2.01

2K 106 253
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

"Gege, you deserves to be happy."

"You too, Xiao Sa."

.
.
.
.
.

Di sebuah rumah makan mewah yang terletak di pusat kota Beijing, suasana penuh suka cita tampak merengkuh erat pada seluruh anggota keluarga Wang. Senyum manis saling dipertontonkan seolah sedang beradu dan ingin mendapatkan pengakuan mana yang terbaik, bahkan dua orang yang jarang sekali tersenyum pun malam itu melakukan hal yang tidak biasa bagi mereka. Tersenyum lebar sambil bersenda gurau dengan riang. Suara kekehan saling bersahutan, membuat siapa saja yang mendengar turut merasakan kebahagiaan yang mendalam.

"Kita harus berpesta!" Seru Xiao Zhan dengan dipenuhi rasa antusiasme yang melonjak pesat pada malam itu, mengacungkan gelas minumannya tinggi-tinggi sembari menunggu sambutan dari aksinya.

Tidak lama kemudian, ketiga orang yang lain juga mengacungkan minumannya secara bersamaan hingga menimbulkan suara tabrakan gelas yang sangat meriah. Gelak tawa menyebar luas memenuhi segala penjuru ruangan. Mereka tampak sangat bahagia seolah hidupnya tidak pernah tersentuh oleh beban.

Siang tadi, Wang Yibo dan Xiao Zhan menghadiri acara kelulusan si kembar. Pada dasarnya mereka adalah tipe orang tua yang tidak pernah memaksa anaknya untuk mendapatkan nilai terbaik di sekolah. Namun, siapa sangka mereka dipanggil ke atas panggung untuk menjadi pendamping si kembar dalam penyerahan piagam dan piala. Chen Yu yang didampingi oleh Wang Yibo saat itu menerima piala juara satu. Sementara Xiao Sa yang didampingi oleh Xiao Zhan, menerima piala juara tiga.

Itu merupakan hadiah istimewa untuk Wang Yibo dan Xiao Zhan. Si kembar yang telah dirawat dengan sepenuh hati, berhasil menjadi yang terbaik dari segala yang terbaik. Rasa bangga tiada henti menghujani hati meski acara kelulusan telah lama berakhir. Sekarang, mereka sedang merayakan prestasi si kembar di rumah makan paling mewah dan tentunya paling mahal di Beijing. Xiao Zhan yang merekomendasikan rumah makan itu, padahal selama ini dia adalah satu-satunya orang yang menentang keras tindakan pemborosan. Meskipun faktanya, uang yang didapatkan oleh sang suami tidak terbatas.

Tindakan penghematan yang tidak masuk akal itu membuat si kembar terkena tekanan batin setiap kali datang menghampiri Xiao Zhan untuk meminta uang tambahan. Ibunya itu akan selalu mengatakan. "Orang-orang di luar sana banyak membutuhkan uang. Mereka berhemat setiap saat, mengurangi jatah makan dan tidak pernah membeli barang yang tidak berguna. Dan sekarang kalian datang menemuiku dengan niat menghamburkan uang? Betapa tidak tahu terima kasih kepada Sang Pencipta!"

Setelah mengatakan itu, Xiao Zhan segera mengacungkan benda apa pun di sekitarnya untuk menggertak si kembar dan berhasil membuat kedua anak itu lari terbirit-birit. Begitu besar rasa takut akan kehilangan nyawa di tangan sang ibu.

Sekarang, ketika Xiao Zhan justru mengalami perubahan sikap yang drastis, tidak ada salahnya untuk mencoba memerasnya.

"Mama, bolehkah aku menambah daging?" Berusaha menghilangkan ketakutan yang telah lama bersemayam di hati saat berhadapan dengan sang ibu, Xiao Sa bertanya sembari mengeluarkan ekspresi memohon seperti anak anjing dengan mata yang dipenuhi serpihan kaca.

Jika biasanya Xiao Zhan akan melarang, kali ini tidak ada larangan apa pun. Dia pun menjawab dengan penuh keyakinan. "Ayo kita habiskan uang papa malam ini!"

Xiao Sa dan Chen Yu diam-diam mulai bertukar senyum licik. Perlahan sang adik menggeser duduk mendekat kepada sang kakak dan mulai berbisik. "Kita harus berterima kasih kepada iblis baik yang merasuki mama malam ini."

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Where stories live. Discover now