06. MINTA MOBIL?

121 6 1
                                    

Happy reading

***

"Thank you for today," ucap Angelica.

Erlangga mengangguk. "You're welcome." Lelaki itu mengecup singkat kening Angelica.

Setelahnya, Angelica turun dari mobil dan melambaikan tangannya, hingga mobil Erlangga tak terlihat lagi di matanya. Gadis itu pun masuk ke rumah karena pintu yang tak dikunci.

Saat sampai di ruang tamu, Angelica merotasikan bola matanya malas. Fajar tetap tinggal di rumahnya?

"Biasain kalau masuk rumah ucap salam, Angel," ucap mamanya yang tengah duduk di sofa.

"Hmm, assalamualaikum."

Mereka menjawab, tetapi Angelica langsung melangkahkan kakinya menuju kamar. Namun, baru dua langkah dia harus berbalik karena mamanya memangil nama dia.

"Ngel?"

"Kenapa, Ma? Aku lagi capek banget, besok masih ada jadwal," keluh Angelica. Bukannya tidak menghargai mamanya, tetapi gadis itu memang kelihatan lelah dan sedang malas membahas apa pun.

Apalagi kalau sampai membahas Fajar. Belum apa-apa hatinya sudah mendidih.

"Mama tau kamu capek, tapi Mama mau ngomong sebentar sama kamu. Boleh?"

Angelica melipat kedua tangannya. "Mau ngomong di mana? Kalau di sana Angel gak mau," kata Angelica dengan menunjuk ke arah Fajar menggunakan dagunya.

"Di halaman belakang." Lalu, Marina beranjak. "Syera di sini dulu sama Papa, ya?" Marina mengusap puncak kepala Syera. Gadis itu mengangguk.

Lalu, Marina berjalan meninggalkan mereka untuk ke halaman belakang, di mana Angelica sudah lebih dulu sampai sana.

Setelah keduanya sama-sama duduk, Angelica langsung saja angkat bicara.

"Mama mau ngomong apa?" tanya Angelica to the point.

Marina menghela napas. Ada rasa gugup juga harus berhadapan langsung dengan anaknya, karena ini menyangkut Fajar. Marina tahu, Angelica masih belum bisa menerima Fajar, jadi kecil kemungkinan Angelica akan menuruti permintaannya kali ini.

"Mama mau ngomong soal Pa--"

"Kalau bahas dia, Angel mending tidur aja deh," sela Angelica dengan tubuh yang sudah beranjak. Namun, Marina menahannya. Wanita itu meraih tangan Angelica sebelum anak sulungnya itu benar-benar pergi.

"Please, dengar Mama dulu. Jangan marah dulu, Nak."

Angelica menghela napasnya. Mendengar mamanya memohon, membuat dia jadi tak enak hati. Akhirnya Angelica pun duduk kembali dan menunggu mamanya untuk bicara.

Melihat Angelica yang sudah duduk kembali, Marina pun mulai menarik napas dalam dan dibuang perlahan.

"Jadi gini. Sebelumnya Mama sama Papa udah diskusiin ini bareng, dan Mama setuju dengan diskusi ini. Papamu mau minta mobil untuk bekerja sebagai sopir taksi online. Mama mohon sama kamu buat nurutin itu. Kalau udah ada hasilnya, Papa bakalan kasih ke kamu sebagian. Dia mau nebus semua kesalahannya di masa lalu, Ngel," jelas Marina.

Angelica tertawa renyah. "What? Setelah bertahun-tahun Papa gak peduli sama aku, tiba-tiba minta aset mahal? Yang benar aja, Ma. Terus Mama percaya gitu aja kalau Papa mau jadi sopir taksi online?"

Marina mengangguk. "Papamu sudah berubah, Angel. Dia menyesali perbuatannya di masa lalu. Apa salahnya buat bantu. Papamu juga mau jadi sopir taksi online nanti buat nebus kesalahannya sama kamu. Ya, Sayang? Mama mohon sama kamu."

Angelica menghela napasnya. Kenapa harus mamanya, sih? Angelica sangat tidak enak jika Marina sudah meminta.

Selama ini, mamanya tidak pernah diperhatikan oleh Fajar. Bagaimana caranya supaya Angelica bisa percaya kalau pria yang sayangnya adalah papanya itu akan berubah?

"Oke, Angel bakalan nurutin maunya Papa. Tapi ini bukan berarti Angel bisa langsung nerima Papa kembali, ya? Angel masih kecewa sama Papa," kata Angelica pada akhirnya.

Marina pun membulatkan mulutnya. Apakah anak sulungnya ini serius? Jika iya, maka Marina sangat bahagia. Walaupun Angelica belum menerima Fajar sepenuhnya, tetapi Marina yakin kalau Fajar bisa meyakinkan anak mereka satu itu.

"Makasih, Nak. Mama yakin papamu beneran mau berubah dan jadi kepala keluarga yang baik buat kita," ucap Marina dengan menggenggam tangan anaknya itu.

"Tapi dengan satu syarat," ucap Angelica yang ternyata belum selesai.

"Apa?"

"Suruh Papa temui aku sekarang dan minta maaf baik-baik. Juga, jelasin kesungguhan Papa soal pekerjaannya nanti. Aku mau dengar dari mulutnya langsung," pinta Angelica.

Marina pun mengangguk antusias. Ia sangat percaya apabila anaknya tidak mungkin membatalkan apa yang sudah mereka bicarakan barusan.

"Iya, Mama panggil papamu dulu."

***

"Kamu serius, Nak?" tanya Fajar dengan antusias.

Angelica hanya memutar bola matanya malas. Sebenarnya dia kasihan juga karena mendengar penjelasan Fajar tadi. Namun, hatinya juga mengatakan hal lain bahwa ia masih belum bisa menerima kembali Fajar sebagai papanya, sepenuhnya.

"Serius. Tapi Papa harus gunain itu sesuai kebutuhan Papa. Kalau sampai ada kejahatan lagi yang Papa lakuin ke keluarga ini, Angel gak akan maafin Papa lagi, selamanya," ucap Angelica dengan penuh keseriusan.

Fajar meraih tangan anaknya, lalu mengelusnya dengan gerakan cepat.

"Terima kasih banyak, Nak. Papa doakan, semoga karirmu semakin sukses. Papa minta maaf sekali lagi sama kamu, sama semua yang telah Papa lakukan selama ini. Papa terlalu egois dan mementinkan diri sendiri tanpa memikirkan kalian."

"Memang." Angelica membalasnya dengan sedikit ketus. Setelah itu, gadis tersebut melepaskan tangan Fajar yang masih memegangnya itu.

"Pokoknya aku gak main-main soal ini. Papa harus benar-benar yakinin aku, kalau enggak aku bisa lakuin apa aja yang aku mau," ucap Angelica kemudian.

Fajar mengangguk. Kali ini, di kesempatan ini, Fajar akan melakukan semaksimal mungkin, dengan apa yang dia bisa. Ia akan berusaha untuk meyakinkan anaknya itu.

"Sekali lagi terima kasih, Nak."

Tersentuh. Jujur saja, Angelica merasa tersentuh ketika papanya memanggil dia dengan sebutan 'Nak'. Tidak pernah sekali pun, Angelica mendengar itu dahulu.

"Kalau begitu aku mau istirahat. Nanti aku kasih tahu Papa lagi kapan belinya."

Angelica bangkit dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan Fajar yang tersenyum lebar. Kali ini Fajar akan melakukan tugasnya sebagai seorang ayah yang baik.

Aku janji akan berubah. Angel memang anak yang baik, batin Fajar merasa senang memiliki anak yang multitalenta serta baik seperti Angelica.

Di ruang keluarga, ternyata Syera dan Marina belum tidur. Lalu Angelica menghampiri keduanya.

"Kalau Mama mau tau, Mama bisa tanya langsung ke Papa," ucap Angelica ketika tahu apa yang akan Marina tanyakan padanya. Gadis itu beralih pada Syera, adiknya. "Tidur, Sayang. Kak Angel mau tidur. Good night, Honey."

Syera hanya tersenyum dan mencium pipi Angelica. Setelah itu, Angelica benar-benar pergi dari hadapan mereka untuk istirahat, karena setelah ini pasti tak akan ada waktu untuknya.

[To be continue]

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Semoga suka sama cerita ini.

PRIMADONA 2 : KARMA KEDUAWhere stories live. Discover now