14. RISI

106 9 0
                                    

Happy reading

***

Gia melepaskan helmnya dan turun dari motor besar milik Erlangga ketika sampai di lokasi Angelica syuting. Sore hari memang waktu yang tepat untuk jalan-jalan, dan karena Erlangga tidak tahu mau bawa sahabatnya itu ke mana, alhasil dia bawa saja ke lokasi syuting.

Lagi pula ini permintaan mama Erlangga, di mana lelaki itu harus membawa Gia berkeliling. Katanya sih, untuk melepas rasa rindu antar dua insan itu.

Gia sudah lama tidak bertemu Erlangga, begitu juga sebaliknya. Jadilah mama Erlangga mau mereka memperbaiki hubungan persahabatan itu, walaupun Gia masih sedikit sakit hati karena masa lalu mereka.

Karena Angelica tengah break, Gia dan Erlangga pun menghampiri gadis itu yang tengah sibuk menyeruput es kelapanya. Entah dari mana gadis itu mendapatkannya.

Ketika ekor matanya tak sengaja melihat seperti ada yang menghampiri, Angelica pun langsung memutar kepala dan memicingkan sedikit matanya. Dua sahabat yang baru-baru ini kembali bertemu. Sekarang mereka tengah jalan bersama menghampirinya.

"Hai, Ngel," sapa Gia ketika sampai di hadapan Angelica.

Pandangan Angelica jelas jatuh pada dua sejoli itu. Ada rasa aneh yang menjalar tiba-tiba tanpa Angelica ketahui itu apa. "Eh. Hai, Gi."

"Gimana syutingnya?" tanya Gia basa-basi. Ia duduk di kursi kosong sebelah Angelica.

"Ya, gak gimana-gimana. Lo ikut?"

Gia terkekeh, "Iya. Lo gak lihat? Gue disuruh sama mamanya Langga buat ikut."

Mamanya Langga? Apa itu berarti Gia jenguk mamanya Langga? Tapi Langga ngelarang gue buat jenguk. Ah, Gia kan sahabatnya. Bisa aja dibilang keluarga, batin Angelica yang merasakan sedikit perih ketika mengetahui bahwa Gia datang bersama Erlangga, selain itu gadis tersebut mengetahui mama Erlangga yang tengah sakit dan dibolehkan untuk menjenguk.

Angelica pun menoleh ke arah Erlangga untuk meminta penjelasan.

Erlangga yang peka terhadap tatapan itu pun berkata, "Iya, memang Mama yang nyuruh. Gapapa, 'kan?"

Angelica tertawa miris dalam hati, Heh, gue ini siapa, sih?

Getir. Ingin rasanya Angelica mengatakan kalau dia juga mau menjenguk mama Erlangga. Entah kenapa dia merasa kalau prioritas Erlangga sekarang kembali pada Gia, sahabatnya.

Entahlah, tiba-tiba saja Angelica kepikiran dengan hal itu.

"Gia datang ke rumah sakit, Yang?" tanya Angelica yang mulai memberanikan diri. Daripada menerka-nerka, lebih baik gadis itu bertanya langsung pada Erlangga, 'kan?

"Hm."

Hanya itu jawaban Erlangga, yang membuat Angelica merasakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan sekarang.

"Oke deh." Angelica bangkit ketika tak lama kemudian namanya dipanggil untuk take. Dia hanya bisa menatap nanar pada Erlangga dan berjalan menjauhi mereka.

"Lo cerita gak kalo gue yang nolongin mama lo?" tanya Gia pada Erlangga, setelah lelaki itu duduk di tempat Angelica tadi dan kini mereka hanya berduaan.

Erlangga menggeleng. "Nggak. Biarin aja."

"Ntar kalo dia nethink gimana?"

"Ya, gue jelasin. Lagian kelihatannya dia gak begitu peduli."

Gia pun hanya bisa menghela napasnya. Erlangga memang selalu begitu, diam dan tak mau menjelaskan apa-apa. Padahal hal sekecil itu bisa saja membuat Angelica kecewa besar.

"Lo gak sayang sama dia?"

"Sayang, kok. Tapi kalo gue bilang lo yang nolongin Mama, dia bakalan mikir yang lebih aneh lagi."

"Serah lo deh, Ngga. Tapi menurut gue, mendingan lo jujur aja soal gue yang udah nolongin mama lo. Bukan bermaksud kayak gue penyelamat, tapi ini buat kebaikan kalian. Apalagi kemarin lo ngelarang buat Angel datang, sedangkan lo bawa gue ke sini karena mama lo. Itu pasti bikin dia mikir yang enggak-enggak," jelas Gia panjang lebar untuk memberikan pemahaman pada lelaki di sebelahnya ini.

Erlangga pun hanya bisa menatap Gia tanpa membalas apa pun.

***

Angelica lagi-lagi melakukan kesalahan dalam memainkan perannya. Ia yang seharusnya merasakan sedih karena di-bully oleh pemeran yang menjadi sahabat-sahabatnya, malah seperti memikirkan sesuatu yang lain di luar itu.

"Cut! Kamu gimana sih, Ngel? Udah sepuluh kali lho ini, tapi emosinya gak dapat. Kamu lagi banyak pikiran? Kalau iya, break dulu, tenangin dulu," tegur sang sutradara yang langsung membuat Angelica kicep.

Hal itu tak luput dari pandangan Lisa, Meli, Erlangga, dan Gia. Angelica nampak kacau, tak seperti biasa di mana gadis itu selalu profesional. Walaupun salah ketika take, wajahnya berbeda dengan yang sekarang.

Sekarang Angelica nampak seperti putus asa dengan pekerjaannya. Dia pun menepi bersama Lisa, lalu diberikan minum oleh Meli. Namun Meli tak menemaninya, karena tahu Angelica pasti butuh menenangkan diri.

Setelah dua menit diam menemani Angelica, akhirnya Lisa pun bertanya pada mantan kakak kelasnya itu, "Kak Angel kenapa tadi salah take terus?"

"Gak tau," balas Angelica dengan cepat, tetapi matanya malah melirik ke arah di mana Erlangga dan Gia sudah asyik dengan dunia mereka sendiri. Padahal tadi sempat melihat Angelica yang berkali-kali salah memainkan peran.

Melihat ke mana arah pandang Angelica, Lisa jadi paham. "Oh, Kakak cemburu, ya, lihat Kak Langga sama Kak Gia?" tanya Lisa. Gia tidak banyak berubah kalau urusan wajah, jadi siapa pun masih bisa mengenali dia.

Lisa saja masih ngeh kalau itu adalah Gia.

Angelica melirik ke arah Lisa. "Enggak. Tapi gue risi aja."

"Tapi kelihatannya Kak Angel itu lagi cemburu," balas Lisa, kekeuh dengan opininya.

Hal itu membuat Angelica mengembuskan napas malas. "Terserah lo, deh. Gue mau baca script lagi aja takut lupa lagi. Bye!"

Akhirnya gadis yang dikenal sebagai aktris cantik itu pun meninggalkan Lisa untuk mengambil script-nya, membaca ulang dan mencoba untuk berakting kembali.

Padahal gadis itu salah soal menghayati. Kalau script, Angelica cepat hafal.

Melihat punggung Angelica yang menjauh darinya dan memilih untuk ke teman-teman yang lain, membuat Lisa menghela napas berat. Seketika ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati gadis itu.

Lisa mengulas senyum tipis, lalu bergumam, "Kasihan Kak Laskar. Aku jadi gak tega kalau Kak Laskar sampe tau kalau Kak Angel balikan sama Kak Langga."

[To be continue]

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Semoga suka sama cerita ini.

PRIMADONA 2 : KARMA KEDUAWhere stories live. Discover now