3. Dependency 🌷

Start from the beginning
                                        

"Baiklah, saya akan memberitahunya nanti." Tatapan Reane beralih pada para pelayannya. "Sekarang, kalian boleh bekerja kembali. Saya sudah baik-baik saja."

"Tapi Nyonya ...."

"Segera siapkan makan malam."

"Ba-ik, Nyonya."

Setelah semua orang keluar dari kamarnya, tubuh dan ekspresi Reane mengendur. Ia memegang kepalanya yang sakit, lalu bangun sembari melihat seisi kamarnya.

Reane tentu sangat ingat, walaupun Ray menikah dengan Reane sampai waktu lama, tapi mereka tidak pernah sekali pun tidur di kamar yang sama. Selain itu, Reane asli memilih kamar yang sangat jauh dari kamar Ray.

Dia menikah karena paksaan, dan setelah menikah pun, 'Reane' tidak pernah menganggap dirinya seorang istri, dia hanya menganggap kehidupan barunya sebagai kebebasan. Oleh karena itu, dia selalu kabur dan berbuat seenaknya. Ray seperti transparan, bahkan 'Reane' tidak pernah menganggapnya ada.

Walaupun sangat luas, tidak banyak barang di kamar ini. Dindingnya bernuansa cream cokelat, dan motif tempat tidurnya sangat polos. Karena tidak banyak barang, kamar ini terlihat lebih luas. Hanya ada lemari, meja rias, dan barang lain pada umumnya.

Di bagian timur kamar, ada balkon yang menampakkan pemandangan indah. Selain alasan ingin menjauh dari Ray, Reane sepertinya mengerti mengapa 'Reane' memilih kamar ini.

Reane turun dari tempat tidur. Pandangannya sempat berkunang-kunang karena kepalnya yang sakit. Setelah menopang tubuhnya sebentar, ia berjalan ke meja rias.

Dia duduk dan menghadap cermin. Entah kebetulan atau apa, rupa Reane mirip seperti dirinya yang versi sehat dan kekanakan. Walaupun Reane lebih tua satu tahun, tapi Leane lebih dewasa dari segi sikap dan wajah.

Saat ini, kulitnya tidak pucat lagi, pipinya berisi, bibirnya kemerahan, tidak ada kantung mata, matanya cerah dan indah, rambutnya halus dan rapi.

Memang tidak terbilang cantik, namun lebih ke 'imut'. Reane hanyalah seorang gadis remaja yang belum dewasa, memang tidak seharusnya keluarganya setuju menjodohkan Reane dengan Ray, karena itu sama dengan menghancurkan kehidupan Reane sendiri.

Ray adalah seorang remaja sepertinya, hanya satu tahun lebih tua dari 'Reane'. Namun, karena suatu alasan, keluarga Helison bersikeras menjodohkan putra termuda itu dengan orang lain, Reane tidak mengingat tujuannya yang sebenarnya, tapi yang di jelaskan dalam novel, keluarga Helison hanya beralasan agar Ray bisa menerima seseorang sehingga penyakitnya bisa pulih.

Itu alasan yang terlalu tergesa dalam mengambil keputusan. Reane yakin, ada alasan lain mereka menjodohkan putranya. Kemungkinan terburuknya, mereka ingin menyingkirkan Ray dari rumah Helison. Buktinya, dia di berikan rumah sendiri alih-alih tinggal di kediaman Helios yang sangat besar.

Reane menyimpulkan ini karena ibu Ray dan kakaknya solah sangat membencinya. Walaupun mereka hadir dalam beberapa adegan di novel, tapi itu sangat mencurigakan. Mereka bukanlah ibu dan kakak tiri, namun Reane heran mengapa mereka begitu bencinya dengan Ray.

Reane mengingat, penyakit mental yang di alami Ray adalah skizofrenia, yang di mana dia memiliki gangguan untuk berpikir, merasakan sesuatu, berperilaku, dan sulit untuk berkomunikasi. Lingkungan di sekitarnya sangat berpengaruh, karena dia tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan pikirannya sendiri.

Yang Reane tahu, penyakit ini tidak berpengaruh pada kelumpuhan, namun mengapa Ray tidak pernah berbicara? Di katakan di novel bahwa, Ray tidak pernah mengeluarkan satu kata pun suara sampai kejadian itu terjadi.

Ray selalu di beri perawatan oleh keluarganya, namun percuma, karena kemungkinan penyakit ini tidak dapat di sembuhkan. Bahkan, Ray sudah mengalami kronis. Bertahun-tahun dia mengalami ini, dan bisa saja sampai seumur hidup.

Jika dia kambuh, maka pikirannya akan benar-benar kacau, ada halusinasi atau delusi yang mengerikan dalam pikirannya. Dalam menjalani kehidupan nya sehari-hari, dia sepeti mayat hidup. Tidak pernah berekspresi, bersuara, bahkan orang terdekatnya pun dia anggap orang asing.

Karena penyakit ini, 'Reane' depresi karena tinggal dengan Ray dalam satu atap. Dia selalu menjadi sasaran amukannya. Dan akhir tragis Reane merupakan di tangan Ray sendiri.

Di tinggal orang yang di cintainya, tidak di sukai keluarganya, hidup penuh tekanan batin, menghadapi 'orang gila' setiap waktu, lalu mati di tangan suaminya sendiri. Reane merasa sangat simpati pada tokoh ini sejak dia membaca novel, namun saat ini dia yang akan mengalaminya. Hanya saja, Reane tidak akan membiarkan, ia harus menjalani kehidupan sesuai keinginannya sendiri.

Walaupun hal ini mustahil, Reane harus mempengaruhi kehidupan Ray agar menjadi lebih baik. Dia memang tidak banyak berkomunikasi dengan orang lain sebagai 'Leane', namun dia juga pernah membaca buku tentang penyakit mental. Dia seharusnya mampu bersikap menghadapi Ray, tak peduli semonoton apa kehidupannya nanti.

Saat ini, Reane masih menjalankan sekolahnya di tahun terakhir. Walaupun keluarganya sendiri, dan keluarga Helison menyuruhnya berhenti karena harus fokus pada Ray, Reane tidak mendengarkan. Mana mungkin dia berhenti? Sedangkan, dengan sekolah dia memiliki banyak kesempatan untuk kabur. Selain itu ... Ada orang yang di cintainya, sangat mustahil bagi Reane untuk setuju mengurung diri sendiri di rumah suram ini.

Karena kekeraskepalannya, dia keluarga setuju, namun Reane tetap dijaga dan di awasi. Walaupun risih, Reane tidak memiliki pilihan lain. Selian itu, untuk menemui orang di cintainya, ia harus bersembunyi dari mereka.

Reane menganggap Mario cahayanya, dan kehidupannya. Saat Mario meninggalkannya untuk gadis lain, Reane putus asa, dan dia menyerahkan diri untuk di bunuh Ray saat itu.

***

TBC

11.17
08 Agustus 2022

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now