Reane akan melepaskan tangannya itu, namun Ray malah menahannya.
"Ah!"
Karena dia menarik cukup kuat, Reane hampir terjatuh menimpa Ray, untung saja dia menopang bagian atas tubuh dengan sikunya. Tapi, karena tempat tidur cukup empuk, sikunya tenggelam oleh keempukan rajang sehingga dagu Reane tepat di atas wajah Ray.
Aroma stroberi yang manis kembali tercium oleh hidungnya, bahkan lebih kuat. Ray yang awalnya menikmati kehangatan tangan itu, kini membuka mata dan di sambut oleh leher putih gadis itu.
"Ra-y ... lepaskan." Reane sangat gugup oleh posisi ini sehingga tak berani menunduk menatap orang di bawahnya, tapi dia tidak tega melepas paksa tangannya yang masih Ray genggam. "Su-dah malam ... bolehkah aku kembali ke kamarku?"
Sudah lewat tengah malam, dan Reane tak menduga waktu begitu cepat berlalu saat dia tengah membaca buku. Jika bukan karena atensinya teralihkan sebab tidur Ray yang gelisah dan membuatnya panik, mungkin Reane akan lupa waktu sampai-sampai membaca buku sampai pagi di kamar Ray.
Mendengarnya akan pergi, wajah Ray langsung berkerut tidak suka. Dia melepaskan tangan kecil dan hangat itu membuat si empunya lega, hanya saja rasa lega sementara, sebab tangan itu malah menyelinap ke belakang punggung dan memeluknya.
Siku Reane tertekuk sehingga tubuhnya runtuh di tempat tidur. Dia sangat terkejut hingga tak memiliki waktu untuk bereaksi. Bahkan sebelum dia bereaksi, dia terkejut lagi oleh nafas hangat yang menyembur ke lehernya. Setelah itu, suara mengendus disertai hirupan dan embusan nafas membuat lehernya yang sensitif gatal dan merinding.
Wajah Reane memerah seketika. Dia ingin bangun, namun tangan yang kuat mendorong punggungnya lebih dekat sampai-sampai wajah pria itu terkubur di ceruk lehernya.
"R-Ray ...," bisik Reane tersipu dan tidak nyaman.
Dia tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria ... Bahkan, jarang sekali dia bertemu dengan lelaki seumurannya. Hanya ada kakaknya pria yang paling dekat dengannya di kehidupan itu. Lalu sekarang, Ray masih sangat asing untuk Reane, tentu saja dia sangat tidak nyaman dengan jarak sesempit ini. Pelukan ... Ini adalah pelukan yang kuat. Dia terus mengendus di lehernya membuat Reane semakin memerah.
Menghirup rakus aroma dari tubuhnya, Ray sama sekali tak peduli dengan panggilan gadis itu. Dia hanya menutup mata menikmati kehangatan dan kenyamanan itu.
"Ray ... aku akan tidur di kamarku... tolong lepaskan ...."
Bagaimana mungkin Ray akan membiarkan kenyamanan ini pergi begitu saja? Dia memeluk pinggang gadis itu lebih dekat sehingga tubuh keduanya menempel. Bahkan, hidung dan bibirnya menyentuh kulitnya.
Sentuhan lembab itu membuat Reane semakin bergidik dan geli, tapi pelukannya yang terlalu erat membuatnya tak berdaya. Akhirnya Reane menyerah untuk membuatnya melepaskan.
Mungkin Reane yang sebelumnya pun belum pernah sedekat ini dengan Ray, tapi kenapa saat ini Ray terus mengendusnya seperti anak anjing yang telah menemukan makanan enak dengan indra penciumannya?
Tingkah Ray memang terlalu mendadak untuk Reane yang memang berniat ingin lebih dekat, jadi sepertinya dia harus terbiasa. Terlebih ... apa yang Ray alami dalam tidurnya sepertinya bukan hanya sekedar mimpi buruk. Reane masih cemas.
Setelah beberapa menit membiarkan, Reane merasakan nafas orang yang memeluknya teratur. Endusan itu di gantikan nafas lembut dan pelan, membuktikan bahwa dia tertidur lagi.
Dengan pelan, Reane mencoba melepaskan tangan Ray yang melingkari pinggang sampai ke punggungnya, tanpa di duga, tangan itu sangat keras untuk di lepaskan. Renae berniat tetap pergi ke kamarnya, tapi sepertinya tidak memungkinkan. Dia takut Ray terbangun karena gerakannya yang kasar.
Apakah aku tidur di sini saja dengan Ray? Atau menunggu dia melepaskannya sendiri? Batinnya bimbang.
Akhir dari pergulatan batinnya, akhirnya Reane menyerah dan memilih tidur di sini.
Untuk apa aku malu? Aku harus terbiasa. Lagi pula, kita suami-istri, sudah seharusnya tidur di ranjang yang sama.
Dengan pemikiran itu, Reane merasa kegugupan dan ketegangannya sedikit hilang. Menunduk dan menatap wajah Ray yang sangat dekat, Reane menyingkirkan poni di dahinya dan menyeka lembut keringat di sana. Matanya tertutup sehingga buku mata panjang pria itu bisa Reane hitung banyaknya.
Setelah lama mengamati, rasa kantuk tiba-tiba menyerang. Tangan Reane mengusap-usap rambut halus Ray di tengah matanya yang mulai tertutup. Saat kesadarannya berangsur-angsur tenggelam, akhirnya Reane tertidur.
Usapan lembut itu berhenti, dan dia langsung membuka matanya. Dia memang sempat tertidur, namun usapan itu membuat dia yang sensitif langsung bangun. Mendongak dengan mata langsung terpaku pada benda merah muda yang sempat dia amati sebelumnya. Dia berpikir, apakah itu akan semanis krim kue stroberi yang sempat dia cicipi sebelumnya?
Memastikan dia benar-benar tertidur, pria itu buru-buru mencuri ciuman di bibirnya, dan dia langsung menutup mata berpura-pura tertidur untuk berjaga-jaga jika gadis itu terbangun.
Hanya sedetik, namun membuat sudut bibirnya langsung terangkat.
Manis.
~•~
TBC.
___
Jangan lupa votenya, bestie~
___
20.14
Rabu, 24 Agustus 2022
ESTÁS LEYENDO
Dependency ✓ [Sudah Terbit]
Romance17 tahun Leane hidup di ranjang rumah sakit tanpa mengenal dunia luar. Setiap hari, ia hanya tahu rasa sakit karena keadaan tubuhnya yang lemah. Pada akhirnya, ia mati dengan damai tanpa pernah merasakan apa itu kebahagiaan. Bangun di tubuh dan temp...
6. Dependency 🌷
Comenzar desde el principio
![Dependency ✓ [Sudah Terbit]](https://img.wattpad.com/cover/315356737-64-k470748.jpg)