8. Larissa Kabur

776 40 0
                                    

Erlangga terbangun saat mendengar dering ponselnya. Sudah kurang lebih dari tiga minggu Erlangga memilih mengistirahatkan tubuhnya yang penuh dengan memar dirumahnya sendiri.

Erlangga menyerahkan semua pekerjaan kantor pada sekretaris sekaligus tangan kanannya untuk sementara, sedangkan dirinya berbaring untuk penyembuhan luka diwajah dan tubuhnya, serta membiarkan dirinya mengistirahatkan otaknya yang serasa ingin pecah memikirkan masalah yang dialaminya.

Saat hendak mengangkat panggilan tersebut, ponselnya berhenti berdering dan bertepatan dengan ketokan pintu dikamarnya.

"Nak Erlangga, ini Bibik nganter sarapan," ucap orang dibalik pintu, orang yang baru saja mengetuk pintu kamar Erlangga.

"Masuk saja Bik, pintunya nggak dikunci," jawab Erlangga mempersilahkan.

Tak lama wanita yang seumuran dengan Tantenya itu masuk membawa nampan berisi makanan, minuman, dan juga obat-obatan.

"Jangan lupa diminum obatnya setelah makan," peringat Bibik diangguki patuh oleh Erlangga.

Salah satu pekerja yang paling berumur diantara pekerja lain dirumahnya ini sudah bekerja sejak Ibunya baru datang sebagai pengantin baru dirumah ini. Bahkan mereka berdua sudah seperti teman curhat jika didapur. Itulah kenapa Erlangga memperbolehkan wanita itu untuk memasuki kamarnya yang tak pernah dimasuki orang lain sebelumnya.

"Cempaka belum pulang Bik?" tanya Erlangga digelengi pelan oleh Bibik.

"Ndok Cempaka kenapa ikut nak Liam toh nak Erlangga? Terus kenapa ini luka-luka nak Erlangga ada pas nak Liam dateng ke rumah?" tanya Bibik yang akhirnya berani mengungkapkan rasa penasarannya.

"Erlangga sudah bersikap kasar sama Cempaka sampai dia trauma," pelan Erlangga menunduk malu untuk mengatakannya.

"Nak Erlangga kdrt?"
"Ya Allah gusti, kok bisa? Selama ini kayaknya nak Erlangga itu orang yang sabar, kok bisa sampai kdrt?"

Erlangga hanya tersenyum tipis menanggapi keterkejutan Bibik, ia tak bisa mengatakan jika dirinya kdrt saat ingin menyentuh Cempaka. Tentu semua pekerja nanti akan bergosip jika hubungan mereka selama ini tak baik dan tak pernah melakukan hubungan Suami Istri, serta mereka pasti akan membicarakan Cempaka yang menolak saat disentuh olehnya yang secara hukum dan agama adalah Suami sahnya. Erlangga tak mau Cempaka justru dibicarakan atau disalahkan untuk masalah ini, karena yang salah adalah dirinya yang berani menyentuh wanita yang nantinya akan ia ceraikan dan kembalikan ke sahabatnya sendiri.

"Erlangga pulang mabuk dan gak sengaja ngelukain Cempaka," jelas Erlangga membuat Bibik mengelus pelan dadanya.

"Lain kali jangan gitu ya nak, selama ini kamu gak pernah pulang mabuk lho, kasian ndok Cempaka" kata Bibik memberikan nasihat pada Erlangga yang menerimanya dengan baik.

"Terus pas itu manggil Dokter cewek karena itu?" tanya Bibik hati-hati diangguki pelan oleh Erlangga.

"Kasian nak Cempaka, semoga cepet sembuh. Nak Erlangga juga semoga cepet sembuh. Kalau gitu Bibik pamit, mau ke supermarket buat belanja," pamit Bibik diangguki pelan oleh Erlangga.

Selepas kepergian Bibik, Erlangga meraih ponselnya dan melihat panggilan siapa yang belum sempat terangkat olehnya tapi sudah mati.

"Larissa--" guman Erlangga begitu melihat nama nomer yang baru saja menghubunginya.

Erlangga memejamkan matanya sambil mengingat kembali kejadian beberapa minggu yang lalu, dan sejak hari itu ia belum juga menghubungi Larissa untuk mendengar penjelasan wanita itu karena pikirannya masih buntu atas rasa bersalahnya pada Cempaka.

Jika saja Erlangga bisa berpikir jernih dan berusaha bersabar untuk mendengar penjelasan Larissa, mungkin saja kejadian ini tak akan terjadi. Dirinya tak akan pulang dalam keadaan mabuk dan melukai Cempaka yang tak bersalah sama sekali.

