Special Chapter #1

Mulai dari awal
                                    

"Ada yang mau menemuimu, son,"

"Siapa, dad?"

"Papamu,"

Mata Aaric melebar sebelum kembali seperti biasa.

"Baby... Pergi dan temui mommy di dapur. Mommy bilang mau menunggumu membantunya menghias kue, kan?" Ucap sang ayah.

Evony langsung berlari setelah dia diturunkan oleh Aaric. Sementara Aaric mulai menyadari perubahan arah pembicaraan antara dirinya dan sang ayah.

"Apa kamu masih marah pada kedua adikmu?" Tanya sang ayah.

"Tidak, dad. Mereka bahkan tidak salah. Untuk apa aku marah pada mereka?"

"Tapi, kamu tidak pernah pulang ke Jakarta sejak hari dimana kamu datang ke sini dan berdiri disini dengan wajah pucat juga sembab, son. Kamu bahkan meminta daddy mengganti namamu,"

"Aaric memang namaku, kan? Mommy dan daddy yang memberikannya padaku,"

"Son..."

"Apa aku sudah bukan putra daddy lagi? Apa seorang Aaric putra Axeon sudah tiada seperti yang dibicarakan oleh orang-orang itu?"

Aaric menerima sentilan kecil di keningnya.

"Jangan bicara sembarangan! Daddy sudah bilang, kamu itu anak daddy dan mommy,"

"Mommy Erin. Daddy harus mulai membedakan memanggil mommy Erin dan mommy Greta,"

"Apa kamu lupa kalau kamu memang Greta dengan Mutter?"

Aaric tertawa. Dia lupa. Benar-benar lupa. Dia selalu memanggil Greta dengan panggilan mutter. Agak formal memang tapi, dia kehabisan panggilan untuk memanggil ibu sambungnya itu.

"Papa-mu datang tadi pagi. Aku sampai kaget saat melihatnya berdiri disini tadi,"

"Apa papa datang sendiri?"

Axeon mengangguk. Aaric mengangguk kecil. Dia memasuki mansion Kenneth bersama dengan sang ayah. Aaric juga langsung berjalan menuju ke ruang keluarga dimana "ayah" nya sudah menunggu sejak tadi.

"Hai, pa..." Sapa Aaric.

"Zack..."

Aaric sedikit tersentak. Sudah tujuh tahun dia tidak mendengar panggilan itu. Dia bahkan sudah hampir lupa kalau namanya yang tercatat secara sah adalah Zachary. Aaric semakin terkaku kala mendapatkan pelukan erat dari sosok yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Pa..."

"Apa papa dan mama masih belum dimaafkan?"

Aaric menggeleng kecil.

"Kak... Papa dan mama minta maaf. Kami gagal melindungimu dari anak-anak kami sendiri,"

"Tidak, pa. Papa dan mama sudah sangat menjaga aku. Aku paham kalau mereka sedikit kesal padaku,"

"Zack... Kedua adikmu sudah paham dan mengerti sekarang. Kamu pulang ya?"

"Pulang?"

Ahh... Aaric baru sadar. Entah sejak kapan tempatnya untuk pulang berubah. Dulu mungkin dia akan mengatakan rumah Arsen adalah tempatnya pulang. Sekarang, Aaric akan mengatakan mansion Kenneth adalah tempatnya pulang. Aaric melihat Arsen saat pelukan di badannya terlepas. Aaric bisa melihat jelas sorot penuh penyesalan di mata Arsen.

Delapan belas tahun Aaric tinggal bersama Arsen. Semuanya bahkan sangat sempurna. Arsen dan Naira yang menyayanginya seperti anak kandung mereka sendiri. Lalu, kedua adiknya yang sangat manja dan peduli padanya. Hanya karena kebenaran terungkap. Semua kenangan selama belasan tahun itu runtuh dalam sekejap. Kedua adiknya mulai tidak dekat dengannya. Mereka menjaga jarak walau pun mereka bertiga masih sering bermain bersama.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang