Ketika pintu terbuka, tiga punggung pria langsung menyapa mereka. Tapi hanya satu yang membuat Raline tak bisa menahan senyum. Begitu Raline mendekat, punggung itu memutar, dan wajah tampan seorang pria menyambutnya.

Daniel dan Megan telah mengincar tempat duduk seperti sebelumnya. Namun Raline masih terdiam, menatap horor pada seorang lelaki disamping Ranu yang terlihat begitu santai menggulir-gulir layar ponselnya.

Dug!

"Aw-sshh" Jay merintih saat tulang keringnya tiba-tiba ditendang benda keras. Ia menoleh pada pria di sebelahnya, "Apa?!" geramnya dengan suara tertahan.

Ranu menaikan dagunya menunjuk kursi kosong di sebelah Jay dengan maksud agar pria itu segera enyah kesana. Namun otak kecil Jay agaknya tidak mampu mencerna isyarat tersebut.

"Move or I'll kill you."

Sampai suara wanita yang mendesis dari balik punggungnya terdengar, membuat Jay merinding. Setelah meneguk ludah, Jay berdiri dan membungkuk sesaat lalu memboyong bokongnya ke kursi lain.

Jay mendengus kasar saat melihat sepasang manusia di sampingnya saling tersenyum mesra. Tangan Ranu membelai rambut Raline dan Raline menggosok-gosokan kepalanya ke tangan Ranu. Sungguh pemandangan yang membuat Jay berdecih.

"Baiklah, karena semua sudah ada, mari kita mulai,"

Suara Reymond yang memecah senyap membuat orang-orang disana memasang wajah menyimak. Ketika Reymond menatap sepasang manusia yang berpotensi menyulut keributan seperti sebelumnya, ia kembali melanjutkan, "Jangan membuat kekacauan lagi atau kuusir kalian berdua dari sini,"

"Hm,"

"Hm,"

Dehaman singkat kompak disuarakan oleh Ranu dan Raline. Diam-diam dibawah meja, dua tangan mereka saling bertaut erat. Lalu mata mereka saling tertanam melalui lirikan.

"Megan, apa yang Adyan katakan saat menghubungimu semalam?" Reymond kembali bersuara.

"Adyan sudah tidak ingin melakukan penawaran lagi," jawaban Megan mengerutkan dahi orang-orang disana. Megan kembali melanjutkan dengan suara dalam, "Dia ingin langsung bertransaksi tatap muka."

Reymond menjengitkan satu alisnya "Baguslah, berarti dia sudah percaya pada kita. Saat transaksi terjadi, dan dia menampilkan batang hidungnya, kita bisa langsung membunuhnya."

Megan terlihat gelisah. Ia mengeluarkan suara lenguhan, "Kita belum punya rencana bagaimana akan membunuhnya."

"Kita akan membuatnya-"

"Dia minta malam ini."

Seruan Megan membuat orang-orang disana tercekat.

Megan mengerjap lantas kembali melanjutkan, "Aku tahu kita belum punya rencana detail untuk membunuhnya. Karena itu, semalam aku bilang kalau obat yang aku tawarkan belum memenuhi jumlah permintaannya. Jadi dia memberikanku tambahan waktu-"

"Berapa lama?" celetuk Daniel.

"Tiga hari," Ketika Megan melihat ketegangan di wajah Daniel berkurang, ia kembali menambahkan,"...tapi dengan syarat," bola mata Megan menggelinding pada Raline, "Harus Julianne yang melakukan transaksi."

"No!"

"No!"

Daniel dan Ranu kompak menolak tegas. Sementara Raline terdiam dengan isi kepala yang berputar-memikirkan segala kemungkinan.

"Adyan penuh dengan tipuan. Bagaimana kalau itu ternyata jebakan? Dia mungkin mengincar Raline," Ranu berargumen. Mengingat bagaimana saat itu Adyan melahap kaki istrinya membuat wajahnya mengeras.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now