15. BEDA PERLAKUAN

139 11 0
                                    

Happy reading

***

Angelica merenggangkan otot-ototnya ketika terasa tubuh itu seperti remuk. Seharian, dia tidak bisa fokus dan baru kali ini, dia memakan waktu yang cukup banyak tersita.

Entahlah, sepertinya hati gadis itu tengah dicabik-cabik atau Angelica saja tak tahu bagaimana mendefinisikannya.

Dia melirik ke arah di mana Gia dan Erlangga masih menunggunya, tetapi dua sejoli itu tertidur di kursi panjang tersebut. Angelica pun hanya bisa menghela napasnya.

"Kak Angel langsung pulang?" tanya Lisa ketika berada di belakang Angelica.

Angelica membalikkan tubuh, lalu menjawab, "Gak tau, nih. Gue mau nanya ke Langga dulu. Lo gimana?"

"Aku sama yang lain kayaknya nginep di sini, soalnya jam lima kita udah mulai lagi, 'kan? Ngejar deadline juga."

Angelica pun mengangguk. "Oke deh."

Setelah itu, gadis tersebut melangkah menuju Erlangga dan Gia yang tertidur pulas. Pertama, jelas Angelica akan membangunkan kekasihnya karena Erlangga yang dia perlukan.

"Yang!" panggil Angelica sembari menggoyangkan tubuh Erlangga.

Sedikit mengulet, tetapi mata itu masih terpejam, membuat Angelica terus memanggil namanya dan mengguncangkan tubuh lelaki itu.

Sepertinya kekasih Angelica begitu lelah menunggu sampai-sampai tertidur.

Lumayan susah membangunkan Erlangga, hingga lelaki itu membuka matanya perlahan. Bangun-bangun, dia terkaget karena merasa lama ketiduran. "Eh? Udah selesai, Babe?" tanya Erlangga sembari mengucek kedua matanya.

"Udah. Aku mau pulang." Angelica nampak tegas dalam mengucapkannya.

Bukannya mengiyakan, Erlangga justru menoleh ke arah Gia yang masih tertidur pulas di kursi sebelah. Angelica sedikit heran, apakah mereka tidak sakit badan tidur di sana?

Setelah mengamati wajah sahabatnya itu, Erlangga bertanya, "Tapi Gia?"

"Pesenin taksi online aja," balas Angelica. Gadis itu kelihatan sebal, tapi yang namanya Erlangga butuh waktu untuk peka terhadap ekspresi yang diberikan oleh kekasihnya.

Erlangga pun menghela napas. "Gak bisa, Babe. Mama aku udah pesan kalau aku harus nganterin dia sampai rumah. Aku juga mau langsung ke rumah sakit habis ini. Kamu tau sendiri kalau aku sama Gia udah sahabatan dari kecil."

Benar sudah dugaan Angelica, seperti saat mereka pacaran ketika SMA dulu, tak segan-segan Erlangga menunjukkan perhatiannya pada Gia di depan Angelica dengan embel-embel 'disuruh mama'.

Ya, apa tidak ada alasan lain selain itu? Lagi pula, sudah benar Gia menghilang dari hadapan mereka, kenapa gadis itu muncul kembali ketika hubungan Erlangga dan Angelica baik-baik saja?

"Ya udah, kalau begitu kita ke sana pake mobil aku aja. Sekalian aku mau ikut jenguk mama kamu," kata Angelica. Jujur saja, dia benar-benar lelah hari ini dan jangan sampai mood-nya turun drastis hanya karena meladeni kekasihnya.

"Gak bisa, Babe, orang lain gak boleh jenguk jam segini," balas Erlangga yang lagi-lagi mengeluarkan kata 'gak bisa'. Lalu apa yang bisa?

Angelica melirik jam di tangannya. Lalu mengeluarkan senyum smirk yang jarang sekali ia tunjukkan pada Erlangga. Menatap manik lelaki itu, bergantian menatap ke arah Gia yang masih saja memejamkan mata tanpa beban.

"Oke, deh. Gak bisa aja terus."

Terdengar ketus.

"Bukan gitu maksudnya--"

"Terus? Katanya orang lain gak boleh jenguk jam segini. Aku orang lain, 'kan, bagi kamu?" sela Angelica yang sudah terlanjur emosi. Memangnya kapan sih Angelica menjadi bukan orang lain dalam hidup Erlangga?

"Babe--"

Angelica lagi-lagi menyela, "Bangunin Gia, keburu Subuh. Aku mau nginep di sini aja sama yang lain. Gak usah khawatirin aku."

Setelah itu, mantan primadona SMA Merah Putih itu pun melangkah menjauh tanpa meminta persetujuan apa pun dari Erlangga.

Angelica kira, Erlangga akan mengejarnya dan meminta maaf seperti yang ada di FTV. Namun nyatanya tidak. Dari kejauhan, Angelica bisa melihat kalau Erlangga malah memilih untuk menuruti perkataannya, yaitu membangunkan Gia.

Ada tancapan keras dan menusuk dalam hati Angelica ketika melihat itu. Apa hubungan dia dan Erlangga akan berakhir seperti dulu lagi?

"Gi, pulang, yuk!" Erlangga mengguncangkan tubuh Gia yang sangat nyaman tertidur di sana, tanpa merespons sedikit pun. Ya, minimal mengulet.

Walaupun agak sedikit susah, Erlangga tetap membangunkan sahabatnya itu hingga Gia benar-benar membuka mata.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya ketika sudah bangun.

Gia mengangkat kedua tangannya untuk merenggangkan otot-otot yang dirasa pegal. Sudah tidak empuk seperti kasur, di luar lagi. Untung saja Gia bisa tertidur tanpa gangguan apa pun.

"Jam dua," balas Erlangga singkat

"What?" Gia pun berjingkat. Berarti mereka sudah menghabiskan waktu tidur selama lima jam di luar.

Gia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, di mana tempat itu sudah sepi dan sepertinya shooting hari ini sudah berakhir. Bisa-bisanya dia mengikuti Erlangga sampai mau melihat akting para aktor dan aktris.

"Makannya, pulang! Yuk!" ajak Erlangga, sembari menyerahkan jaket miliknya pada Gia.

Gia menerima jaket itu, lalu ia memakai jaket tersebut di tubuhnya. Setelah itu, Gia kembali mengedarkan pandang mencari seseorang.

"Angel?"

"Dia mau nginep di sini katanya," jawab Erlangga dengan wajah datar.

"Oh, oke."

Kedua sejoli itu pun berjalan sejajar ke arah motor Erlangga yang terparkir sendirian. Setelah memberikan helm pada Gia dan keduanya memakai helm masing-masing, Erlangga naik diikuti Gia.

"Udah?"

"Udah," balas Gia. Kini tubuhnya agak ia condongkan ke depan dan tangannya sudah melingkar ke perut Erlangga.

Erlangga pun mulai menancapkan gasnya untuk pergi dari lokasi itu, tanpa tahu ada seseorang yang menatap kepergian mereka dengan perih. Rasa itu masih sama seperti zaman SMA ketika Erlangga juga memberikan perhatian yang lebih pada Gia.

Perlakuan dan perhatian kamu ke aku kayaknya gak sebesar perhatian kamu ke Gia ya, Ngga? batin gadis yang tak lain adalah Angelica.

[To be continue]

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Semoga suka sama cerita ini.

PRIMADONA 2 : KARMA KEDUAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن