Bagian 38

12.4K 2.4K 1.1K
                                    


Makasih untuk kalian yang udah mau bertahan di chapter ini ❤️

Di tegaskan, yang gak suka bisa angkat kaki. Nulis itu ga gampang :) butuh waktu, pikiran yang tenang, dan mood yang bagus.

Cerita ini udah aku susun dengan matang. Awal, konflik, puncak dan seterusnya. Jadi, kalian kalo ada masukan apapun, itu ga akan merubah tali merah yang udah aku bentuk. Pasti akan kacau kalau aku ubah, ya kan?

Dari awal udah di kasih tau, cerita ini konflik berat dan emosi. Kalo kalian emang ga sanggup, yaudah gapapa, tinggalin aja Nallan 2.

Sesimple itu menghargai karya orang kan?

Thank u udah mau baca keluh kesah aku hehe. Karena ada beberapa hate komen sebelumnya yang buat aku nangis beberapa hari ini. Ingat ya, mental orang itu berbeda-beda.

Makasih ya kalian yang udah mau bertahan di part ini❤️❤️❤️







___SELAMAT MEMBACA___






Lia bersandar di pintu utamanya. Kemudian terduduk di lantai dan menangis tanpa suara. Apa yang sudah ia lakukan pada anaknya? Anak yang sudah ia tinggalkan selama masa remaja, anak yang tak tahu akan apapun, anak yang selalu kuat dan tegar saat bahaya datang padanya. Kenapa dirinya melakukan semua ini? Apa kesalahan Nalla?

Lia menunduk, kedua tangannya memijit pelipis sambil terisak dalam tangisannya.

Tak lama kemudian, Bryan dan Darren mendekati perempuan itu.

Baru saja Bryan akan membantu Lia berdiri. Dengan cepat, Lia menyentak kasar tangannya. Lalu menatap mantan suaminya itu dengan tajam.

Lia pun berdiri, berhadapan dengan laki-laki itu sambil mengepalkan kedua tangannya. Dengan cepat, ia menarik kerah Bryan sambil melotot tajam. "KAU! KENAPA KAU SELALU MEMBUAT MASALAH! SEJAK NALLA REMAJA, KAU SELALU MEMBUATNYA MENDERITA SEPANJANG HARI, APA KESALAHAN PEREMPUAN ITU, DAN APA KESALAHAN AKU SAMPAI KAU SETEGA ITU PADA KAMI, BRYAN!" teriak Lia penuh emosi yang memuncak. Ia terus menarik kerah Bryan hingga laki-laki itu kesakitan.

"DENGAR BRYAN, DENGAR INI. AKU MUNGKIN BARU SAJA TERHASUT OLEH BISIKAN IBLIS YANG ADA PADA DIRI KAMU. AKU MUNGKIN DENGAN KASARNYA MENGELUARKAN PUTRI AKU SENDIRI DARI RUMAH INI DEMI KAMU, TAPI KAMU HARUS INGAT, AKU TAK AKAN MEMBIARKAN CUCUKU BISA KAMU SENTUH!" ucap Lia yang masih setia menarik kerah baju Bryan.

Dengan sekuat tenaga, Bryan melepaskannya. Akhirnya tangan Lia tersentak kasar dan Lia pun tersungkur di lantai.

Bryan mendekati, lalu berjongkok. "Dengar. Jangan pernah kamu memisahkan saya dengan cucu saya. Dan masalah tadi, kenapa bisa-bisanya kamu kompak dengan apa yang saya inginkan." Bryan kini menunjuk Darren, "anak itu, memang ingin saya jodohkan dengan Nalla, lalu kenapa bisa kamu berpikiran sama dengan saya? Apa kamu mencoba untuk mengambil hati saya lagi? Hm?" tanya Bryan yang sesekali menaikan sebelah alisnya.

Lia yang masih tersungkur kini tersenyum miring dan berdecih. "Jangan mimpi. Saya bahkan sebelum ini, sudah melupakan wajah kamu, Akhhhhh..." Lia teriak di akhir kalimat karena rambutnya di tarik kasar oleh Bryan.

"Lia...kamu sudah melupakan wajah aku kan? Tapi tidak dengan aku yang susah melupakan kamu..." bisik Bryan yang kemudian dengan cepat Lia berdiri dan menjauh dari laki-laki itu.

"KELUAR DARI RUMAH SAYA!" teriak Lia yang kini tampak begitu marah, ia segera membuka pintu selebar-lebar mungkin, "CEPAT KELUAR!"

NALLAN 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang