9 : 𝓗𝓸𝔀 𝓲'𝓶 𝓵𝓸𝓸𝓴𝓲𝓷𝓰 𝓯𝓸𝓻 𝔂𝓸𝓾

51 7 0
                                    

𝐉𝐮𝐫𝐚𝐧(𝐆) & · · · · ·

• ☘ ☘ ☘ •

.

.

.

.

Andai membalikan hatinya semudah ucapan gue hari ini

.

.

.

.

• ☘ ☘ ☘ •

Udara begitu susah payahnya terhirup dalam napasnya, dengan posisi tegap ia tamati seseorang yang tergeletak dihadapannya. Suara tepuk tangan menggema begitu kuat bahkan menerabas gendang telinganya. Juran mengulurkan tangan pada lawannya yang kalah dalam pertandingan latihan, kedua pemuda itu pun saling membungkuk untuk mengakhiri pertandingan ini.

"Wahh, tidak diragukan lagi kemampuan anak anda pak, potensi Juran yang luar biasa itu menurun dari mana lagi kalau bukan dari anda." Puji salah seorang pria paruh baya yang berdiri tepat disanding Ayah Juran.

"Usaha saya tidak akan berbuah apa-apa tanpa kemauan Juran sendiri Pak, anak itu semangatnya selalu menggebu-gebu. Balas Ayah Juran dilanjutkan tawa bangganya.

Juran cuma memandangi wajah sumringah sang ayah yang membanggakannya dihadapan para petinggi serta perwakilan dari club taekwondo ternama. Apakah ia senang? meski asma harumnya terdengar luar biasa bagi orang lain, nyatanya Juran sama sekali tak mendambakannya.

"Juran, sini!" Panggil sang ayah.

Dengan berat hati Juran menghampiri ayahnya, atas permintaan sang ayah Juran memberikan salamnya. Tak berlangsung lama, para petinggi itu menjauh demi menyaksikan pertandingan latihan selanjutnya. Lengan sang Ayah semula merangkul bahunya dengan lembut tetapi sebuah cengkraman tercipta yang cukup menyakiti kulitnya.

"Kamu lihat anak yang sebelah kiri itu?" Ucap Ayahnya sembari menunjuk salah satu pemuda yang akan memulai latihan.

"Dia punya tiga poin lebih tinggi dari kamu di latihan kemarin. Selain dia, anak-anak lain tidak ada apa-apanya dibanding kamu, dan bisa jadi kamu akan melawan dia di turnamen selanjutnya."

Juran kian gemetar mendengar bisikan Ayahnya yang cukup mengerikan baginya, tidak ada yang bisa menghentikan ambisi Ayah saat ini, hati remaja itu cuma bisa menghaturkan doa untuk kemenangannya agar bisa selamat dari amarah sang Ayah.

"Ingat, Ayah susah payah bisa memasukan kamu ke turnamen ini, hanya satu langkah lagi untuk jadi Timnas Juran, siapkan diri kamu sebaik mungkin karena anak itu bisa jadi lawan yang merepotkan. Turnamen ini adalah hidup dan mati kamu, nggak ada alasan apapun untuk kalah." Ancam Ayahnya.

Cengkraman di bahunya mungkin melonggar, tetapi tidak dengan belenggu serta beban yang mencekik lehernya begitu kuat. Ia pandangi wajah sang Ayah dengan ketakutan, tak kuasa ia membayangkan penderitaan yang akan ia tanggung jika tak bisa menjadi Timnas kali ini mengingat sekujur tubuhnya telah dipenuhi lebam hitam. 

"Kamu bisa pulang sekarang, Coach Ravi sudah bilang ke kamu kan soal pesan Ayah?"

Juran pun mengangguk pelan dan lanjut mengemasi barang-barangnya.

° ° °

"10 Million Dance?! serius lo mai, Bokap lo janjiin itu? kenapa diem aja anjing! kapan lagi bokap lo dukung mimpi lo? Mai kata gue lo harus bisa."

Juran(G) & (D)amai | Jungwon | ENHYPENOù les histoires vivent. Découvrez maintenant