Bab 028

221 42 2
                                    

Tidak ada yang tahu tentang kedatangan Raffael, kehadirannya yang seperti hantu membuat semua orang yang berada di lokasi tertegun. Dengan jubah menjuntai pajang menutupi seluruh tubuhnya dengan pola ukiran teratai putih di atas dadanya, Raffael memandang ribuan Zombie yang terus menerus berdatangan. Hingga tatapan yang acuh tak acuh berubah menjadi dingin ketika menatap Zombie berwarna merah dengan bentuk aneh.

"Level tiga." Gumamnya.

Renjun tertegun mendengar Level Zombie tersebut dan tidak banyak bicara. Kemudian terdengar suara jernih milik Raffael.

"David tolong buat dinding tanah untuk menutupi gerbang yang hancur bersama rekan setimmu yang memiliki kekuatan bumi."

David tercengang dengan perintahnya, dan masih terdiam tidak bergerak.

"Apakah kamu tuli? Aku berkata cepat tutup pintu gerbang dengan kekuatan bumi milik mu!"

Sekali lagi Raffael berkata yang membuat David langsung bergegas bersama dengan rekan-rekannya yang memiliki kekuatan Bumi. Ada tiga orang dalam tim yang memiliki kekuatan Bumi, mereka bertiga langsung memusatkan energi untuk menutup celah gerbang yang terbuka.

Hingga sebuah tanah berbentuk dinding muncul semakin tinggi dan tebal, ini adalah pertama kalinya menggunakan kekuatan mereka setelah kebangkitan. Rasanya sebuah energi mengalir dengan deras melalui ulu hati dan jantung.

Melihat mereka sudah mulai menutup dinding, Raffael langsung menjadi komandan mereka.

"Haechan gunakan kekuatan angin mu untuk melemparkan beberapa granat di dekat pintu masuk pangkalan agar Zombie tidak menganggu penutupan celah."

Haechan tidak banyak bicara dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang di katakan Raffael, hingga sebuah suara ledakan terdengar bergema dengan getaran yang membuat beberapa Zombie menjadi bubur coke.

Melihat Zombie berbondong-bondong untuk memakan inti kristal, Raffael langsung menyerang menggunakan panas es miliknya yang membuat beberapa kepala Zombie meledak.

"Ini tidak akan mudah." Gumamnya sambil melihat ribuan Zombie yang terus berdatangan.

Hingga Raffael mengeluarkan beberapa bibit tanaman, itu adalah bibit anggur. Raffael sudah lama tidak menggunakan mereka dan ini adalah pertama kalinya mereka di gunakan lagi. Melihat tidak ada waktu lagi, Raffael melemparkan bibit tersebut di beberapa arah dan memusatkan kekuatan kayu miliknya saat bibit tersebut mencapai tanah.

Perlahan sebuah tunas terlihat hingga tumbuh semakin tinggi dan besar, tanaman merambat dengan daun anggur yang tebal dan lebar membuat semua orang terpana. Apalagi buah anggur yang memiliki mulut dengan warna merah cerah dan gigi tajam.

"Ini tanaman mutan." Gumam Renjun dengan kaget.

Raffael mengabaikannya dan mengarahkan seluruh tanam anggur mutan dengan sebutan anggur pemakan daging ke seluruh tembok yang melindungi pangkalan agar Zombie yang mendekat akan di makan habis-habisan.

"Makanlah." Perintahnya yang membuat tanaman anggur tersebut senang.

Merespon dengan tatangkel miliknya yang meraih setiap Zombie dan memasukkan ke dalam mulut buah anggur. Beberapa tim yang melihatnya ngeri dengan keganasan tanaman mutan.

"Jangan lupa kumpulkan inti kristal."

Mendengar apa yang di katakan Raffael, tanam mutan tersebut langsung mengambil inti kristal yang berserakan mencoba melindungi dari setiap Zombie menggunakan daun yang tebal penuh duri.

Zombie Level tiga yang melihat tanam mutan dan menyerang rekannya meraung dengan sangat marah, mencoba untuk menyerang ke arah Raffael.

"WOAR!!"

"Cik, kamu sangat berisik." Umpatnya dengan tidak senang.

Dia melirik ke arah tembok yang sudah di tutup, menghela nafas lega karena tidak ada Zombie yang masuk ke dalam pangkalan. Namun ini belum selesai karena pasukan Zombie terus mengepung pangkalan, ini tidak mudah bagi yang lain. Apalagi mereka semua mulai kelelahan dan asupan bahan bakar sudah mulai habis.

Dengan mata terpejam, Raffael sedang berpikir apakah harus menggunakan kekuatan miliknya atau mencari cara lain. Tapi waktunya tidak begitu cukup, jika mencari cara lain pasukan Zombie akan mulai menaiki dinding.

Sistem yang merasakan tuannya akan menggunakan kekuatan yang seharusnya tidak di gunakan tertegun, dan mencoba untuk melarangnya.

[Sistem: Tuan jangan gunakan itu, apakah kamu lupa itu sangat berbahaya!]

"Aku tahu, tapi tidak ada cara lain." Dia menjawab dalam pikirannya.

[Sistem: Tapi tuan ingat kekuatan itu sangatlah berbahaya, apalagi tuan sangat tidak ingin menggunakan kekuatan tersebut bukan?]

Raffael tidak menjawab dan hanya menutup matanya dengan lembut.

[Sistem: Kenapa kamu sangat ingin membantu mereka? Misi tuan hanya menghancurkan meteor dan mengumpulkan tujuh manusia dengan energi yang berbeda.]

"Aku tidak tahu, aku hanya ingin menyelamatkan mereka. Meski tidak ada di dalam misi, mereka adalah manusia yang hidup di planet ini dan aku tidak ingin mengulangi hal yang sama."

[Sistem: Itu tidak sama, jelas itu kecelakaan dan bukan salah tuan!]

"Tapi mereka mengatakan aku adalah si pembunuh dan itu memang benar."

[Sistem: Kamu bukan pembunuh, kamu masih berumur lima tahun dan belum bisa mengontrol kekuatan mu.]

"Cukup, ini keputusan ku."

Setelah itu, Raffael membuka matanya yang berwarna coklat terang. Sorot mata tersebut sangat berbeda dan tidak seperti biasanya. Wajah yang tanpa jiwa seperti orang mati yang tidak peduli dengan apapun. Renjun dapat merasakan perubahan Raffael dengan wajah tertegun.

Hingga langit yang penuh dengan awan gelap kini berubah menjadi abu-abu, cuaca lembab yang dingin menjadi semakin dingin seperti di musim salju. Hembusan angin meniupkan setiap helai rambut mereka yang berdiri di atas dinding. Mereka dapat merasakan perubahan cuaca dan menatap ke langit dengan penuh ketakutan.

Bukan hanya mereka yang berada di atas dinding untuk melindungi pangkalan, bahkan beberapa masyarakat dapat merasakan ancaman bahaya dari perubahan cuaca. Mark yang memandang ke arah langit dengan tatapan khawatir.

"Apa yang sedang terjadi?" Tanyanya.

Jeno yang selama ini duduk dengan diam juga merasakan perasaan tidak enak, "Sepertinya mereka sedang berusaha mempertahankan pangkalan di cuaca yang buruk."

"Ini jelas perasaan yang aneh."

"Aku juga merasakannya, perasaan seperti di tekan oleh kekuatan absolut."

Tidak hanya Jeno dan Mark yang dapat merasakannya. Jisung, Chenle dan Jaemin yang berada di ruang bawah tanah pun dapat merasakan perasaan yang tidak enak di hati mereka dengan detak jantung yang semakin cepat. Mereka bertiga tidak tahu apa yang terjadi di atas sana karena mereka sedang melakukan pekerjaan sendiri.

Winwin yang terdiam di ruang monitor masih dalam perasaan berkabung, ketika dia menatap ke layar monitor dia dapat melihat wajah yang dia kenal. Bocah itu memiliki wajah tanpa ekspresi seperti tidak peduli dengan apapun dan tidak ada kehidupan dalam bola matanya yang membuat Winwin tercengang.

Raffael menatap ke arah langit sambil menghembuskan asap dingin dari mulut dan hidungnya. Sistem dapat melihat dengan jelas ini adalah tekad tuannya, namun dia masih khawatir dengan apa yang akan terjadi setelahnya.

TBC

SURVIVAL!Where stories live. Discover now