"Nalla." panggil Alan dengan suara getirnya. Mata laki-laki itu menatap intens pada Nalla.

Perlahan, wajah pucat Nalla menatap ke arah suaminya.

Sontak keadaan mendadak sunyi.

Kemudian, Nalla merasakan keanehan pada dirinya.

Nalla menatap satu persatu orang yang ada di sisinya. Matanya mulai berkaca-kaca, tenggorokan nya terasa seperti tercekat, tubuhnya mendadak semakin melemah. Kini ia terpejam sejenak, bayangan buruk itu menghantuinya lagi dan lagi.

Tentang dirinya yang terjatuh saat melihat perdebatan antara Alan dan Hazen. Hingga sampai pada kejadian besar yang begitu sangat menyakitkan pada tubuhnya.

Ya, waktu itu dirinya berulang kali meminta bantuan dan memegang perutnya yang kesakitan.

Perlahan, Nalla menunduk, mengelus perutnya dengan ekpresi syok. Lalu, ia menatap kembali kepada orang di sekitarnya.

Lia menunduk sambil menahan tangisnya, sementara Misha kini pelukan bersama Ardi, menguatkan satu sama lain.

Bibir Nalla bergetar ingin mengucapkan sesuatu. Namun, ia tertahan. Dadanya terasa begitu sesak secara tiba-tiba.

"Apa yang kalian tangisi?" tanya Nalla sambil menatap ke arah Lia dan Misha yang kini terdiam.

Kini Nalla kembali menatap ke arah perutnya, benar-benar seperti ada keanehan. "Nggak..." Nalla menggeleng sambil meneteskan air matanya. Tangannya yang gemetar mengelus perutnya yang datar.

Alan mengambil mangkuk bubur yang ada di atas nakas, "Nalla, kamu belum sarapan____"

"APA YANG UDAH TERJADI?" pekik Nalla sambil menatap tajam pada Alan, napasnya naik turun dengan keringat yang menetes di pelipisnya.

Semua orang terdiam kaget.

Mata Alan berkaca-kaca, ia lalu menatap ke arah lain. Hatinya begitu terpukul saat melihat wajah Nalla yang kini begitu sangat pucat.

Nalla meneteskan air matanya, lalu ia menghela napas berat sambil menyandarkan tubuhnya lagi di kepala brankar. Tangan kirinya memegang kuat perutnya lalu meremasnya sambil menahan semua kehancuran yang menyakitkan.

"Anak kita sudah tiada, Nal." ucap Alan tanpa ingin menatap wajah Nalla.

Deg!

Nalla menatap tak percaya pada Alan.

Lia kini berlari keluar sambil menangis, Bryan langsung mengejar Lia. Sedangkan Misha, ia semakin kuat memeluk suaminya, merasakan apa yang Nalla rasakan saat ini.

Nalla menggeleng beberapa kali, menatap kosong ke depan sambil terus mengusap perutnya.

"Nalla___"

PRANG!

Ucapan Alan terpotong saat Nalla menghempaskan mangkuk bubur yang ada pada tangan suaminya.

Mangkuk itu kini pecah berserakan di lantai.

Dengan cepat Nalla menutup kedua telinganya sambil berteriak, "NGGAK... NGGAK MUNGKIN, NGGAK MUNGKIN... NGGAK... " tangisan keras Nalla membuat semua orang panik dan penuh khawatir.

Dengan cepat, Misha memeluk Nalla dengan erat sambil itu menangis. "Sayang sudah, tenangin diri kamu, Bunda mohon sayang, kamu belum sepenuhnya sembuh..."

"ANAK YANG AKU NANTIKAN, GAK MUNGKIN BUNDA, GAK MUNGKIN DIA PERGI DARI AKU, GAK... INI CUMA MIMPI!" teriak Nalla yang terus sesenggukan di pelukan Misha.

Alan memundurkan langkahnya perlahan, lalu berjalan keluar.

Sesampainya di luar, Alan menyenderkan tubuhnya di dinding sambil menangis. Apa yang sudah ia lakukan pada kehidupan Nalla?

NALLAN 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang