15 | Yang Mulia Ratu

Start from the beginning
                                    

Bara membukakan pintu penumpang untuk istrinya dan membungkuk mempersilakan ratunya untuk mengambil duduk di tempat nyaman itu. Sesaat setelah Naqiya masuk, Bara mulai menaiki pajero kesayangannya itu.

Jemari Bara menekan tombol yang membuat sunroof mobil terbuka. Di sebelah kanannya, ia juga membuka setengah kaca jendela agar angin dapat masuk.

"Yang Mulia Ratu," Panggil Bara sebelum menoleh pada Naqiya. "Apakah anda siap?" Tanyanya sebelum mengijak pedal gas mobil itu.

Naqiya mengangguk, pengalaman seperti ini tak pernah ia rasakan dalam perjalanan pernikahannya. "Saya siap, Yang Mulia."

Benar saja, kereta kencan mereka membawanya keluar dari gerbang vila dan siap menuju tempat rahasia yang Naqiya pun tak tahu dimana. Matanya melirik sang suami yang tampak gagah mengendarai mobil ini.

"Kita mau kemana, Mas?" Tanya Naqiya penasaran.

Bara melirik sekilas, "Nanti Yang Mulia Ratu akan tau sendiri," Ucapnya dengan sunggingan senyum di bibirnya.

Naqiya mengangguk, mengiyakan saja ucapan suaminya. Entah kemanapun Bara akan membawanya, seharusnya hatinya tenang karena ia bersama dengan orang yang halal baginya.

Namun, enyah mengapa hati Naqiya merasa gelisah. Apakah Bara akan membawanya ke hotel dimana hanya mereka berdua tertinggal di sana?

Kepala Naqiya menggeleng mengusir pikiran-pikiran yang membuat hatinya tak merasa tenang. Jemarinya terulur untuk menekan tombol musik di dashboard mobil itu.

Namun, tangan Bara segera menahan pergerakannya. "Yang Mulia Ratu hanya diperbolehkan mendengar suara hamba dan keheningan malam," Tuturnya.

Astaga, Bara ini jahil sekali ya?

"Tapi daritadi Mas diem aja," Protesnya. "Bosen dengerin angin doang, jalanan udah sepi."

Bara terkekeh, ia memang tak mengobrol dengan Naqiya sampai perjalanan sejauh ini. "Maafkan hamba, Yang Mulia Ratu," Ucap Bara masih sinkron dengan dramanya barusan. "Apa anda kedinginan?"

Naqiya mengangguk, "Dingin, Mas. Padahal aku udah jaketan." Ucapnya sembari menggosok kedua telapak tangannya.

Dengan sigap tangan kiri Bara bergerak menarik jemari istrinya ke dalam genggaman tangannya. "Tangan hamba sudah hangat, pasti bisa menghangatkan tangan anda, Ratu."

Perlakuan kecil Bara bahkan selalu berhasil membuat hati Naqiya menghangat. Ia melirik telapak tangan yang berkali lipat lebih kecil dari milik Bara itu digenggamannya.

Memang jauh terasa hangat.

"Makasih, Mas Bara," Ucap Naqiya pelan dengan senyum manisnya.

Bara melirik sekilas, "Apapun untuk anda, Yang Mulia Ratu," Ucapnya senang hati. Dikencangkannya genggaman itu sehingga semakin membuat Naqiya merasa hangat.

Karena merasa bosan di perjalanan walaupun masih mengobrol dengan Bara, Naqiya melirik sunroof yang terbuka lebar.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bayi Dosenku 2Where stories live. Discover now