74 || Anak Kembar

Mulai dari awal
                                    

Gavin melemparkan kursi tersebut. Dengan cepat ia menghampiri Keysha. Mereka belum tahu kalau Keysha telah di suntik sesuatu oleh Gio.

"Darah? Keysha berdarah, Vin." seru Ragil, sontak mereka melihat kearah kaki Keysha yang berlumuran darah.

"Ke rumah sakit! Cepat!" sentak Rakael.

Keysha perlahan membuka matanya sedikit. Ia menatap Gavin. Tersenyum lembut, tangannya yang lemah bergerak mengambil tangan Gavin membawanya ke perutnya.

"Gavin..." cicit Keysha tersenyum.

"Iya, aku disini. Kita ke rumah sakit, ya sekarang." balas Gavin dilanda rasa cemas dan khawatir. Gavin bergerak menggendong Keysha. Namun, Keysha menggeleng kecil menahan Gavin.

"Se-lamatin di-a..." ujar Keysha menahan sakit yang luar biasa di perutnya. Rasanya perutnya sedang di remas-remas dengan kuat.

Kedua matanya mulai tertutup, namun perempuan hamil itu berusaha memaksakan untuk kembali membuka matanya menatap Gavin. Keysha bersyukur, ingatan Gavin telah kembali. Sekarang Gavin sudah mengingatnya.

"Apapun yang terjadi, ka-mu harus selamatin dia." ucap Keysha nyaris tak terdengar. Nafasnya mulai melambat.

"Jangan tutup mata kamu, Key. Aku mohon.." Gavin langsung menggendong tubuh Keysha. Membawa istrinya ke rumah sakit. Rasa cemas, khawatir dan takut bercampur jadi satu yang tengah Gavin rasakan saat ini.

Gavin meneteskan air matanya. Ketakutan mendominasi dirinya. Ia takut akan kehilangan. Gavin tidak ingin bahkan tidak bisa membayangkan jika dirinya kehilangan Keysha ataupun anaknya. Dua orang yang sangat ia sayangi.

***

"Biarkan saya menemani istri saya, dok."

"Maaf, anda tidak bisa masuk." cegah seorang perawat, melarang Gavin masuk.

Gavin menjatuhkan dirinya di depan pintu UGD. Tangannya terkepal erat seakan siap menghajar orang lain.

"Lo harus tenang. Keysha pasti baik-baik aja." Zelfan menepuk pundak Gavin. Menenangkan sahabatnya itu.

"Gue takut, Fan. Gue takut terjadi apa-apa sama Keysha dan anak gue." parau Gavin menunduk.

"Keysha bukan perempuan yang lemah. Lo tau? Pada saat lo kritis aja, dia berusaha baik-baik aja. Lo nolak dia berkali-kali, dia masih terlihat nggak apa-apa. Lo nyakitin dia, dia tetap ada buat lo. Lo harus yakin, istri lo orangnya kuat." ucap Zelfan berlutut di samping Gavin.

Mendengar penuturan Zelfan tentang Keysha membuat Gavin semakin menundukkan kepalanya dalam. Rasa bersalah mulai menghantam dadanya. Bahkan hanya untuk menjaga Keysha, Gavin tidak bisa. Andai saja Gavin tidak berkata seperti itu kepada Keysha, tidak membiarkan Keysha pergi sendirian pasti hal ini tidak akan terjadi.

"Keysha kuat demi anak kalian. Lo juga harus kuat demi Keysha dan anak lo."

Sementara Rakael, Gidar dan Ragil hanya termenung melihat kedua orang itu. Rakael tadi hampir saja menghajar Gavin ketika mendapat kabar bahwa Keysha di culik Gio. Untung saja ada Zelfan yang langsung menahannya. Rakael menyalahkan Gavin atas kejadian ini. Sama seperti Gavin, Rakael juga tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya kepada Keysha.

"Bang Kael!" panggil Safina.

"Abang mana Amora? Dia baik-baik aja, kan? Abang jawab bunda! Jangan diem aja!" desak Safina, wanita paruh baya berparas cantik itu terlihat sangat khawatir.

"Keysha masih di tanganin sama dokter." jawab Rakael datar.

"Kenapa bisa seperti ini?" kini Oma Kelly yang bertanya. Oma Kelly melirik sejenak Kearah Gavin.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang