Bab 024

232 46 0
                                    

Malam yang gelap dengan bau lembab akibat sisa hujan masih terasa. Cahaya terang terlihat begitu jelas dari setiap bangunan, tidak ada yang keluar karena cuaca yang buruk. Bahkan beberapa orang yang sedang berpatroli di atas tembok untuk memantau keadaan bersembunyi di balik jas hujan sambil menggunakan senter.

Ini malam yang begitu sepi, suasana tenang sebelum badai datang berkecamuk. Tidak seperti di luar yang sangat tenang, di dalam salah satu gedung tempat orang-orang terkena wabah sangat begitu bising karena sibuk oleh berbagai hal.

Dokter dan perawat sibuk mengurus pasien, banyak yang muntah dan kejang-kejang. Ini bukan hal yang baik, karena obat apapun tidak mempan, ini adalah penyakit aneh dengan gejala demam di awal.

Meski begitu di tempat dimana orang para militer dan penjabat tinggal, kini mereka semua sedang berkumpul di lantai atas. Dapat di lihat jika mereka sedang bersiap untuk pergi dari tempat ini, dengan orang-orang yang sudah di pilih untuk di kirim ke Ibu kota sisanya mereka membuang yang tidak berguna.

"Apakah semuanya sudah berkumpul?" Tanya Dareum.

"Sudah Letnan." Jawab salah satu anggota.

"Baiklah, mari kita tunggu sampai pesawatnya sudah siap."

Tidak ada yang menjawab, mereka semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Dareum hanya menatap satu persatu wajah yang akan dia bawa ke Ibu kota. Hanya saja dia sedikit menyesal karena ada beberapa orang yang tidak ikut dengan mereka, salah satunya adalah Jaemin kemudian Teratai putih yang menghilang entah kemana.

"Sayang sekali." Gumamnya.

***

Renjun sudah mengumpulkan anggota timnya di salah satu ruangan di lantai 12. Mereka sedang membahas masalah tentang obat untuk menyembuhkan wabah dan menyiapkan serangan untuk membasmi Zombie yang kini akan mengepung pemungkiman.

"Jadi mari kita lakukan penelitian terlebih dahulu apa penyakit itu dan lanjut dengan membuat obat." Jelas Renjun.

"Tapi jika kita melakukan hal seperti itu terlebih dahulu, waktu kita akan habis apalagi sudah ada sepuluh orang yang meninggal hari ini." Bantah rekan timnya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan meminta bantuan pada mereka?"

"Jangankan meminta bantuan, salah satu rekan kita langsung di usir ketika meminta bantuan mereka."

"Apa mereka idot?"

"Jelas mereka semua idot, mereka hanya mementingkan diri sendiri tidak ada yang lain."

"Sungguh ini lelucon yang tidak berguna!" Umpat Haechan setelah mendengar setiap laporan dari anggotanya.

Renjun hanya terdiam merenung, alisnya semakin merajut yang merupakan dia sedang dalam suasana hati yang buruk.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

"David, kamu bertanya apa yang harus kita lakukan bukan? Kita sudah berusaha mencari cara tapi tidak ada cara lain selain apa yang di katakan oleh bos." Jelas Haechan.

David hanya terdiam tidak senang, memang hanya itu salah satu caranya tidak ada yang lain.

"Tapi beberapa profesor di bawa pergi oleh mereka? Yang tersisa hanyalah dokter dan beberapa perawatan yang tidak terkenal."

"Tapi bukankah ada Jaemin? Bukankah dia memiliki otak yang pintar, untuk apa dia tinggal di sini jika dia hanya makan dan tidur? Gunakan saja dia, aku mendengar jika ayahnya sedang mencarinya untuk melakukan penelitian Vaksin." Renjun yang sejak tadi terdiam kini membuka mulutnya.

Haechan langsung menoleh ke arah Renjun, "Ah benar, aku baru ingat jika bos tidak mengingatkan kita."

"Lalu apakah kita akan menyuruh dia untuk melakukan penelitian?" Tanya David.

Renjun mengangguk dengan acuh tak acuh, "Iya, kirim sempel darah orang yang terkena wabah padanya serta surat perintah untuk melakukan penelitian. Bukannya di ruang bawah tanah ada tempat khusus untuk penelitian?"

Haechan menjawab, "Iya ada di sebelah ruang tempat pembuatan satelit, jika tidak salah Chenle sedang meneliti satelit buatan kan?"

"Iya dia sedang meneliti satelit buatan agar tersambung ke satelit yang sudah ada." Jawab David.

"Sungguh anak-anak dengan otak monster." Gumam Haechan.

"Iya tidak seperti mu otak udang."

Haechan langsung melotot ke arah Renjun dengan dengusan kesal. Tapi Renjun mengabaikannya dan tidak peduli sama sekali.

"Jadi untuk masalah tentang wabah, kita kesampingkan dulu untuk sekarang. Yang lebih mendesak adalah serangan Zombie apalagi ini malam hari setelah hujan turun, jadi untuk sekarang kita harus membuat persiapan tentang rencana untuk memburu para Zombie agar tidak masuk ke dalam pangkalan."

Yang lainnya mengangguk paham dan mulai mendengar rencana selanjutnya untuk mempertahankan pangkalan dari pengepungan Zombie. Rencana yang mereka lakukan cukup sederhana, atur dua tim dan tempatkan di tempat dimana pasukan Zombie mengepung. Yang paling harus di jaga adalah area gerbang, dimana pintu masuk bisa di bobol kapan saja.

Kedua tim akan di pimpin oleh Renjun dan Haechan, sesuai dengan pengaturan Haechan akan di tempatkan di sebelah gerbang barat dan Renjun di sisi timur. Dengan dua kelompok yang masing-masing memiliki kekuatan tempur yang kuat, termasuk penembakan jitu. Dan orang-orang yang di atur di barisan depan kelompok, jika pasukan Zombie terlalu banyak maka mereka akan menggunakan granat dan bom agar pertempuran tidak berlarut-larut.

Di balik layar monitor, Raffael yang sedang menatap mereka dan mendengarkan rencana yang di buat oleh Renjun hanya bisa menghela napas tidak berdaya. Memang itu cara termudah, tapi ada banyak resiko dimana pasokan cadangan peluru akan habis dan bahan bakar yang lainnya juga.

Sistem juga mengetahui hal tersebut, tapi sudah jelas karena mereka belum bisa melatih kekuatan mereka dengan efesien. Tidak seperti iblis kecilnya yang sudah mahir menggunakan kekuatan, mereka masih pemula bukan master. Tapi kekuatan mereka bisa di asah seperti pedang yang tajam.

[Sistem: Apakah kamu yakin tidak akan membantu mereka?]

Raffael memasang wajah masam, "Tidak untuk sekarang, aku tidak peduli."

[Sistem: Apa tuan yakin?]

Sistem jelas tahu jika tuannya sedang merajuk dan marah karena semua es krim miliknya telah di sita oleh Renjun. Ini jelas merupakan hal yang paling di benci oleh tuannya, tapi Renjun juga demi kebaikan Raffael apalagi dengan cuaca yang sangat tidak menentu itu dapat di pahami.

"Iya, terserah mereka."

[Sistem: Apakah ini cara tuan merajuk?]

"Apa maksudmu aku merajuk? Jelas aku tidak merajuk, hanya aku tidak peduli."

[Sistem: Jelas tuan merajuk.]

Dengan pipi mengembung, Raffael memarahi sistem. "Enyah!"

Sistem hanya ingin tertawa tapi menahan diri agar tidak di ketahui oleh tuannya, benar-benar lucu jika iblis kecil ini sedang merajuk. Sistem mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.

[Sistem: Baiklah, rencana tuan untuk mengambil seseorang apakah jadi?"

"Iya, itu akan tetap di lakukan." Raffael mengambil ponsel untuk memainkan game, "Rencana untuk menyelinap, saat mereka keluar aku akan pergi."

[Sistem: Baiklah jika memang rencananya seperti itu, hanya saja ingat untuk menutup wajah mu.]

Raffael menjawab dengan acuh tak acuh, "Dipahami."

TBC

SURVIVAL!Where stories live. Discover now