Bab 011

275 56 4
                                    

Jaemin kini sedang berjalan menuju kantin di lantai 1 dimana orang yang berkedudukan tinggi akan makan di sana. Ia melangkahkan kaki melihat sekitar mencari seseorang yang dia kenal, kemudian melihat sosok yang sedang dia cari.

"Jeno!"

Jeno pun menoleh dan langsung mendekat kearahnya.

"Dimana Mark?" Tanyanya.

"Mungkin masih dalam perjalanan." Jawab Jaemin ringan.

Mereka bertiga adalah sahabat sejak kecil, hanya saja jalan yang mereka pilih berbeda. Dan kini mereka entah kenapa selamat dalam keadaan kacau setelah melihat postingan di internet, awalnya mereka tidak percaya namun segalanya menjadi kenyataan dan kini ketiganya berkumpul kembali menjadi sebuah tim.

Akhirnya orang yang di tunggu oleh keduanya sedang berjalan ke arah mereka.

"Ah itu dia." Ucap Jeno kemudian melambaikan tangannya ke arah Mark yang kini melihat ke arah mereka.

Senyum muncul di sudut bibirnya, "Mari kita makan." Kata Mark yang kini baru saja bergabung.

Kini sosok ketiganya berjalan menuju kantin, banyak orang yang sudah duduk di meja masing-masing. Tapi suasananya cukup aneh yang membuat ketiganya merasa penasaran dengan apa yang mereka bisikan.

"Apakah ada yang aneh disini?" Tanya Jaemin pelan.

Kemudian Jeno bersenandung lembut, "Mm."

"Apa?"

Mark melihat ke arah Jaemin dengan tatapan aneh.

"Apa kamu tidak tahu desa-desu yang sedang terjadi di setiap pengguna kemapuan?" Tanyanya, tapi Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Pantas kamu tidak tahu, orang kamu sibuk merawat orang terluka jadi tidak tahu."

"Memang ada apa?"

"Ada seseorang dengan kemampuan Guntur, itu kemapuan langkah dan baru ada 1 orang." Jawab Jeno.

Jaemin tertegun, "Siapa?"

"Aku tidak tahu siapa namanya karena yang aku tahu dia anggota rahasia dari inteljen negara, mereka saling menyembunyikan identitas dan hanya nama code yang mereka sebut." Jelas Mark Lee.

Saat mereka sedang berbisik dengan suara yang rendah terdengar suara langkah kaki yang seperti sedang berlari, kemudian teguran seseorang yang membuat mereka bertiga melirik ke arah sumber suara.

"Raffael berhenti lah berlari." Tegurnya.

"Tapi aku tidak bisa membuat semua pencuri itu mengambil hal yang tidak seharusnya menjadi milik mereka." Keluhnya dengan sorot mata yang berkaca-kaca dan kesal.

Renjun menjepit pangkalan hidungnya yang tersembunyi di balik topeng, "Apa yang mereka curi?"

"Aku melihat dari kamera pengawas jika gedung punya ku sedang di bobol oleh sekawan pencuri yang tidak tahu malu." Keluhnya.

Jaemin dan kedua temannya melihat pemandangan yang seharusnya mereka tidak lihat, jelas karena mereka bertiga juga tahu gedung yang di maksud Raffael. Itu adalah gedung dengan keamanan teknologi yang canggih, bahkan perusahaan milik Mark pun tidak secanggih itu. Siapa sangka jika pemiliknya adalah seorang remaja yang di nyatakan telah mati karena tidak ada di dalam gedung kini muncul entah dari mana.

Kemudian terdengar suara tidak berdaya pihak lain, "Bukankah aku sudah bilang, kamu tidak bisa pergi untuk sekarang? Di luar sangat berbahaya apa kamu tidak tahu apa resikonya."

"Apakah kamu meremahkan kekuatan ku? Jelas aku lebih kuat dari mu."

Setelah suara itu jatuh Raffael siap melakukan serangan yang membuat Renjun semakin tidak berdaya, sungguh kucing liar yang sulit di atur dan di jinakan.

Melihat situasinya semakin tidak terkendali Renjun mengalah untuk saat ini, "Baiklah jangan coba-coba membuat situs semakin rumit."

Terdengar tawa menghina, "Heh, siap suruh kamu mencoba berdebat dengan ku rubah tua licik sialan!"

"Oke kucing liar, berhenti lah membuat lelucon tidak berguna. Biar aku yang mengurus semuanya dan kamu kembali ke ruangan mu."

Mendengar saran Renjun, mau tidak mau Raffael merasa tidak senang, "Cik tidak seru."

"Apa yang tidak seru?"

"Bukan apa-apa." Raffael mengabaikan Renjun, "Kalo begitu tangani semuanya, jika tidak nyawamu ada di tangan ku!" Ancamnya.

Setelah itu, Raffael berjalan melewati Renjun yang sedang menghela nafas lega karena situasinya sudah teratasi. Ketika Raffael mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan wajah tiga orang yang sedang menonton mereka berdua.

Jaemin yang melihat wajah cantik Raffael tertegun, begitupun dengan keduanya tidak ada yang bisa menahan nafas. Raffael mengerutkan kening setelah merasakan aura energi yang terpancar dari tubuh mereka bertiga tapi mengabaikannya dan melewati mereka menuju lift.

Melihat punggungnya semakin menjauh dan akhirnya menghilang di dalam pintu lift, mata Renjun kini beralih ke arah tiga orang yang masih menatap punggung Raffael menghilang. Alisnya semakin merajut, matanya dingin menatap ke arah mereka.

Merasakan tatapan dari seseorang, ketiganya menoleh dan mendapatkan tatapan dingin yang siap memangsa musuhnya kapan saja. Jeno yang merasakan haus darah dari tubuh Renjun, meneguk air liurnya dengan gugup.

Ini sangat berbahaya, pikirnya yang langsung menyeret kedua temannya untuk cepat pergi dari tempat itu. Karena aura membunuh yang di pancarkan oleh Renjun sangat mencekik.

Jeno tahu jika Renjun sudah banyak membunuh orang, karena haus darah yang di pancarkan dari tubuhnya. Jeno juga merupakan orang terlatih dengan insting yang tajam.

"Kenapa kamu membawa kami?" Tanya Mark dengan heran.

"Ini demi keselamatan nyawa mu sendiri." Jawab Jeno.

Melihat ketiga orang itu menghilang, Renjun langsung berbalik menuju gedung dimana Raffael pernah tinggal.

TBC

SURVIVAL!Where stories live. Discover now