Bab 019

218 47 4
                                    

Melihat gedung yang masih utuh dan aman di depan matanya, Raffael akhirnya menghela nafas lega. Karena di dalam gedung tersebut terdapat barang berharga juga sangat mahal karena telah menghabiskan poin dan emas cukup banyak. Renjun dapat melihat gedung yang tinggi penuh dengan keamanan teknologi yang canggih di sekitarnya apalagi pagar dengan tinggi 5 meter.

"Apakah ini tempat tinggal mu?" Tanyanya ketika melihat seluruh gedung dari luar gerbang.

Raffael dengan bangga menjawab, "Iya bukankah itu sangat keren?"

"Mm." Renjun hanya bersenandung setuju.

"Baiklah mari kita masuk." Raffael langsung memasukkan kode lewat jam pintar miliknya.

Pintu gerbang pun terbuka secara otomatis, Renjun mulai melangkah masuk bersama dengan Raffael di punggungnya. Area gedung tersebut sangat luas, bahkan ada beberapa mobil truk di tempat parkiran.

Renjun terus melangkah menuju pintu masuk gedung ketika scan camera memeriksa wajah Raffael pintu langsung terbuka secara otomatis. Ini benar-benar teknologi yang canggih, Renjun menatap kagum ketika sebuah robot mendekat ke arah mereka berdua.

"Suhu tubuh normal, detak jantung normal, pupil mata normal, gelombang otak normal. Kalian berdua tidak terjangkit Virus-D." Ucap suara mekanisme dari robot.

Renjun yang mendengarnya tercengang tidak percaya, Raffael dapat merasakan orang yang menggendongnya kagum terhadap robot pemindai virus.

"Bukankah itu keren?"

"Iya." Jawab Renjun kemudian melihat ke sekitar dimana ada beberapa tempat duduk dan meja, dengan ruang yang di pisah.

"Oh ini lantai satu, kantin untuk makan di sebelah kanan dan ruang sebelah kiri untuk menerima tamu. Ada robot koki di dapur setiap jadwal pasti menyediakan makanan." Jelasnya.

"Apakah kamu yang membangun ini semua?" Tanya Renjun.

"Mm aku yang merenovasi gedung ini, awalnya untuk melatih orang yang terpilih untuk menghancurkan tujuh meteor. Bukan hanya gedung ini tapi semua tanah di pangkalan adalah milik ku."

Renjun mengangguk paham, "Jika begitu boleh aku tinggal disini bersama dengan bawahan ku yang lain?"

Raffael tertegun, "Bukankah yang lain sudah memiliki tempat tinggal dan kenapa kamu tinggal di sini?"

"Karena aku adalah pengguna Guntur, belum ada lagi selain aku." Jedanya, "Dan mungkin bawahan ku yang lain tidak aman tinggal di sana." Dahi Renjun berkerut.

Raffael dapat merasakan emosi orang di depannya, kemudian berpikir perlahan dengan sangat serius.

"Jika kamu ingin tinggal maka tinggal lah di sini, hanya saja mungkin bawahan mu akan tinggal di ruang bawah tanah karena tempat tinggal ini hanya di atur untuk beberapa kamar."

"Tidak apa." Renjun tersenyum setelah mendengar jawabannya, "Kalo begitu mari kita pergi dulu ke ruangan kamu ada dimana?"

"Lantai enam belas." Jawabannya.

Renjun langsung melangkah masuk ke dalam lift, dan menekan tombol lantai enam belas setelah pintu lift tertutup. Tidak ada percakapan, hanya keheningan yang menemani mereka berdua.

Ding!

Pintu lift akhirnya terbuka di lantai enam belas, Raffael menepuk bahu Renjun memintanya untuk menurunkannya. Renjun langsung menurunkan tubuh Raffael dengan hati-hati.

"Akhirnya aku pulang." Ucapnya ketika melihat robot pembersih sedang menyapu lantai.

Renjun melihat ke sekitar dimana ada dapur, ruang makan, ruang tamu, dua kamar tamu dan satu kamar utama. Raffael langsung melempar jubah miliknya dan terbang menuju sofa yang membuat Renjun menggelengkan kepalanya melihat tingkahnya seperti anak kecil.

Renjun duduk di sebrang sofa menatap wajah pucat Raffael, semakin dia melihat semakin dia tertekan. Pasti sesuatu telah terjadi di luar sana yang tidak dia ketahui.

"Apa yang terjadi pada tubuh mu?" Tanya Renjun yang membuat Raffael membuka matanya kembali.

Dia menyipitkan matanya sebentar, "Memburu Zombie level 2." Ucapannya.

Renjun tertegun mendengar Zombie sudah naik level, "Apakah itu nyata?"

"Apakah aku pernah berbohong padamu?" Tanyanya dengan kesal.

Renjun terdiam untuk beberapa alasan, "Jelaskan lebih detail."

Dengan masalah Raffael mulai menjelaskan dimana dia berburu Zombie level 1, kemudian sistem memberikan misi berburu Zombie level 2, setelah itu dia bertemu dengan 5 orang yang sedang terjebak di dalam gudang mall serta 1 anggota mereka terluka lalu dia menyelamatkan dari terlahirnya Zombie level 3.

Renjun mendengarkan secara rinci apa yang di katakan Raffael alisnya berkedut semakin tidak enak di pandang, Raffael tidak mempedulikannya sama sekali dan kembali untuk tidur. Namun sebelum dia tidur suara Renjun kembali terdengar.

"Apa kamu tahu siapa mereka?" Tanyanya.

Raffael menjawab tanpa membuka matanya, "Tidak tahu."

Renjun menghela nafas panjang, "Kenapa kamu bertidak ceroboh untuk menyelamatkan mereka? Bagaimana jika mereka melaporkan ini pada militer?"

Raffael terdiam untuk beberapa saat, "Mereka bukan anjing militer."

"Bagaimana kamu tahu?"

"Insting." Jawabannya acuh tak acuh.

"Baiklah kamu istirahat, biar aku yang mencari mereka dan mengurus mereka."

"Apa yang akan kamu lakukan? Jelas kamu tidak tahu wajah mereka bukan?" Kini Raffael menatap ke arah Renjun dengan wajah serius.

"Salah satu dari mereka terluka dan belum pulih, aku bisa langsung menemukannya. Kamu tetaplah di rumah dan jangan kemana-mana sebelum aku kembali bersama dengan bawahan ku."

"Oke kamu pergi!"

Raffael kembali menutup matanya sambil memilah apa yang harus dia lakukan selanjutnya, otaknya sangat pusing juga tubuhnya lelah. Dia pun tertidur setelah beberapa menit, Renjun yang masih belum pergi menatap wajahnya yang halus dan tertidur lelap.

Melangkahkan kaki ke kamar utama dan mengambil selimut, kemudian menyelimuti tubuh kucing liar miliknya yang sedang tertidur lelap. Dengan ringan Renjun mengusap wajahnya, lalu tersenyum.

"Kucing nakal." Gumamnya.

Setelah melakukan semua itu, Renjun melangkah pergi untuk mengurus hal-hal lain yang harus di selesaikan terlebih dahulu. Sistem yang melihat semua tindakan Renjun menganggukkan kepalanya, kemudian mengatur ulang program sistem di dalam gedung. Memasukkan beberapa wajah dari bawahan Renjun, serta wajah Renjun sendiri karena tuannya pasti lupa maka dia yang akan mengaturnya.

Sistem yang melihat data tempat dimana meteor jatuh hanya bisa menghela nafas, entah kenapa begitu lama untuk mencari tahu keberadaan mereka. Tapi tidak apa-apa, untuk sekarang lebih baik fokus pada satu tujuan terlebih dahulu.

TBC

SURVIVAL!Where stories live. Discover now