Hazen menunduk dalam diam dengan wajah yang semakin memucat.

Vian membuka pintu kamar lebar-lebar, sebelum ia melangkah keluar, ia menatap Hazen kembali.

"Oh iya, saya ingin mengucapkan selamat kepada kamu karena sudah berhasil menghancurkan kehidupan orang lain."

Hazen menatap kepergian Vian dengan tubuh gemetar hebat. Seolah ucapan laki-laki itu, bagaikan badai besar yang menghantam tubuhnya.


***



Sekitar pukul tujuh malam, hujan turun dengan sangat deras.

Di tepian jalan, seorang perempuan basah kuyup dengan kaki pincang sambil memakai tongkat di kedua sisi tubuhnya, menangis, menatap lurus ke jalanan yang begitu sangat sepi dan gelap. Petir terus terdengar dari tiap sisi langit.

Ia tak membawa apapun selain tongkat ini dari rumah besar itu.

Semua bayangan kelam itu terus gentayangan di pikirannya. Di mulai sejak awal ia bertemu pada Alan. Lalu mulai masuk ke dalam kehidupan laki-laki yang bahkan sudah memilih istri dan anak.

Mengapa dirinya begitu sangat kotor. Hingga hatinya yang membusuk tanpa belas kasihan, merusak segalanya. Ya segalanya.

Mengapa ia tak pernah sadar bahwa semua itu adalah dosa.

Arsyad yang paling sengsara. Anak kecil yang tak berdosa, kini kebahagiaannya telah lenyap.

DUAR!

Petir yang sangat besar membuat tubuh Hazen bergetar dan menggigil hebat. Kedua kakinya menahan keseimbangan agar tak terjatuh.

"TOLONG... TOLONG..."

Hazen mematung seketika, teriakan Nalla sore tadi menjadi bayangan buruk di kepalanya. Kini Hazen menatap sekeliling dengan penuh ketakutan. Gemetar di tubuhnya bertambah sangat kuat, petir terus terdengar tanpa henti, begitu pun dengan derasnya hujan yang tak mengizinkan Hazen untuk menghilangkan ketakutannya.

Dari arah jauh, sebuah mobil melaju kencang, namun Hazen terus menggunakan tongkatnya hampir ke tengah jalan, berjalan dengan sangat lambat.

TITTTT!!!

Klakson mobil itu berbunyi dengan keras, membuat Hazen terkejut dan...

Brak!

Tidak, ia tidak tertabrak, melainkan ia menghindar dan terjatuh...

Ke jurang.

Mobil tersebut melaju kencang dan tak peduli dengan kondisi orang yang hampir saja ia tabrak.

Hazen terguling-guling ke jurang yang tidak begitu dalam.

Dip!

Kesunyian tiba-tiba terjadi.

Hazen membuka matanya perlahan. Ia berharap dirinya sudah mati.

Tidak.

Ia masih bisa menggerakkan tubuhnya. Namun, seluruh tubuhnya benar-benar sangat sakit. Dan... Lengannya berdarah? Banyak darah mengalir pada lengannya.

NALLAN 2 Where stories live. Discover now