Bab 8 || Pertarungan dimulai

9 0 0
                                    

Cahaya putih yang sempat menyilaukan pandangannya dan menutupi seluruh tubuh kini perlahan memudar dan menghilang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cahaya putih yang sempat menyilaukan pandangannya dan menutupi seluruh tubuh kini perlahan memudar dan menghilang. Axel memperhatikan benda yang kini berada di genggamannya. Sebuah pedang dan bola kristal seukuran genggaman tangan. Axel mengerutkan kening kebingungan. Ia tahu fungsi pedang pasti untuk senjata bertarung, tapi ia tidak paham fungsi dari bola kristal yang ada di tangan kirinya.

"Bravo ... bravo." Suara seseorang dari belakang terdengar sambil bertepuk tangan.

Axel memutar tubuhnya ke belakang.

"Sudah kuduga, bersembunyi sambil menunggu lawan menemukan item adalah pilihan yang tepat."

"Sudah kuduga menemukan item lebih dulu adalah pilihan yang tepat."

"Kalau begitu kita sama-sama menemukan pilihan yang tepat."

Axel menganalisis kemampuan rivalnya lewat eye monitor. Ada apa ini? Mengapa fitur analisis lawan tidak ada? Apakah ini Blind battle?

Tedyc mengumpulkan energi di telapak tangan kanannya. Kumpulan energi tersebut berubah bentuk menjadi bilah pedang. Axel mulai mengambil kuda-kuda.

"Sepertinya kau tidak ingin berlama-lama lagi. Sudah bosan menunggu ya?"

"Haha. Seperti yang kau pikirkan." Tedyc langsung bergerak menyerang.

Axel langsung menggunakan pedang yang baru ia dapatkan sebagai perisainya untuk menahan serangan dan juga melemparkan serangan balik. Axel mengayunkan pedangnya dari segala sisi. Memutar tubuh, memblokir serangan, melemparkan dentuman energi, menyayat dan disayat. Serangan demi serangan berlanjut. Tak ada yang kalah tak ada yang menang. Mereka seimbang.

Akhirnya mereka bergerak mundur bersamaan, memberi jarak dan mengatur tempo napas. Ternyata ia mendapatkan lawan yang kuat. Semua sesuai dugaan Axel, Gammaverse tidak mungkin tidak mencocokkan kekuatan pemain terlebih dahulu sebelum memasangkan sebagai rival. Axel berpikir untuk mencari celah. Gerakannya selalu terbaca tak peduli seberapa sering ia mengeluarkan teknik baru. Ia seperti merasa lawannya kali ini telah tahu kemampuan Axel. Namun, fitur analisis tidak ada lagi, bagaimana mungkin lawannya dapat mengenali semua tekniknya. Semuanya mungkin hanya jika dia seorang jenius.

"Kenapa? Merasa tertekan karena gerakanmu selalu bisa kutebak?"

Axel masih menunduk untuk mengatur napasnya dan mengontrol persentase energinya. Setelah merasa cukup, ia menatap Tedyc dan tersenyum miring. "Mari kita lihat siapa yang akan tertekan setelah ini."

Axel berlari ke arah Tedyc dengan kencang. Tedyc telah bersiap dengan pedang yang ia gengganm erat. Lalu tepat di saat Axel selangkah lagi di depannya, Axel menghilang. Sayatan panjang mengenai punggung Tedyc. Meskipun bisa dibaca, serangannya terlalu cepat. Teleportasi Axel menggunakan sihir kabutnya terlalu cepat untuk ditahan.

Tedyc terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Persen energi nyawanya menurun drastis. Tedyc tergopoh dengan bahu rendah. Ia membuat bentuk lingkaran di udara dengan sebelah tangan lalu menancapkan pedangnya ke permukaan tanah. Seketika energi tanah keluar dan mengudara mengelilingi tubuhnya.

Axel terkejut dan menduga-duga kembali. Pikirannya menuju ke satu kemampuan, yaitu self healing. Dan, sekali lagi dugaan Axel benar.

Tedyc kembali dalam keadaan bugar. Tidak ada lagi bekas luka di punggungnya. Padahal Axel sudah bersusah payah menghadiahkan sayatan itu. Sungguh kemampuan yang merepotkan.

Seseorang dibalik layar terus memantau permainan sambil bertopang dagu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seseorang dibalik layar terus memantau permainan sambil bertopang dagu.

GammaWhere stories live. Discover now