Gejala dan Mimpi

64 15 22
                                    

Manik hitam Gabriel menyisir sekitar. Ia berdiam diri untuk sementara waktu sambil menajamkan indera pendengarnya. Ada suara langkah, deru napas tak beraturan, dan gerungan layaknya hewan buas yang mendekat. Entah apa itu, tapi perasaannya tidak enak.

Gabriel meraih senter dan ponselnya yang tergeletak di lantai, lalu melangkah mundur ke belakang rak secara perlahan. Sebisa mungkin gadis itu tidak membuat suara. Ia beringsut jongkok dan mengintip. Mata sipitnya menangkap bayangan seseorang yang berjarak dua rak dari tempatnya berada.

Pak Satpam? batinnya bertanya-tanya.

Ia kembali mengintip. Terkaannya kalau orang itu adalah Pak Satpam langsung dipatahkan oleh bayangan yang terbentuk di lantai. Rambut orang itu dikuncir, yang berarti dia perempuan. Gabriel menautkan alis. Siapa?

Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, Gabriel mendekat. Ia berpindah ke rak yang dilalui sosok perempuan tadi. Gabriel berdiri di sisi lain rak dan melangkah bersamaan dengan sosok tersebut. Sambil melangkah, gadis dari level Platinum itu mengintip dari celah produk yang tersusun renggang.

Darah. Ada darah yang menetes dari mulut perempuan itu. Gabriel tersentak, kemudian kembali menatap secara tajam. Sosok itu berjalan terseok-seok, serta mengenakan rompi cokelat bertuliskan Platinum Minimarket. Berarti gadis itu adalah salah satu siswi level Platinum yang bertugas menjadi kasir minimarket malam ini.

Kenapa dia masih di sini? Nggak balik ke asrama?

Suara bungkus plastik yang terdengar membuat Gabriel berjengit kaget dan langsung menunduk. Rupanya karena terlalu fokus mengintai sosok gadis di sisi lain rak, ia tidak menyadari kalau ada sebungkus makanan ringan di lantai dan tak sengaja menendangnya.

Kasir minimarket itu langsung menoleh dan mengendus sekitar, kemudian bergerak cepat ke tempat Gabriel berada. Melihat perempuan tadi yang mendadak muncul di hadapannya membuat jantung Gabriel seolah hampir meledak. Saluran pernapasannya seolah menyempit, hingga dia tak bisa bernapas dengan benar.

Penampilan gadis kasir itu kacau. Rambut panjangnya yang dikuncir tampak berantakan. Rompi cokelat yang ia kenakan dipenuhi noda darah di mana-mana. Terdapat bercak darah di hidungnya, bekas mimisan. Bahkan mulut gadis itu dihiasi oleh cairan kental berwarna merah gelap. Suara serak dan mata putihnya yang menatap Gabriel cukup untuk membuat gadis itu teringat oleh salah satu makhluk pembuat onar di film Train to Busan-zombi.

Lari.

Gabriel sontak berbalik dan berlari menyusuri rak lain. Gadis tadi dengan cepat mengejarnya dari belakang sambil mengeluarkan suara mengerikan. Jantung Gabriel berdetak cepat. Napasnya naik turun tak karuan. Yang ada di pikirannya hanyalah lari secepat mungkin. Kalau sosok yang mengejarnya itu benar-benar zombi, dia harus bisa selamat.

Gabriel menoleh ke belakang sekilas. Detik berikutnya, dia memekik karena hampir tergelincir. Gadis ber-hoodie ungu itu berlari ke arah pintu dan membukanya. Ia langsung berputar ke sisi lain pintu. Sang kasir yang mengejarnya tadi keluar dan terus berlari lurus. Melihat taktiknya berhasil, Gabriel buru-buru masuk kembali ke minimarket dan menutup pintu. Diraihnya pel dan sapu yang ada di depan meja kasir, kemudian disusun melintang di kedua gagang pintu sebagai penghalang.

Gadis kasir tadi kembali dan menabrak pintu dengan kasar. Gabriel yang terkejut sampai jatuh terduduk. Untung saja dia sempat menghalangi pintu kaca itu dengan sapu dan pel, sehingga tidak mudah terbuka. Ia menatap lamat-lamat gadis di hadapannya yang entah kapan berubah menjadi sosok mengerikan. Mata putihnya melotot, menatap ke arah Gabriel. Tangannya mencakar dan memukul pintu dengan agresif. Benar, Gabriel seolah menjadi mangsa empuk yang lezat, sedangkan sang kasir itu adalah hewan buas yang siap memburunya.

The IsolatedWhere stories live. Discover now