Bab 026

210 44 5
                                    

Raungan menakutkan bergema di malam yang gelap, orang-orang yang masih terjaga melihat keluar jendela dengan rasa takut menyelimuti mereka. Banyak pikiran melintas tentang apa yang akan terjadi jika Zombie benar-benar masuk ke lingkungan tempat tinggal yang kini mereka tempati.

Beberapa anggota Black Wolf yang sedang berjaga di atas tembok untuk melakukan serangan langsung wajahnya memucat, tidak ada hal gila yang pernah mereka lakukan. Meski mereka sering di situasi dimana nyawa mereka di pertaruhkan, tapi di hadapan ribuan Zombie dengan mulut penuh lendir membuat mereka merinding.

Haechan yang bertugas di sebelah tembok barat dimana Gerbang masuk berada sedang melakukan persiapan untuk menyerang Zombie dan mempertahankan pangkalan agar tidak di bobol masuk oleh pasukan Zombie. Kini dia berdiri sambil memberikan tugas melalui telepon radio kepada bawahannya.

"Arah jam delapan serang."

Ketika suara itu jatuh, seseorang langsung melemparkan granat sesuai arah yang menyebabkan suara ledakan keras di malam yang gelap. Tidak hanya cukup sampai di sana, beberapa anggota lain mulai meluncurkan tembakan yang tiada hentinya.

Lingkungan yang tadinya cukup tenang dan damai, kini bising oleh suara raungan Zombie di sertai bunyi peluru. Tidak hanya di sebelah tembok barat, di bagian tembok timur setiap anggota sibuk melakukan serangan dengan Renjun yang memberikan perintah.

"Sisi selatan tolong arah jam enam, lemparkan bom."

Suara di seberang langsung menjawab, "Siap bos."

Tidak lama kemudian terdengar suara ledakan yang sangat keras, membuat beberapa helai rambut tersapu oleh angin. Udara yang tercium bau lembab kini berbau mesiu dari bahan peledak.

Pasukan Zombie tidak ada henti-hentinya meski mereka sudah di hancurkan oleh berbagai cara, mereka terus berdatangan dengan rasa lapar yang menyelimuti mereka. Haus darah dapat di lihat dari cara mereka berbondong-bondong untuk naik ke atas tembok.

Meski di sekitar tembok sibuk oleh serangan Zombie, di salah satu ruang bawah tanah. Seorang lelaki sedang duduk menatap layar monitor dengan popcorn di tangannya, matanya yang berwarna coklat terang melihat adegan pertempuran dari berbagai tempat, kulitnya yang putih halus seperti batu giok dan bulu mata panjangnya berkibar, di sertai suara mengunyah dengan pipi kembung akibat memakan popcorn.

Winwin yang sudah di culik entah bagaimana berakhir di ruangan yang tidak di kenal, dimana penuh dengan layar monitor yang menampilkan pertempuran di luar, di sertai berbagai tombol yang mungkin alat untuk beroperasi.

Di sampingnya ada anak lelaki cantik yang membawanya, setelah topeng serta jubahnya di lepas. Winwin dapat melihat dengan jelas siapa orang yang menculiknya, yang ternyata adalah seorang anak remaja aneh.

Melihat bagaimana dia bersantai dimana orang-orang sibuk mempertaruhkan hidup mati mereka, anak lelaki di sampingnya terlihat sangat santai seperti sedang menonton film. Alis Winwin berkedut, tapi tidak banyak berbicara karena melihat wajah Raffael yang mengembung seperti tupai sangat lucu.

"Sial, kenapa kalian tidak menggunakan kekuatan kalian." Suara renyah namun merdu terdengar membuat Winwin langsung menoleh.

"Bukannya itu tidak akan mempan?" Ucap Winwin dengan heran.

Raffael menjawab tanpa menoleh, "Iya kalo tidak di latih mereka tidak akan berguna, tapi jika mereka terus menggunakan bahan peledak dimana pabrik di hentikan semuanya akan kacau."

"Lalu apa yang harus di lakukan?"

"Menggunakan kekuatan mereka, ya meskipun awalnya tidak berguna tapi lama-lama itu akan berguna jika kekuatan level mereka meningkat." Lanjutnya sambil memakan popcorn, mata Raffael tidak pernah lepas dari layar yang menampilkan Renjun.

Winwin mengangguk paham, "Tapi bagaimana cara melatih dan melakukan tes tersebut? Agar kita tahu level yang harus kita capai?"

"Mm membuat alat pendeteksi energi dari inti kristal Zombie, bukankah itu mudah."

Winwin tertegun mendengar jawaban santai Raffael, "Mudah di ucapkan tidak mudah di lakukan."

"Iya itulah kenapa manusia di bumi kosong-kosong empat tidak berevolusi."

"Apa maksudmu bumi kosong-kosong empat?"

Raffael terdiam dan tidak menjawab, dia mengabaikan pertanyaan Winwin. Jika Renjun tahu dia menyebutkan hal tabu seperti itu, bayangan es krim di sita semakin banyak membuat dirinya merinding. Raffael langsung mengganti topik pembicaraan.

"Kamu profesor bukan?"

Winwin tidak tersinggung dengan perubahan topik, "Iya itu benar."

"Alasan mengapa kamu ikut dengan mereka karena saudara mu bukan?"

Tidak ada jawaban selama beberapa detik, "Iya itu benar."

"Tapi saudara mu sudah mati." Jawab Raffael yang membuat mata Winwin berubah dingin.

"Apa yang kamu bicarakan? Jangan mengucapkan kata-kata omong kosong."

Raffael tidak peduli dan mengangkat bahunya, "Lihatlah."

Tangan Raffael menekan sebuah tombol, kemudian sebuah layar hitam menyala menampilkan beberapa adegan dimana Dareum sedang mengobrol dengan bawahannya. Tidak perlu di jelaskan, orang bodoh bisa tahu jika mereka menyembunyikan kematian saudaranya dan merahasiakannya untuk memanfaatkan Winwin agar bergabung dengan penelitian mereka.

Wajah Winwin memucat dengan sorot mata yang bergetar, "Ini bohong!"

Raffael tidak peduli, dan hanya melihat sekilas dimana ada gambar tubuh adiknya yang meninggal karena di gigit oleh Zombie. Kemudian membiarkan Winwin untuk menenangkan pikirannya sendiri. Dia terus melihat Renjun di layar, dimana Renjun terus melakukan perintah untuk mempertahankan tembok.

Sistem yang melihat mereka menghela nafas, yang memang benar tuannya tidak akan ikut campur dengan mereka karena ini adalah tes untuk mengetahui seberapa inginnya manusia bertahan di dunia yang hancur. Tuanya tidak akan membantu, karena jika Raffael ikut campur terus mereka tidak akan pernah mandiri atau bangkit.

[Sistem: Tuan, kenapa kamu membicarakan hal tersebut pada Profesor di waktu seperti ini?]

Raffael menjawab dalam pikirannya, "Itu demi kebaikannya."

[Sistem: Bukannya dia akan merasa terpuruk dan tidak ingin hidup jika seperti itu.]

"Maka dia tidak layak untuk hidup." Jawab Raffael dengan kilatan cahaya dingin.

Sistem terdiam dan tidak bertanya lagi, dia tahu jika Raffael membawa Winwin tidak hanya karena dia mempunyai otak yang cerdas. Tapi wajah Winwin yang mirip dengan saudara Raffael hanya rambut dan bola matanya yang berbeda, suara dan wajahnya sangat mirip. Sistem tahu jika Raffael sangat ingin dekat dengan saudaranya sejak masih kecil tapi saudaranya sangat membenci Raffael atas kematian ibunya.

Itu alasan kenapa Raffael sering menyendiri dan seperti anak kecil karena dia tumbuh di lingkungan dimana tidak ada yang peduli padanya, bahkan di saat dia akan di jodohkan oleh alasan politik. Raffael memilih untuk memberontak yang mengakibatkan dirinya di hukum oleh ayahnya.

Ketika sistem sedang melamun, terdengar suara Raffael yang teriak membuatnya terbangun dari lamunannya.

"SIAL! MEREKA BISA MATI!" Umpatnya yang membuat Raffael langsung bangun dari tempat duduknya.

Sistem melihat salah satu layar monitor dimana gambar gerbang telah di bobol oleh ledakan keras. Siapa lagi yang bisa membuat seperti itu jika bukan dari orang-orang pusat yang ingin menghancurkan tempat ini. Tanpa menunggu lama Raffael langsung keluar dari ruangan.

TBC

SURVIVAL!Where stories live. Discover now