Bab 4 || Good game

16 0 0
                                    

Axel sedang melakukan siaran langsung di kanal youtubenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Axel sedang melakukan siaran langsung di kanal youtubenya. Para pelanggan kanalnya mulai ramai berkomentar saat dirinya sibuk melancarkan aksi heroiknya di medan perang dunia maya itu. Kebanyakan isi komentar adalah memuji gaya tarungnya. Ia sendiri sadar bahwa dirinya memang lumayan hebat dalam bermain game online. Rekor kemenangannya bulan ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Penonton siaran langsungnya pun menjadi lebih banyak sekarang.

Sebenarnya, setiap kemenangan yang ia dapatkan tidak serta merta hanya karena kemampuannya sendiri. Ada andil teman-teman tim nya juga di sana. Salah satunya adalah Hexafour65, temannya sejak kecil alias Dikta.

Mereka sudah berteman sejak usia 6 tahun sebab orang tua mereka juga berteman. Dikta bahkan sering menginap dan menghabiskan isi kulkas di apartemennya. Menaruh barang sembarangan saat bertamu dan tidak meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Padahal ia tahu sekali bahwa Axel benci melihat hal yang berantakan.

Tiga pemain lainnya tidak sengaja bertemu saat pemilihan tim secara acak. Karena tak pernah satu kekalahan pun yang mereka dapatkan setelah menjadi satu tim, mereka memutuskan untuk terus bermain sebagai tim. Hari ini pun mereka baru saja menyelesaikan permainan dengan kemenangan mutlak lagi. Dalam acara live nya, Axel melakukan selebrasi spontan dan orang-orang ramai memberikan pujian atas permainan timnya.

Saking asyiknya bermain, Axel lupa jika ia memiliki janji menjemput pacarnya. Akhirnya Axel menggerutu sendiri. Ia mematikan siaran langsung dan bergegas keluar. Di perjalanan, ia terus menelepon nomor Lea. Namun tak kunjung di angkat. Ia yakin Lea sedang marah sekarang. Axel memarkir mobilnya dan bergegas keluar lalu berlari menaiki anak tangga menuju Gedung fakultas Lea. Di pinggir jalan, Axel melihat dua gadis yang sering bersama Lea. Axel bertanya kepada mereka namun mereka tidak mengetahui keberadaan Lea sekarang.

Axel kembali menelepon Lea. Setelah mencoba terus menerus, akhirnya Lea mengangkat teleponnya.

"Lea, kamu di mana? Aku sudah di depan kampusmu."

"Aku sudah pulang."

"Aku jemput di rumah ya."

"Gak perlu, aku sudah gak mood buat jalan sama kamu."

Axel tertegun. "Oke."

"Emang ya, kamu ini gak peka banget."

Baru saja Axel ingin bersuara lagi, namun panggilannya telah terputus. Lea telah menutup teleponnya. Axel bingung dengan kalimat terakhir Lea. Tidak peka apa maksudnya?


***


Zia baru saja menendang perut lelaki bertato naga itu. Dari belakang, lelaki botak yang sebelumnya terlihat seperti pemimpin saat di cafe internet melayangkan kepalan tinjunya. Namun dengan sigap Zia menghindar dengan merunduk lalu dengan cepat berpindah posisi ke belakang lelaki tersebut dan memelintir sebelah tangannya hingga si lelaki meringis kesakitan. Si pria bertato itu berdiri kembali. Zia langsung mendorong tubuh lelaki botak itu hingga menubruk lelaki bertato naga tersebut.

Setengah jam yang lalu, mereka membawa Zia ke sebuah motel. Begitu sampai di depan pintu kamar, tubuh Zia langsung di dorong masuk. Bahkan ia terus di sudutkan sampai terbaring di atas tempat tidur. Mereka semua terlihat gembira. Seperti mendapatkan mainan baru. Sangat bersemangat.

Mereka menganggap Zia terlalu polos karena mau mereka ajak pergi. Mereka tidak berpikir sedikitpun bahwa Zia tidak mungkin pergi tanpa persiapan. Saat salah satu dari mereka ingin memulai aksi mesumnya, dengan membuka ikat pinggang dan resleting celananya. Zia diam-diam telah merencanakan sesuatu. Saat lelaki itu mulai merangkak di atas tubuhnya, sebuah alat setrum dengan cepat ia arahkan ke leher lelaki itu. Satu lawan telah pingsan. Tak cuma alat setrum, Zia juga punya seprotan merica. Seprotan itu ia arahkan ke satu lelaki lagi dan menendang selangkangannya. Lelaki itu pun terkapar di lantai dengan kesakitan.

Tersisa dua orang. Yaitu lelaki bertato naga di lengan dan lelaki botak berperut buncit. Dari postur tubuh, Zia jelas kalah besar dan kalah kuat. Namun Zia tidak kalah cerdik dari mereka. Ia tahu titik-titik vital manusia yang rentan benturan. Titik itulah yang ia serang hingga akhirnya Zia berhasil menumbangkan semuanya. Empat lawan satu.

Zia menggeledah dompet mereka berempat. Ternyata uang yang mereka miliki lumayan banyak.

"Dasar gadis ja-lang." Lelaki bertato itu masih sadarkan diri ternyata. Namun ia terlihat sangat kesakitan. Zia meludah ke arahnya lalu melemparkan dompetnya tepat ke wajah lelaki itu. Sebelum keluar, Zia menyetrum lelaki bertato itu lagi sampai benar-benar pingsan.

"Maaf kalian, memilih lawan yang salah," ucapnya sebelum mengarahkan alat setrum ke leher.

Zia keluar dari motel tersebut sambil memakan sebuah lolipop. Langkahnya terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya lalu melihat sebuah email baru.

Paket telah dikirimkan ke alamat anda. Silahkan dicoba dan selamat menjelajah di dunia yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GammaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang