Bab 018

222 50 0
                                    

Raffael membuka matanya dan melihat dirinya sudah berada di gang sempit, ia berjalan perlahan dengan langkah ringan. Rasa pusing di kepalanya tidak pernah berhenti, sungguh dia lelah dan ingin beristirahat untuk memulihkan energinya.

Ketika sudah berada di jalan raya yang luas, akhirnya Raffael bisa melihat tembok tinggi dimana pangkal itu berada. Menundukkan kepalanya yang terhalang oleh jubah hitam miliknya, tanpa melihat sekitar. Sistem yang melihat tuannya mengabaikan sekitar hanya bisa menghela nafas.

Ketika semakin dekat banyak anggota militer dan penggunaan kemampuan sedang membersihkan Zombie di area kontruksi pembangunan tembok, mengabaikan suara sekitar Raffael terus berjalan menuju gerbang. Banyak mobil dari tim Asosiasi pemburu mayat yang mencari bahan makanan mengantri untuk masuk ke dalam pangkalan.

Raffael melewati satu persatu dari kendaraan mereka, meskipun lingkungan bising tidak ada yang memperhatikannya karena Raffael sengaja menghilangkan keberadaannya agar tidak menarik perhatian. Namun ketika dia masuk ke dalam gerbang matanya bertemu dengan seseorang yang dia kenal.

Siapa lagi jika bukan rubah tua yang licik, Renjun melangkah mendekat ke arahnya. Ketika jarak diantara keduanya menyempit, tangan Renjun terangkat kemudian menjentikkan dahi Raffael menggunakan jarinya.

Raffael tercengang dengan tindakannya, ia pun menatap ke arah Renjun dengan tatapan marah. Kemudian mengusap dahinya yang berdenyut sakit, kepalanya sudah pusing akibat kehabisan energi dan sekarang orang di depannya membuatnya semakin pusing.

"Yak apa yang kamu lakukan?" Raffael marah dengan kesal menatap Renjun dengan tatapan emosi.

Renjun dengan santai menjawab, "Menghukum hewan peliharaan yang tidak patuh."

"Kamu sialan! Siapa yang menjadi hewan peliharaan mu? Dasar tidak tahu malu!"

"Oh ya aku memang tidak tahu malu." Jawab Renjun acuh tak acuh.

Sistem yang melihat keduanya mulai bertengkar setelah beberapa jam tidak bertemu hanya bisa menghela nafas, benar saja tuanya tetaplah tuannya. Karena tugasnya sudah selesai, sistem hanya bisa berpura-pura tidak melihat dan mati untuk sementara waktu.

Namun Renjun dapat melihat wajah pucat Raffael dengan jelas sekarang yang membuatnya mengerutkan kening, kemudian mengambil tangannya yang ternyata sangat dingin. Renjun tahu perasaan ini ketika Raffael menggunakan kekuatan miliknya untuk menyembuhkan luka yang di gigit oleh Zombie. Terakhir kali Renjun ingat dengan jelas seluruh tubuhnya dingin setelah menggunakan kekuatan itu.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Renjun.

"Bukan urusan mu!" Ketus Raffael dengan kesal mencoba menarik tangannya.

Namun semakin Raffael berusaha semakin Renjun mencengkeram tangannya dengan erat.

"Kamu katakan dengan jujur!"

"Aku lelah!" Keluh Raffael dengan bola matanya yang terlihat seperti kucing terlantar.

Hati Renjun melunak seketika, "Baiklah mari kita pulang terlebih dahulu dan kamu jelaskan nanti setelah pulang."

Raffael dengan enggan setuju, "Mm."

"Mari kita pulang." Ucap Renjun dengan lembut.

"Pulang ke gedung milik ku?" Tanya Raffael.

Renjun berpikir sebentar dan tidak ada alasannya untuk menolak.

"Baiklah kita pulang ke gedung milik mu." Jawab Renjun.

Raffael tersenyum bahagia yang terpancar di wajahnya yang pucat dan lelah membuat Renjun tertegun, karena ini pertama kalinya dia melihatnya tersenyum.

"Akhirnya aku pulang!" Sorak Raffael dengan gembira.

Sistem yang melihat tuannya sangat senang karena telah kembali ke wilayah miliknya hanya bisa mengucapkan selamat dalam diam.

Renjun batuk ringan membalikkan tubuhnya kemudian berjongkok di depan Raffael, "Oke kamu naik biar aku menggendong mu."

Raffael dengan curiga menatap punggung Renjun, "Kenapa kamu begitu baik? Jelas ini bukan kamu yang aku kenal!"

Renjun tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat dia begitu waspada terhadapnya.

"Naiklah aku tahu kamu lelah!"

Raffael dengan ragu menyadarkan tubuhnya di punggung Renjun, dengan ringan akhirnya Renjun bangun sambil menggendong tubuh Raffael meninggalkan gerbang di depan mata semua orang yang saling menatap ke arah mereka berdua.

Tidak jauh dari sana, Dareum yang sedang berada di tempat ruang penerimaan pemburu mayat menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan menarik. Dia pun tertawaan membuat bawahnya tertegun dan menatap ke arahnya dengan tatapan penuh tanya.

"Letnan apa yang membuat mu bahagia?"

Dareum menoleh ke arah bawahannya, "Mm tidak, aku sedang bahagia melihat lelucon." Jawabannya.

Bawahannya hanya mengangguk paham dan tidak bertanya lagi. Namun yang tidak mereka ketahui mata Dareum terus menatap kedua orang itu yang semakin menjauh.

"Sungguh menarik." Gumamnya.

***

Mark dan yang lainnya akhirnya sampai di pangkalan dengan truk penuh kebutuhan sehari-hari, melihat isinya di dalam truk membuat beberapa orang saling memandang. Karena Asosiasi pemburu mayat tahu jika tim ini mengirim sinyal penyelamatan namun mereka tidak mengerikan penyelamat, karena mungkin ada bahaya.

Tapi siapa sangka mereka kembali hidup-hidup dengan kebutuhan yang penuh di dalam mobil truk, apakah terjadi sesuatu pada mereka atau mereka mengalahkan semua Zombie tersebut. Tidak ada yang tahu sebelum mendengarkan informasi yang akan mereka berikan.

"Oh aku kira kalian tidak akan pulang dengan selamat setelah mengirim sinyal." Salah satu anggota militer angkat bicara dengan senyum di wajahnya.

"Maafkan kami karena itu tidak sengaja tersentuh dan kami aman-aman saja tidak ada yang terjadi." Jelas Mark dengan wajah yang alami, dia tahu karena mereka tidak mengirimkan bantuan sama sekali.

Dapat di lihat dengan jelas dari mata mereka yang penuh keserakahan, apakah ini orang-orang yang telah diberikan janji untuk melindungi masyarakat. Jelas mereka adalah iblis, Mark tidak banyak mengungkapkan kebenciannya kepada mereka.

"Jadi begitu, baiklah karena kalian sudah bekerja keras maka kalian harus beristirahat dan tunggu poin yang akan kami berikan."

Mark mengangguk paham, kemudian berjalan meninggalkan tenda asosiasi. Sungguh ini lelucon di akhir dunia, tetap saja masih ada manusia yang serakah. Mungkin mereka bukan untuk menyelamatkan warga tapi untuk memonopoli kebutuhan dan mungkin saja apa yang mereka dapatkan dikirim ke ibu kota alias kota pusat.

Melihatnya telah kembali, Jeno langsung menghampiri begitupun dengan yang lainnya.

"Apakah baik-baik saja?"

"Semuanya baik-baik saja."

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Lebih baik kembali dulu dan kita bicarakan nanti." Jelas Mark atas pertanyaan Jaemin.

Chenle yang masih menggendong tubuh Jisung hanya bisa diam dan berbalik menuju tempat tinggalnya yang sudah di tetapkan bersama dengan mereka. Hari ini jelas begitu melelahkan, jika saja orang itu tidak datang mungkin mereka akan menjadi mayat Zombie berikutnya akibat keserakahan manusia.

TBC

SURVIVAL!Where stories live. Discover now