Erlangga menekan kembali nomor tersebut dan berusaha menghubunginya, tapi tak bisa. Hal itu membuatnya menarik nafas panjang. Erlangga tau jika Larissa adalah sosok yang memiliki gengsi tinggi, wanita itu tak mungkin menghubunginya atau meminta maaf terlebih dahulu jika tidak mendesak. Tentu saja panggilan Larissa barusan sangat penting, tapi Erlangga justru tidak mengangkatnya.

Setelah mencoba berpikir untuk beberapa saat, Erlangga memutuskan turun dari tempat tidurnya dan berusaha berdiri. Lalu setelah memastikan jika fisiknya sudah kembali pulih, Erlangga melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian dan mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian yang lebih layak digunakan untuk keluar rumah.

"Mau kemana nak? Memangnya sudah sembuh?" tanya Bibik saat melihat Erlangga turun dari tangga dengan pakaian yang sudah rapih.

"Erlangga pamit keluar sebentar Bik,"pamit Erlangga diangguki dengan berat hati oleh Bibik.

"Assalammualaikum"

"Waalaikumsalam, hati-hati"
........

"Kau masih berusaha menghubunginya?" tanya Yoga setelah berhasil merebut ponsel milik Larissa.

"Kak kembaliin!" marah Larissa berusaha merebut ponselnya dari genggaman kuat Yoga.

"DIAM!" bentak Yoga yang sudah muak dengan Larissa yang selalu membantahnya.

Larissa berusaha keras menolak pernikahannya bersama Rifki yang merupakan pria baik-baik dan tetap memilih pria yang jelas-jelas sudah memiliki Istri tapi tetap menjalin kasih dengannya.

"APA YANG KAU HARAPKAN DARI ERLANGGA?! PRIA ITU BAHKAN SUDAH MEMILIKI ISTRI, APA KAU BERNIAT MENJADI YANG KEDUA!" bentak Yoga membuat Larissa kembali meneteskan air matanya.

"Berusahalah menerima Rifki sebagai Suamimu, maka semuanya akan baik-baik saja setelahnya," lanjut Yoga dengan nada suara yang tak sekeras sebelumnya. Ia keluar dari kamar Larissa dan kembali mengunci kamarnya.

"Er-- kumohon datanglah," lirih Larissa sambil menyembunyikan wajah menyedihkannya dibalik kedua kakinya.

Larissa mendongakkan kepalanya saat melihat jendela terbuka. Ada niatan untuk kabur, tapi pasti jika dirinya loncat dari jendela kakinya akan memar dan lumayan sakit.

Setelah berpikir dan meyakinkan dirinya sendiri, Larissa memutuskan kabur dari pernikahannya lewat jendela kamarnya.

"Aaw... Sstt--" ringis Larissa saat merasakan pergelangan kakinya yang terkilir setelah dirinya lompat dari jendela.

Saat merasa lebih baik Larissa berusaha berdiri dan menjauh dari pekarangan rumahnya dengan diam-diam tanpa diketahui siapapun, terlebih Kakaknya.

Dipinggir jalan Larissa berniat meminjam ponsel milik seseorang untuk menghubungi Erlangga, tapi ia diharuskan berlari disaat kakinya masih sakit karena dirinya melihat Kakaknya yang tengah mengejarnya dari kejauhan.

"Akh!" teriak Larissa saat tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat disampingnya dan hampir saja menyerempet tubuhnya.

"Larissa?"

Larissa langsung menoleh saat mengenali suara tersebut. Tanpa tunggu lama Larissa langsung membuka pintu mobil dan duduk disamping pria yang sangat ia harapkan akan datang, dan ternyata pria itu sungguh datang untuk menyelamatkannya.

"Jalanin mobil Er, sebelum Kakakku menyusul kita," pinta Larissa dengan nafas yang masih terengah karena kelelahan berlari.

"Kenapa?" bingung Erlangga yang belum memahami situasi yang mereka alami.

"Jalankan saja mobilnya!" tegas Larissa membuat Erlangga mau tak mau menuruti perkataannya meskipun masih dilanda kebingungan.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Erlangga disela menyetirnya.

"Kakakku menerima lamaran Pak Rifki, dan kita akan menikah malam ini-- ERLANGGA PERHATIKAN JALAN!!"

Erlangga yang terkejut dengan perkataan Larissa jadi tidak fokus dan hampir menabrak anak kecil yang hendak menyebrang. Dan karena teriakan Larissa, Erlangga langsung menoleh ke depan dan membanting setir untuk menghindari anak tersebut, tapi mobilnya justru menabrak pinggiran jembatan hingga keduanya tak sadarkan diri dan mengundang perhatian banyak orang yang ada disekitar untuk melihat kecelakaan tersebut.

........
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
......

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK !
☞ ☆ ☜

Dua Tahun Tersulit [END]Where stories live. Discover now