5. BERHENTI JADI ORANGTUA EGOIS.

39 8 0
                                    

Saat tiba di rumah itu aku dan Seo terdiam melihat pemandangan di depan kami, "kalian sedang apa?" tanya Seongeun heran, "aku mau mandi duluan, awas kau!" ucap Vasco melayangkan tinju pada Gimyung yang berhasil dihindari, kegaduhan karna rebutan mandi? di depan sana Gimyung dan Vasco rebutan siapa yang mandi lebih dulu.

"kalian pulang lebih awal tadi, sekarang baru rebutan mau mandi, lalu dari tadi kalian ngapain?" tanya ku, Seongeun melewati dua orang itu, "sudah! biar adil aku duluan yang mandi~" dua kepalan tinju mengenai wajah Seongeun hingga ia terpental ke belakang, "kau pikir kau siapa!" ujar Vasco dan Gimyung bersamaan, ternyata kekuatan mereka tak berkurang jika di dunia ku, ini melelahkan.

"Hentikan! kenapa tak mandi bersama saja?" ujar ku memberi saran walaupun aku merasa kata kata tadi ambigu, bukannya sudah biasa laki laki mandi bersama? apa juga yang mau dilihat, mereka kan tak punya twetwek, 3 orang ini menatap ku, "kau mau mandi bersama kami?" tanya Seongeun dengan senyum jailnya yang menyebalkan.

"kau gila?! cepat kalian mandi sebelum ku habiskan semua makanan ini!" teriakku kesal bisa-bisa nya mereka malah tertawa, sial wajah ku panas rasanya. "wah punya mu besar juga!" aku mendengar suara gimyung, aku yakin dia sengaja teriak begitu agar aku dengar, mata ku melihat darah yang mengenai lantai, aku mimisan ternyata apa yang kau bayang kan sarang?!

aku memilih keluar mencari jajangmyun dari pada mendengar kata-kata ambigu 3 makhluk itu, langkah ku terhenti menyaksikan senja yang begitu indah, tak ada rasa bosan sekalipun walaupun melihat nya setiap hari, tak tau kenapa senyum ku terukir begitu melihat senja, "ah apa mereka makan tanpa menunggu ku?" aku melanjutkan perjalanan sebelum 3 orang itu menghabiskannya.

saat tiba, 3 orang itu ternyata sudah menyajikan makanannya ke piring, mereka memperhatikan kantung berisi jajangmyung yang ku pegang, "kau dari mana?" tanya vasco mengeringkan rambutnya dengan handuk, sementara seo lebih tertarik pada televisi yang menayangkan hal tak menarik, "dari warung, aku beli jajajngmyun" aku menaruhnya dan kami duduk mengelilingi makanan, "percuma saja aku teriak dari tadi, ternyata dia pergi aihh~" mendengar ucapan gimyung itu seongeun dan vasco tersenyum jail, "aku tau kau sengaja, makanya aku kabur aish!" kim gimyung malah menanggapinya dengan tersenyum jail.

"apa anak sekolah disini memang badan mereka kecil-kecil?" tanya seo menikmati gimbab nya, aku meneguk minuman dingin ku, "tak semua tapi lebih banyak begitu, lagi pula bukan mereka yang kecil tapi badan anak sekolah di dunia kalian yang besar-besar, mana ada anak sekolah bertato dan badan kekar seperti kalian bertiga ah bukan, tapi jurusan mu, arsitektur!"

ujar ku menatap vasco yang tak ambil pusing dengan omongan ku itu, kami kembali fokus makan hingga ketukan pintu mengalihkan perhatian kami, "eomma?" ibu berdiri di sana, menahan amarah, dari wajah ibu saja sudah bisa ku baca dengan jelas dan di samping nya ada paman byunchol yang menatapku khawatir, "pulang..." ujar ibu pelan, "eomma, kenapa bisa di si-" vasco, gimyung dan seongeun saling memandang bingung, "kau tak dengar?!" aku berdiri menghampiri ibu yang menatap ku tajam.

ibu menarik lengan ku kasar meninggalkan rumah itu tak peduli dengan tatapan mereka, "eomma sakit!" aku mengusap pergelangan tangan ku yang memerah, "ya! ibu menyuruh mu apa? belajar persiapkan ujian masuk universitas nanti! tapi kau malah berkumpul dengan 3 preman itu dan kau juga bekerja tanpa sepengetahuan ibu! siapa yang beri izin kau kerja paruh waktu di mini market ha?!" aku tertunduk tak berani menatap ibu.

"jawab, kim sarang!" teriak ibu tak tau tempat, "ayo bicarakan dirumah.." ujar ku pelan, "wae? kau malu jika teman-teman mu itu mendengar? berhenti kerja dan fokus belajar, ibu dan ayah masih mampu membelikan barang-barang yang kau mau, untuk apa kau kerja? jebal! menurut saja perkataan ibu, ini semua untuk masa depan mu," tak lama mobil terhenti di dekat kami, "selesai kan dirumah, jangan buat malu disini, yeobo, sarang." ujar ayah menengahi, aku pun meninggalkan mereka segera kembali ke rumah.

~ ~ ~

"besok kau pergi ke mini market dan bilang kalau kau berhenti, mengerti?!" teriak ibu saat baru tiba di rumah, "aku juga ingin punya kesibukan lain, aku mau beli barang-barang dengan uang ku sendiri, eomma dan appa tak pernah memberi ku uang sejak aku lulus sekolah, saat tak ada kerjaan ibu menyuruh ku mencari kesibukan saat sudah dapat kerja ibu malah begini, kenapa semua yang ku lakukan salah di mata kalian!" ayah mengusap wajah nya kasar begitupun ibu.

"ini, yang kami lakukan untuk kebaikan mu sendiri! suatu saat kau akan mengerti!" aku menatap ayah, "untuk ku atau untuk ayah? ayah memaksa ku masuk polisi bahkan tak membicarakan saat mendaftarkan les khusus untuk masuk kesana! apa ayah tak tau bagaimana aku menderita menjalani hari-hari saat itu? apa kalian tau bagaimana perlakuan kasar orang-orang disana kepada ku?!"

"masa depan mu lebih terjamin jika kau setelah lulus sekolah langsung kerja, kenapa jadi begini, kau juga berhenti di tengah jalan kan?!" aku tak habis pikir dengan mereka berdua, "iya, aku sengaja melakukannya, kemana pun aku mengadu mereka selalu mengatakan hal yang sama, 'jalani saja dulu' aku muak mendengar nya! aku pun tetap menjalaninya walau aku ingin mati setiap mengingat hari buruk lain nya yang akan datang, dari awal aku tak mau dan ayah tetap memaksa, akhirnya aku tau bahwa aku pasti menyerah di tengah jalan nanti, selama itu aku tetap bertahan karna memikirkan bagaimana ibu jika aku tak ada? apa ibu akan menderita?"

"ibu sudah menuruti permintaan mu untuk ke psikolog kan? kau tau berapa biaya untuk berobat mu sekali bayar?! apa masih kurang?" aku tersenyum miris, "walau kalian tau kesehatan mental ku memburuk, kalian tetap melakukannya, setelah gagal polisi malah giliran ibu memaksa ku tes pns, aku suka menulis eomma appa! aku ingin jadi penulis yang karya nya di baca banyak orang! kalian tak sekali pun menanyakan apa rencana ku sendiri, selalu bertindak sesuka hati, semua demi masa depan ku, tapi sekarang lihat! semua nya hancur, aku bahkan tak ada keinginan untuk kuliah! kapan kalian berhenti jadi orang tua egois?"

PLAK, satu tamparan mengenai pipi ku, rasa panas menjalar bersamaan dengan air mata ku yang sedari tadi ku tahan, "kau masih muda jangan sampai tak punya tujuan hidup, appa dan eomma keras pada mu agar kau jadi anak yang berhasil agar mental mu kuat bukan lembek seperti ini, appa juga mau anak sulung ku jadi polisi seperti appa nya, apa itu salah!"

"maaf, aku yang salah, karna di dunia ini orang tua selalu benar dan anak selalu salah, kan?" aku meninggalkan rumah menuju tempat yang membuat ku tenang, dimana lagi jika bukan taman yang jarang di lalui orang daerah ku.

2 DIFFERENT WORLDWhere stories live. Discover now