Special Chapter #7

Mulai dari awal
                                    

"Apa?!"

Arsen baru mau membentak Aaric kembali jika Axeon tidak menahannya.

"Bawa saja Vincent keluar dari kolam dulu, son,"

"Lalu?"

"Kita tinggalkan saja dia di kamarnya. Kamu atau papamu bisa menjaga kamar itu agar tidak ada pelayan yang mengambil keuntungan. Biarkan Vincent tenang dengan sendirinya,"

Aaric hendak menolak.

"Aaric Luther Eginhardt,"

Panggilan tegas dari Axeon membuat Aaric urung untuk menolak. Aaric menyerahkan Vincent pada Arsen yang jelas diterima oleh Arsen dengan baik. Arsen dan kedua kakaknya membawa Vincent masuk. Mereka meninggalkan Axeon bersama dengan Aaric di kolam renang. Axeon menggelengkan kepala melihat bagaimana ketiga pria dewasa itu beranjak setelah Vincent keluar dari sana.

"Hhh..."

Helaan napas itu membuat Axeon menoleh dan saat itu mata Axeon terbelalak. Axeon langsung menahan lengan kanan atas Aaric.

"Aaric..." Panggil Axeon.

Saat itu hanya satu orang yang menoleh. Orang itu berbalik dan membantu Axeon menarik tubuh Aaric keluar dari kolam renang. Dia memperhatikan bagaimana Axeon menepuk pelan pipi Aaric dan memeluk kepala Aaric.

"Sejak kapan Zachary tidak tahan pada dingin?"

Axeon sedikit tersentak. Dia menggeleng pelan sebelum dia menepuk pipi Aaric kembali.

"Bukan karena dingin... Aaric tidak bisa terlalu stress dan tertekan,"

"Ucapan Vincent dulu tidak mungkin menyebabkan Zachary seperti ini. Ucapan itu tidak setajam itu,"

Axeon menggendong Aaric. Dia tidak menjawab pertanyaan itu. Axeon hanya peduli pada keadaan Aaric saat ini. Axeon membawa Aaric ke kamar. Dia juga yang mengeringkan badan Aaric dan menggantikan pakaian Aaric. Axeon menoleh saat mendengar suara ketukan pintu.

"Boleh aku masuk?"

Axeon mengangguk.

"Tolong tutup pintunya," Pinta Axeon.

Sosok itu mengangguk. Dia duduk di sofa. Axeon menyusul duduk disana.

"Jadi, kenapa Zachary bisa seperti sekarang?"

"Zachary berubah. Kamu tahu itu, kan?"

Sosok itu mengangguk. Baru juga Axeon akan memulai cerita panjangnya, saat itu pintu kamar Aaric terketuk kembali. Axeon membuka pintu dan menemukan Arsen juga Arman disana.

"Pelayan mengatakan kak Ardan ikut dengan kakak kesini," Ucap Arman.

"Masuklah,"

Axeon bergeser agar Arman dan Arsen bisa masuk ke dalam.

"Apa Vincent baik-baik saja?"

Arsen mengangguk.

"Ada Xafe yang menemaninya,"

Kali ini Axeon yang mengangguk.

"Boleh aku meminta agar Aaric tetap disini?" Tanya Axeon pada Arsen.

"Kenapa?" Bukan Arsen yang menjawab melainkan Arman.

Axeon menghela kecil. Dia berdiri dan beranjak untuk keluar dari kamar Aaric. Axeon hanya pergi ke kamarnya untuk sejenak dan kembali dengan sebuah clear holder berwarna biru. Axeon menyerahkan clear holder itu pada Arsen.

"Lihat dan baca, siapa tahu kamu tidak percaya dengan apa yang mau aku katakan nanti,"

Arsen mengerutkan keningnya. Tangannya membuka clear holder itu dan dia mulai membaca lembar demi lembar.

"Sejak kapan?" Tanya Arsen.

"Tahun pertamanya tinggal disini,"

Arsen menatap Axeon dengan tatapan terkejut miliknya.

"Aku menutup semua akses kalian ke Jerman karena alasan itu. Aku hampir saja kehilangan Aaric lagi saat itu. Aaric tidak mungkin menggunakan nama Zachary untuk saat ini. Aaric bersembunyi di balik nama Aaric,"

"Maksudnya?" Tanya Arman.

