Cklek.

Ilara melipat kembali sweater pemberian Ragas lalu menyimpannya di lemari, benda itu akan dia bawa ke Korea nantinya.

Vanez berjalan pelan kearah Ilara, dia duduk disebelah anak gadisnya itu, mengelus rambut putrinya lembut.

"Ila, kamu sadar kan kalau disini kamu juga salah."

Anggukan Ilara berikan.

"Iya Mom, Ila sadar kalau Ila itu keras dan selalu ngatur hidup Ragas, Ila juga tau itu bukan hak Ila..Ila sadar Ila keras sama Ragas dan selalu ngehukum dia dengan luka difisik..Ila jahat Mom..tapi orang taunya Ragas yang jahat padahal Ila juga.."

Vanez bingung, Ilara dan Ragas saling mencintai tapi mereka juga saling menyakiti.

"Kenapa kamu lakuin itu, Ila? Kenapa kamu ngekang Ragas kaya gitu, wajar dia memberontak, dia anak yang bebas dan harus terpaksa nurut sama kamu."

"Ila takut..kehilangan Ragas..Ila takut Ragas gak teratur dan kena pergaulan bebas..Ilara takut Ragas kena penyakit-penyakit yang marak di anak remaja..HIV..Aids..Ila takut Ragas sakit kaya gitu..Mommy kan tau..apa yang terjadi sama bang Lairo...Ila gak mau itu terjadi sama Ragas..hiks.."

Vanez kembali mengingat kenangan suram itu, Lairo, saudara kembar Liaro yang meninggal karena pergaulan bebas.

Saat itu Lairo masih kelas 3 SMP bersama Liaro, sementara Ilara kelas 1 SMP.

Saat itu Lairo ikut dalam sebuah geng-geng anak remaja, tawuran, balapan, merokok, mabuk-mabukan dan terakhir dia dijebak sampai akhirnya melakukan seks dengan salah satu wanita malam di club.

Lairo terkena HIV, hanya bertahan 2 bulan sampai akhirnya Lairo meninggal dunia.

Membuat Ilara trauma pada hal yang berbau geng, trauma pada hal seperti merokok, dunia malam dan balapan.

Itu membuat Ilara sangat amat possesive serta protective pada Ragas.

Sampai tanpa sadar Ilara menyakiti Ragas begitu dalam.

"Ilara, kamu juga salah nak, kamu juga bersalah, kamu gak bisa menganggap diri kamu korban kalau sebenarnya kamu juga pelaku."

"Iya Mommy..Ila tau Ila juga salah..Ila jahat.."

"Untuk sekarang kamu fokus sama pendidikan, Mommy tau kamu cinta banget sama Ragas, tapi karena Ragas gak tahan sama kekangan kamu makannya kamu terima alasan dia selingkuh padahal kamu tau dia gak selingkuh, dan kamu juga tau semua ini rencana Adeo, kamu tau tapi kenapa tetap diam?"

"Mom..kalau Adeo gak ngerencanain hal itu, Ila gabakal tau sifat asli Ragas kaya mana, semua udah terjadi dan Ila ngaku Ila salah, jadi Ila gak papa pindah ke Korea."

Vanez mengangguk, ya memang sudah seharusnya mereka dipisahkan saja.

Daripada saling menyiksa satu sama lain dan malah membuat luka semakin dalam.

Dan Ilara juga, masih akan mempertahankan akting jahatnya pada Ragas, tak apa, tak masalah.

.....

2 bulan kemudian.

Ilara mengulas senyum tipis, yah, tak apa, terakhir Ilara berperan sebagai gadis tak punya hati dengan perkataan buruknya.

Riuhnya suara di lapangan tak membuat seorang Ilara gentar, raut wajahnya masih tenang bagai air didanau yang dalam.

Ekspresinya tak terdeteksi, tak ada yang tau apa maksud dari emosi diwajah Ilara.

Dibawahnya, Ragas Maheskana tengah berlutut dikaki Ilara.

Bahunya bergetar, wajah tampan yang manis itu adalah apa yang selama ini menjadi candu Ilara.

Wajah Ragas Maheskana, babak belur dengan sudut bibir pecah.

Dia habis dipukuli sama Johan setelah mengatakan maksud ingin balikan sama Ilara.

Bahkan Alkio dan Handi melemparnya dengan telur busuk saking emosinya pada perkataan Ragas yang seperti tak ada beban.

"Gue mohon Aya..gue mohon..hiks..gue mau balikan..gue gak sanggup lagi hidup setelah putus dari lo..hiks..hidup gue gak teratur lagi.."

"Bagaimana dengan kebebasanmu, Ragas?"

Ragas menggeleng ribut "Panggil gue Heska..hiks..gue mau denger panggilan sayang lo itu..bukan nama Ragas..gue gak mau..hiks.."

"Kamu bukan siapapun bagiku, Ragas, jadi simpan air matamu karena aku sibuk."

Ilara berbalik, berjalan menjauhi lapangan yang sudah dipenuhi anggota geng motor Ragas dari berbagai sekolah.

"Aya! Gue mohon..gue gak sanggup lo cuekin..hiks..gue mau balikan!"

Ilara berhenti, kemudian berbalik dan menyunggingkan senyum miringnya.

"Kamu mau kebebasan kan? That's it little boy, your freedom, i give it to you."

"No..please..hiks..i.dont..want this..please..hiks.."

Gedikan bahu Ilara berikan "Sayangnya, perselingkuhanmu tak bisa aku maafkan, sorry little boy."

Ilara kembali berjalan dengan elegan dan tenang, aura dominannya begitu terasa hanya dari cara dia berjalan.

Dan siang itu, Ragas hancur kembali karena penolakan dari Ilara.

"Hiks..gue gak sanggup Aya.."

Adeo menonton dari rooftop, dia tertawa penuh kepuasaan melihat kekalahan Ragas.

"Akhirnyaaaaa, minggu depan gue pergi sama Yasya dan Ragas gak bakal bisa nemuin Yasya lagi!"

Dan setelah ini pun, Ragas akan langsung masuk ke rumah sakit jiwa, semua selesai, semua berakhir.

"Hiks..Aya..maafin gue.."

"Huh kasihan gue sama dia." cicit Eja prihatin.

"Iya gue juga, ayo hibur Ragas." ajak Egal.

Johan, Akra, Alkio dan Handi berjalan mendekati Ragas.

"Udah Gas, udah, ayo balik, tante Clesya udah nunggu."

Ragas lemas, dia membiarkan Johan merangkul bahunya, Ragas masih menangis.

"Aya..hiks..Aya gak mau balik ke gue..Aya gak mau..hiks..gue gak selingkuh Jo..gue gak selingkuh hiks.."

"Iya udah, nanti aja, udah ayo."

Ragas tak bisa merasakan apapun, semua terasa kosong dan pikirannya juga kosong.

Selesai, Ragas selesai dan kewarasannya selesai hari ini.

📌Bersambung📌

Protective Ilara [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora