7 : 𝓡𝓪𝓲𝓷 𝓓𝓪𝓽𝓮

49 8 0
                                    


𝐉𝐮𝐫𝐚𝐧(𝐆) & (𝐃)𝐚𝐦𝐚𝐢

.

.

.

.

.


"Sumpah? terus sekarang gimana dong, temen lo jadi dateng? mana hujannya makin deres lagi."

"Nggak masalah sih kak kalo batal, toh salah gue pula ngajaknya dadakan."

Dua muda-mudi teresebut teramat nyaman kala bercengkrama berdua sembari menyenderkan tubuh, saling bersenda gurau dan tertawa kecil merupakan sumber kehangatan yang mengitari mereka saat ini. Bahkan ricuhnya hujan diluar sana tidak mampu menyela pembicaraan Amai dan Juran. Dua pasang kaki mereka seolah terlekat kuat pada lantai dan terasa enggan melepasnya, jikalau diperkenankan mereka bisa saja tak menggali alasan untuk berpisah.

Mata hitam kepunyaan Juran tak sudi melepaskan kontaknya pada Amai, pelangi terbalik terpampang nyata dan nyaris tidak pernah memudar dari wajahnya. Bertemu di saat seperti ini, dan juga mampu sedikit berbagi cerita dengan tenang seperti ini, Juran berpikir sudah sepantasnya ia memuja syukur atas anugerah tuhan yang sudah terlimpahkan untuknya.

"Nyebelin banget pasti gurunya, masa tugas video cuma dikasih waktu tiga hari. Padahal nggak semua orang bisa ngedit, pernah gasih lo kepikiran bolos gitu saat jam dia? kalo jadi lo maybe nilai raport gue di mapel dia pasti kosong melompong. Ogah banget gue nurutin guru gak masuk akal kaya dia." Ejek Amai percaya diri.

Juran membalas sambil tertawa kecil. "Hahaha, mana mungkin gue bakal seberani lo kak."

"Makannya belajar berani dong! protes aja kalo gurunya aneh-aneh, ngasih PR soal sama bikin video cuma 3 hari, dih amit-amit punya guru kaya gitu."

"Kak, semangat banget lo kalo ngatain orang, nggak nyangka gue."

Kian mengenal Amai, lambat laun  membuka mata Juran bahwa si pujaan hati memang tak sejelita itu dalam bertutur kata. Walau parasnya indah layaknya tuan putri (menurutnya) namun ketika Amai berucap kasar pun pov-nya tentang gadis itu sama sekali tak berubah, jantungnya tetap saja berdegup kencang, bahkan rasa ingin menghabiskan waktu dengan Amai kian merutuki pikiran dan hatinya.

Usai bercekcok dengan sang Ayah, Juran memutuskan untuk pergi ke ruang taekwondo yang kebetulan kunci cadangan berada pada genggamannya. Berniat menggarap tugas video bersama temannya malam ini, nyatanya rencana tersebut tak berjalan mulus sehingga membuat Juran terpaksa merelakan tugasnya tertunda.

"Sebenernya deadline videonya besok kak, cuma kayanya gue nggak bisa kumpulin tepat waktu, temen gue gada yang bisa. Oiya, lo ngapain disini? bukannya gada jadwal latihan?"

Mendengarnya Amai malah meringis. Tak mungkin ia mengatakan secara gamblang bahwa baru saja terjadi gempa yang menyebabkan situasi keluarganya jadi cukup retak, sampai-sampai ia pun memutuskan untuk pergi demi tidak menjejakan kaki di bangunan yang ia sebut rumah. Amai bukanlah seorang pemberontak tapi ketika mendapati sesuatu menyulut kesabarannya hingga muak, tentu gadis ini takkan segan mempertahankan keinginannya walaupun seisi alam menentangnya.

"Duh, rumah gue sumpek banyak orang rencananya sih mau cari angin dikit, eh sama hujan malah digusur dan berakhir disini." Jawabnya menggunakan alasan klasik.

Juran(G) & (D)amai | Jungwon | ENHYPENWhere stories live. Discover now