9. Foto Keluarga

159 4 0
                                    

"Pesta?!"

Raline telah sadar beberapa menit lalu. Ia agak memekik terkejut saat Ranu tiba tiba mengajaknya untuk menghadiri suatu pesta.

"Em-hm. Aunty Jane mengundangku ke pesta ulang tahun pernikahannya. Dia juga memintaku untuk membawamu. Tapi kalau kamu keberatan atau merasa tidak nyaman, kita tidak perlu datang, Sayang." Ranu duduk ditepi ranjang, menyampingi Raline.

"Tidak, bukan begitu. Kamu bilang hanya dia satu-satunya keluargamu. Mau tidak mau kita harus datang, bukan? Dia pasti sangat mengharap kehadiran kita."

"Jadi...kamu mau datang bersamaku?"

Raline mengulas senyum dan mengangguk. "Ngomong-ngomong tadi itu apa?"

Alis Ranu menyatu, "Apa?"

"Wartawan itu. Ada apa sampai mereka mengerubungi kita dan bertanya hal-hal konyol?"

"Hal-hal konyol?"

Raline memutar bola matanya malas. Mengingat kejadian tadi sangat membuatnya muak dan tidak habis pikir.

"Mereka bilang aku merebutmu dari Melissa."

"Lalu?"

Tuk

Raline menyatukan jari tengah dan jempolnya lalu menyentil dahi Ranu membuat pria itu meringis ngilu.

Sentilannya... benar-benar mematikan.

"Aku kesal tahu?! Bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu?! aku seolah-olah menjadi penjahat yang merebut pacar orang lain. Padahal, aku jelas-jelas menemukannmu lebih dulu daripada Melissa, kan?"

"... dan What?! Mereka bahkan bilang kamu menikahku karena aku hamil duluan. Benar-benar menyebalkan!"

Ranu tersenyum kecil melihat raut jengkel Raline, "Aku tahu. Makanya aku bilang padamu agar jangan mendengarkan pertanyaan itu. Mereka hanya wartawan yang haus dengan berita. Tak perlu dipikirkan, mengerti?"

Samar-samar Raline mengangguk. Satu tangannya terangkat untuk menyelipkan sejumput rambut ke telinga.

"Kamu terluka?!"

Ranu yang sedang memerhatikan Raline tiba tiba terkejut dengan noda darah yang cukup banyak keluar dari siku wanita itu.

Melihat ekspresi Ranu membuat mata Raline ikut menggelinding memerhatikan sikunya. "Ah iya, aku sempat terjatuh saat mengejar pencuri itu tadi."

Sebenarnya, Ranu agak geram. Ia tak habis pikir bagaimana perempuan itu sangat ceroboh membiarkan dirinya sendiri terluka. Dan lagi, reaksinya terbilang terlalu santai untuk luka sebesar itu. Bukankah dia setidaknya melenguh kesakitan dan meminta Ranu untuk membawanya ke rumah sakit agar lukanya segera diobati?

Raline terlalu bodoamat untuk Ranu yang gampang cemas.

"Aw-sshh,...."

Raline meringis kesakitan saat Ranu mengoleskan kapas alkohol pada lukanya. Tangan lelaki itu dengan sangat cakap dan cekatan membersihkan luka sebelum kemudian ditutup dengan kain kasa.

Cup

Raline tersenyum geli ketika Ranu tiba tiba mengecup singkat siku tangannya yang sudah terbalut benda putih.

Muka Raline berubah bersemu merah bak tomat masak sepersekian detik kemudian. Lantas, dengan gaya yang menggoda, wanita berambut panjang bergelombang itu menunjuk bibirnya dengan jari telunjuk.

"Yang ini tidak sekalian?"

Seperti mendapat lampu hijau, Ranu menyeringai. Perlahan, ia mulai bergerak mengikis jarak diantara kedua wajah itu. Sementara Raline telah menutup matanya, pertanda siap menyambut kedatangan bibir lain.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum