16. SALAH KALAU ANGEL CEMBURU?

227 11 0
                                    

Happy reading

***

Seorang gadis sudah lari ke alam mimpi, menyambut bunga tidurnya dengan senang hati. Namun, suara-suara tangisan benar-benar mengusiknya. Suara itu berasal dari dunia nyata yang gadis itu yakini adalah suara partner-nya.

Siapa lagi kalau bukan Angelica yang menangis, dan Lisa yang tengah tidur?

Alhasil, karena sedikit terusik, Lisa pun bangun dari tidurnya dan mengerjap beberapa detik sebelum benar-benar balik ke dunia nyata. Ia merelakan alam mimpinya karena merasa kepo.

"Lho? Kak Angel?"

Sesuai dengan dugaan, itu adalah suara Angelica. Bukan hal baru untuk Lisa mengetahui suara tangis khas dari mantan kakak kelasnya itu.

Angelica menoleh dan segera menghapus jejak-jejak air matanya. Jangan sampai Lisa tahu Angelica kenapa. Namun, gadis itu juga butuh teman curhat. Alhasil, Angelica menghambur ke pelukan Lisa, membuat mantan adik kelasnya itu sedikit tersentak kaget.

Setelah menyesuaikan diri, Lisa pun membalas pelukan itu seraya mengelus-elus punggung rapuh Angelica. "Kak Angel kenapa?" tanyanya.

Angelica hanya menggeleng. Dia juga tidak tahu mengapa dirinya harus menangis, menangisi orang yang bahkan tak merasa bersalah sama sekali. Entahlah, hari ini Angelica sungguh sensitif dan dia tak bisa untuk biasa saja.

Sudah dari tadi Angelica menahan rasa cemburunya dari mulai shoot. Dia bahkan selalu melihat ke arah Erlangga yang duduk ditemani Gia.

Ya, memang Gia dan Erlangga sahabatan, tapi bisa 'kan untuk sebatasnya saja? Angelica benar-benar cemburu.

Dia mau curhat ke Meli pun perempuan itu sedang tidak ada. Lagi banyak urusan katanya. Maka dari itu dia menangis sendiri, dalam diam, yang sayangnya malah diketahui oleh Lisa.

Setelah merasa sedikit lega, Angelica menjawab pertanyaan Lisa dengan pertanyaan juga.

"Lis, emang salah ya kalau gue cemburu?" Angelica melepaskan pelukan itu, menyisakan bulir-bulir sisa yang ingin terjun bebas. Sengaja, perempuan itu sudah cukup untuk menangis.

"Cemburu gimana, Kak?" tanya Lisa agak bingung.

"Langga lebih mentingin Gia daripada gue, Lis," katanya. Lisa pun memberi tisu yang ia punya untuk Angelica gunakan sebagai penghapus air mata yang berjejak di pipi gadis itu.

"Kakak tenangin diri dulu aja. Kalau mau cerita ke aku juga gapapa," ucap Lisa, begitu perhatian terhadap Angelica.

Angelica pun mengangguk, dia beruntung bisa memiliki teman seperti Lisa di saat dia tak memiliki teman. Semua temannya sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Apalagi Ifah. Gadis itu semenjak menjadi pramugari, sangat susah untuk dihubungi.

Angelica jadi kangen masa-masa SMA-nya.

"Lis?"

"Ya, Kak?"

"Gue terlalu posesif, ya? Tips biar langgeng kayak lo sama Dodi tuh gimana sih?" tanya Angelica tiba-tiba, yang membuat Lisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Gadis itu meringis, karena tidak tahu harus memberikan tips apa. "Apa, ya? Aku kan bukan pacar Kakak, jadi gak tahu posesif apa enggak. Lagian yang ngerasain itu Kak Langga. Harusnya Kak Angel tanyanya ke Kak Langga." Setelahnya Lisa berpikir, lalu melanjutkan ucapannya, "Kalau untuk tips langgeng sih, mungkin jangan sering-sering overthinking. Soalnya kalau gitu biasanya malah nyebabin pertengkaran."

Angelica mengangguk-angguk paham. Kalau saja dia tidak putus-nyambung dengan Erlangga, pasti lamanya mereka pacaran sama dengan Lisa.

"Menurut lo... gue maafin dia gitu, Lis?" tanya Angelica. "Tapi gue masih kesal sama dia."

Lisa tersenyum tipis. "Ya kalo itu sih, terserah Kakak. Aku gak bisa nyaranin apa-apa, takutnya malah bikin kalian gak nyaman. Yang penting coba Kakak omongin baik-baik aja dulu."

Angelica mengangguk-angguk paham. Ia jadi sedikit lega setelah berbagi rasa pada Lisa. Mantan adik kelasnya satu itu memang paling terbaik. Dulu saat lumpuh saja Lisa selalu ada untuk Angelica.

Untung saja Lisa tidak dendam atas perlakuan Angelica pada gadis itu. Membuat Lisa digosipi satu sekolahan hanya karena berurusan dengan primadona sekolah. Kini mereka malah menjadi partner kerja. Sungguh tak ada yang bisa Angelica duga.

Tak lama, terdengar suara dering ponsel yang ternyata dari ponsel milik Lisa. Gadis itu pun membuka pesan yang baru saja masuk.

Awalnya santai karena Lisa kira yang mengirim pesan adalah Dodi. Namun ketika dilihat isinya dan nomor si pengirim, gadis itu langsung membelalakkan mata, membuat Angelica juga merasa keheranan. Tumben sekali hanya melihat ponsel, Lisa bisa seterkejut itu.

"Siapa, Lis? Dodi?" tanya Angelica. Angelica sudah tahu, karena biasanya yang sering menghubungi Lisa adalah Dodi dan orang tuanya. Selain itu paling Serena, tapi jarang karena sahabat Lisa satu itu juga sibuk semenjak lulus.

Lisa menoleh. "Hah? I-iya. Kak Angel gak tidur?" tanyanya sembari cepat-cepat meletakkan kembali ponselnya ke tempat semula.

Angelica mengerutkan dahi, bingung. Kenapa tiba-tiba Lisa bertanya itu? Seperti ada yang ditutup-tutupi oleh gadis tersebut. Apakah Angelica melakukan kesalahan?

"Ini mau tidur. Takutnya besok muka gue gak bisa dikondisiin lagi pas syuting." Itu balasan Angelica, yang mulai merebahkan tubuhnya di kasur itu.

Ada ruangan khusus tidur di lokasi syuting memang, jika tidak memungkinkan untuk mereka pulang. Hari ini Angelica pikir akan ada banyak yang menginap, tetapi sepertinya hanya mereka berdua dan beberapa kru di ruangan lain, karena ruangan ini khusus para pemain.

Bukannya dibeda-bedakan, takutnya jika disatukan dengan yang lain, mereka malah merasa tidak nyaman. Kalau dengan para pemain kan sudah pasti ada rasa terbiasa juga di lokasi, jadi bisa untuk tidur dalam satu ruangan.

Ketika mata Angelica sudah dipejamkan, Lisa pun mengambil kembali ponselnya dan membalas pesan tadi. Setelahnya kembali ditaruh dan ikut tidur di sebelah Angelica.

Lisa menoleh pada Angelica, lalu beralih ke langit-langit ruangan. Dia membatin, Apa aku bilang aja, ya, ke Kak Angel? Tapi--biarinlah. Ini juga disuruh.

[To be continue]

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Semoga suka sama cerita ini.

PRIMADONA 2 : KARMA KEDUAWhere stories live. Discover now