Jawaban Cinta!!

Start bij het begin
                                    

"Ngaceng banget ya sampai masuk ke dalam bentukan otak Lo, jadi pengen bacok muka lo biar mampus!!" cibir Kevan tajam pada Eboy yang hanya cengengesan ditempatnya.

Merasa dirinya masih sedang dibicarakan Axello pun memandang ke arah luar pintu kelasnya itu dan hampir saja ia ingin melemparkannya ke arah kepala Eboy dengan penghapus yang sedang dia pegang tadi karena masih sangat kesal, lalu Kevan menekan kepala Eboy agar merunduk ke bawah yang nyaris mencium lantai sekolah, segera cepat dia membawanya bersembunyi begitu ketika dia tengah mengintipnya. Kevan bergerak dan lebih dulu untuk menghindarinya dari pada nanti dirinya yang harus kena sasarannya lagi. Axello benar-benar terlihat ingin sekali melepaskan emosinya yang mulai meledak.

Alyra kini menundukkan wajahnya dalam, antara malu dan sebal padahal ia hanya ingin bercanda tapi kenapa Axello tak pernah mau meladeninya walau sebentar saja? Meski semua itu hanyalah bohong Alyra ingin sekali Axello lebih mau memperhatikan dirinya bukan malah bersikap tak peduli seperti ini dan selalu mengacuhkannya didepan mereka seakan keberadaan Alyra tak terlihat dimatanya.

Lalu Pak Sedit pun memulai pelajarannya sambil kembali teringat bahwa ia juga memberikan Axello hukumannya selama pelajaran berlangsung.

Cukup lama Axello berdiri sambil menjelaskan materi dipapan tulis yang mereka pelajari. Pak Sedit sengaja duduk dibelakang meja salah satu murid bersama siswa lainnnya. Kini Axello yang menjadi guru sementara. Jadi Pak Sedit tak bersusah payah membuang energinya untuk berbicara tentang pelajaran yang seharusnya dia ajarkan. Axello termasuk murid lelaki yang cerdas dengan sengaja Pak Sedit memanfaatkannya sedikit untuk bersantai-santai yang sebaliknya antar Axello dan Pak Sedit adalah seorang murid dan guru.

Axello mendengus kasar namun ia tetap menjalankan perintah sekaligus hukuman untuknya juga. Sedang Alyra sedari tadi cuma mengamati Axello yang sibuk mengerjakan soal-soal yang sempat diberikan.

"Sekarang giliran Alyra yang harus jawab pertanyaannya diatas soal itu tadi." ujar Pak Sedit. Alyra meneguk ludahnya pelan. Ia tidak tahu kalau Pak Sedit cukup menakutkan dengan pelajaran yang lebih sulit untuk dipahami oleh otaknya yang kurang memadai.

"Nih ambil cepatan Lo jawabnya keburu Pak Sedit ganti pertanyaan yang gak masuk akal." kata Axello menyerah spidol itu pada Alyra. Cewek mulai mengambilnya dan akan menjawabnya dengan jawaban yang jelas dia pun tidak tahu apakah itu benar atau sebaliknya. Alyra sungguh tak yakin akan dirinya. Ternyata di kelas unggulan sini membuat Alyra berubah pikiran untuk mengangkat kakinya. Ia bingung harus bagaimana. Padahal dia belajar tapi Alyra merasa dia tak pernah sama sekali mempelajarinya saat dikelasnya yang dulu baru kali ia dihadapkan soal itu. Benar-benar berbeda sekali kalau di kelasnya mungkin masih bisa terbilang mudah tapi tetap saja tidak baginya.

"Kamu bisa jawab tidak? Saya tunggu Loh dari tadi lama banget! Cepat selesaikan atau enggak kamu akan saya jadikan kerangka patung berdiri seharian setiap jam masuk pelajaran saya selamanya!!" tekan Pak Sedit. Alyra melototkan matanya ngeri menatap horor sebentar soal yang ada didepannya itu dengan tangan yang mulai ikut gemetar karena takut akan ancaman guru sialan itu. Cukup terdengar sadis ditelinganya Alyra sampai tak bisa berpikir dibuatnya.

"Kelamaan Lo sini biar gue bantu." ucap Axello yang tiba-tiba saja berdiri dibelakang tubuhnya sambil berdecak sebentar melihat Alyra yang terlalu lamban untuk menggerakkan tangannya dipapan itu entah apa yang akan dia tulis meski cewek itu bingung tidak tahu.

Mea menutup mulutnya kaget saat melihat Axello yang terlalu dekat menghimpit tubuh mungil Alyra didepan sana. Rendra pun sempat ternganga sebentar. Savero yang awalnya tidak konsentrasi kini ikut melototkan matanya sejenak ke arah mereka berdua yang menjadi pusat perhatian banyak orang.

"A-aku bisa kok. Tapi kalau kamu maksa gapapa." kata Alyra antara masih tersadar atau mulai kehilangan kewarasannya saat menatap wajah Axello dari dekat ketika ia mendongak ke atas sedikit dari sampingnya. Axello tak mau menghiraukannya ia tetap memegangi tangan kecil Alyra dengan spidol itu tadi lalu menekannya dan ikut menggerakkan tangan itu yang terasa kaku sambil perlahan mulai menuliskan jawabannya dengan tepat. Alyra tak lagi lagi memperhatikan ke papan tulis yang masih dilihatnya adalah wajah rupawan Axello dari sampingnya membuat cewek merah itu tak bisa berpaling. Hingga Axello jadi sedikit sulit ketika mata Alyra tidak fokus ke tulisannya itu.

Mylovelly Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu