📌IlaGas-04📌

78K 7.3K 385
                                    

Kalian hebat, cuma 3 jam target udah penuh, aku senang hehehehehe.

200 vote dan 80 komen gas.
...........................................................

"Oh? Abang lo mau ngajak gue baku tembak? Gas keun lah."

"Minimal kena tembak loh Heska."

"Maximal?"

"Masuk ke liang lahat."

[04-Gejala pengekang]

Pemandangan indah dipagi hari karena sampah di kota Jakarta sudah bersih karena Geng Iaros kalah, mereka ada sekitar 400 an anggota berpencar guna membersihkan jalanan Jakarta.

Dan lihatlah, jalanan Jakarta sudah bersih, bahkan sebelum petugas sapu jalan bekerja, tak ada lagi sampah.

Sebenarnya Iaros dan Rageon itu berteman, kalau balapan aja musuhan, ntar temenan lagi.

Setelah mereka bubar jam 6 pagi, kini saatnya mereka pergi ke sekolah seperti biasanya, tampak santai seolah tak ada beban.

Ragas hari ini, bersama Egal, Eja, Johan, Handi, Alkio dan Alkra pergi ke rumah Ilara.

Biasalah, Ragas mau jemput Ilara dan ke 6 nya harua ikut, demi solidaritas katanya, ntar biar telat satu telat semua.

Jadi dihukum pun bareng-bareng.

"Pagi Heska." Ilara keluar dari halaman rumah dengan Liaro dibelakangnya.

Liaro menatap Ragas datar, dia menelisik penampilan Ragas dari atas kebawah, lalu mendecih sinis.

"Dek, selera kamu bukannya yang montok? Kenapa modelan triplek kaya dia mau kamu pacarin?" tanya Liaro sekaligus mencibir.

Eja menahan tawanya, dia menunduk dan berdehem pelan.

Sementara Egal tertawa secara terang-terangan begitu juga dengan Johan dan Alkio, sementara Alkra cuma tersenyum simpul.

"Gue gak triplek ya, gue berotot!"

"Adek gue demen yang montok, berlemak dan pantat sintal, lo? Pantat aja gak ada, tepos gitu."

Liaro masih senantiasa mencibir dan menghina Ragas, selera adiknya itu yang mirip Adeo, putih, mungil, imut, montok dan manja.

Adeo sahabat Ilara, beda agama mereka makannya Adeo gabisa jadian sama Ilara.

"Apa sih!? Emang iya selera lo kaya gitu Ay?" tanya Ragas agak memelas, dia menatap Ilara agak minta dibela.

Ilara mengangguk begitu tenangnya, membuat Ragas mendecih lirih "Iya selera aku emang begitu." jawab Ilara.

"Bodo! Gaperduli sama selera lo yang jelas gue ini milik lo!"

"Iya Heska iya, terserah kamu aja, abang pergi duluan sana, aku berangkat sama Heska."

Liaro mengangguk patuh, dia menunduk guna mengecup dahi Ilara lalu mengusap rambut adiknya itu.

"Belajar yang rajin ya sayangnya abang."

"Iya abang, abang juga jangan keseringan bolos."

Protective Ilara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang