah karena ia sedang sakit dan warga desa tidak akan mungkin tinggal diam meskipun sedang sibuk mempersiapkan banyak hal.

Tapi, sebenarnya, Ruby takut untuk tidur.

Takut semua ini ternyata hanya mimpi lain.

TOK! TOK!

Ruby sempat terkejut dengan suara itu, sebelum akhirnya menyadari bahwa ketukan itu berasal dari pintu kamarnya sendiri. Ibunya yang mengetuk sambil membawa segelas air hangat,

"Lho, tidak tidur?"

Ruby hanya tersenyum tipis, memperhatikan ibunya yang  duduk di tepi ranjangnya.

"Ibu pikir kau mengantuk saat makan siang tadi," ucap ibunya.

Kenyataannya, Ruby saat ini juga memang sangat mengantuk, tetapi menolak tidur.

"Ayah dimana?" tanya Ruby, menyadari bahwa ayahnya tidak ikut masuk ke kamarnya.

"Dia pergi membeli minyak, tampaknya stok minyak akan dibatasi untuk menyambut dua hari ke depan," jawab ibunya.

Ruby menghela napas lega. Semula, ia pikir ayahnya mengingkari janji dan tetap berangkat ke hutan untuk mencari kayu.

Ibu Ruby menyerahkan gelas itu kepada Ruby, "Minumlah."

Ruby menerima gelas itu dan sebagai gantinya, ia memberikan kertas berisikan Bahasa Imperial Kuno yang sudah disalinnya.

"Apa ini?" tanya ibunya.

ETHEREAL - The Kingdom of Illusion [END]Where stories live. Discover now