"Saat itu adalah tahun pertamanya di mansion ini. Greta, Aaric, dan Evony yang saat itu masih bayi menghabiskan akhir pekan di tempat Lotta. Saat itu aku menghadiri rapat penting dan berencana menyusul setelah rapat itu selesai. Siapa sangka akan ada orang bodoh yang berani menculik Evony? Aaric dan Greta ikut menjadi sandera. Aaric mencoba melindungi Evony. Melihat Evony menangis membuat Aaric jengkel. Dia menghajar orang yang menahannya. Dia mengejar penculik Evony,"

"Lalu? Mereka menabraknya?" Tanya Arman.

"Tidak,"

Arsen baru mau menghela lega ketika Axeon melanjutkan ucapannya.

"Lebih buruk dari itu. Pelaku terkejut saat melihatku datang kesana. Mungkin mereka tidak menyangka kalau Evony adalah putriku. Dia melemparkan Evony. Kalian tahu dengan jelas bagaimana struktur daerah kekuasaan suami Lotta, kan?"

Axeon melihat kembar tiga di depannya mengangguk.

"Aaric menangkap Evony dan mereka jatuh ke jurang yang ada disana. Aaric melindungi Evony dengan sangat baik. Tapi, Aaric sendiri menderita luka yang lumayan serius. Kepalanya terbentur dengan lumayan kuat. Butuh satu hari full untuk kami menemukan mereka. Saat dibawa ke rumah sakit, Aaric dalam kondisi setengah sadar,"

"Efek dari kejadian itu Zachary tidak bisa berpikir terlalu keras dan tidak bisa tertekan?" Tanya Ardan.

Axeon mengangguk.

"Ini adalah kesalahanku, aku memanggilnua dengan nama Aaric. Aku pikir dia yang sedang tidak sadarkan diri tidak akan mendengarkan panggilanku. Siapa sangka saat Zachary terbangun, dia mengalami amnesia global namun hanya sementara. Karena dia mendengarku memanggilnya Aaric, dia terus mengingat kalau Aaric adalah namanya. Lalu, nama itu melekat padanya dan saat ingatannya kembali, dia tidak mau mengganti namanya menjadi Zachary,"

"Alasan dia tidak mau menggantinya?" Tanya Ardan.

"Aaric terus diserang oleh musuh-musuh keluarga Eginhardt saat dia berada di posisi amnesia. Mereka memanfaatkan orang-orang di mansion. Aaric mulai membangun pertahanan diri untuk melindungi dirinya sendiri. Aaric mulai berubah menjadi sebagaimana Eginhardt selama ini. Karena itu, saat dia ingat dengan semuanya, dia enggan menggunakan nama Zachary. Dia merasa sudah terlalu kotor untuk menggunakan nama itu,"

"Alasan Zachary tidak pulang ke Jakarta?" Kali ini Arman yang bertanya.

Axeon menggeleng kecil. Dia juga tidak tahu. Untuk yang satu itu mereka harus bertanya langsung pada Aaric.

"Apa Zachary baik-baik saja?" Tanya Arsen.

"Seharusnya tidak apa-apa. Toh, kondisinya sudah berangsur membaik. Kami memang masih memaksanya untuk terapi. Walaupun, Aaric sering kali membolos dari sesi terapinya itu,"

"Kakak meminta waktu lebih untuk itu?"

Axeon mengangguk.

"Kalian belum pernah saja melihat Aaric yang lain," Gumam Axeon dengan wajah sendu.

"Aaric yang lain?" Tanya Arman heran.

Axeon mengangguk lagi.

"Aari yang lain adalah Luther. Karen itu aku selalu memanggil Aaric dengan nama lengkapnya. Agar dia dan Luther tahu kapan harus berhenti," Ucap Axeon.

"Jujur saja, yang kalian lihat beberapa jam lalu, adalah Luther. Luther tidak kenal dengan rasa kasihan. Dia melindungi Aaric dengan cara itu," Sambungnya sambil menghela kecil.

Mata Ardan dan Arman terbelalak mendengar penjelasan Axeon. Aaric dan Luther? Ardan dan Arman langsung paham dengan jelas maksud dari ucapan Axeon. Zachary menderita alter ego dan alter ego Zachary adalah alter ego yang kerap mengambil alih kesadaran Zachary.

"Saat Luther merasa tugasnya selesai, tubuh Aaric akan seperti itu..."

"Apa Luther sudah mulai terbentuk saat Zachary mendengar ucapan Vincent?"

Tbc
............

Pinggiran JakBar, September 04th 2022

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang