11. MEMULAI RENCANA

1.7K 112 1
                                    


Happy reading;)

•••

Wanita dengan tubuh proporsional itu berjalan melenggak-lenggok di lorong casino terkenal di penuhi oleh orang-orang kaya dan berkuasa.

"Wine please."

"Baik."

Selang beberapa detik mata wanita itu menatap orang-orang yang tengah asik berjoget di atas dance floor. Matanya terus melihat ke arah sofa di sebrang kursi yang ia sendiri duduki.

"Pesanan anda nona." Ujar bartender tersebut.

Srek!

Kursi di sebelah tempat duduk wanita itu ditarik, seorang pria memesan wine dan bertanya padanya.

"Sendirian nona? Dapatkah saya bergabung?"

Menatap pria di sampingnya, senyum kecil terbit dari bibir tebal itu. "Iya, menambah orang mengobrol pasti sangat seru."

Sial! Umurnya sepertinya 45, tetapi auranya sangat panas. Wanita itu berdecak pelan saat tanpa sengaja menatap otot-otot pria tersebut.

"Saya Ken. Dan siapakah nama wanita cantik di hadapan saya ini?"

Pria itu - Ken mencium punggung tangan wanita itu. "Saya menyukai aroma anda, nona cantik."

"Saya Tiara. Panggil saja sesuka anda," jawab wanita tersebut.

"Baiklah. Kalau begitu, bisakah saya memanggil anda dengan panggilan sayang."

"Tentu, baby." Bisik Tiara sambil mengelus dada ken secara acak.

Nafas pria itu memburu mencekal tangan liar milik Tiara. "Sepertinya kita butuh ruangan, sayang.."

"Apapun untuk pria tampanku ini." Bisik Tiara mengecup cuping telinga
Ken.

***

Tiara menatap pria yang tertidur pulas di sampingnya. Permainannya dengan pria itu sangat-sangat panas, dan luar biasa.

Membuka ponsel pintarnya, dan mengirimkan sebuah pesan pada seseorang.

Dev

Kita selesai. Jangan hubungi gue lagi|

|Apa maksudmu, wanita sialan?!

|Setelah kau mengambil semua    hartaku, kau pergi begitu saja.

|Dasar jalang. Kembalikan uangku!

Anda telah memblokir kontak ini. Silahkan buka blokiran untuk mengirim pesan.


Tiara memasukan ponselnya kedalam tas yang ia bawa. Sebuah tangan besar kembali meremas sesuatu di balik selimut itu.

"Kita lanjutkan lagi yang semalam, sayangku.." suara serak ken, melemparkan selimut itu ke sembarang arah lalu memulai aksinya.

"Ahhhhg.."

Ini menyakitkan dasar tua bangka sialan, tetapi pria ini tampan huhu. Semoga benih pria ini tumbuh dalam rahimku. Pikir Tiara.

"Berbalik lah nona."

Plak!

"Sakit." Jerit Tiara.

Dibelahan bumi lainnya, cassi baru saja bangun dari tidurnya. Gadis berambut sepinggang itu berjalan keluar kamar untuk sarapan bersama kedua orangtuanya.

"Pagi, ayah, bunda."

"Pagi, sayang."

"Hari ini ada kegiatan apa di sekolah?" Tanya bunda.

Cassi mengerutkan keningnya, tumben bunda menanyakan kegiatan nya. "Eum.. cuman masuk, istirahat, dan pulang."

"Tidak ada acara bersama teman, atau ekskul?"

"Nggak kok."

Kedua tangan bunda bertepuk ria. "Bagus. Kalau udah keluar kelas, langsung pulang ya, sayang. Bunda mau ajak kamu ke tempat teman, bunda."

"Iya, kalau cassi ingat ya."

"Harus ingat pokoknya, kalau nggak bunda potong uang jajan kamu."

"Tinggal minta sama ayah, wlee!" Cassi menjulurkan lidahnya pada bunda.

Tak!

Sendok makan berhasil mendarat di atas pucuk kepala cassi. "Sakit, bunda!!"

"Rasain, makanya jangan ngeledekin orang tua."

"Ayahhhh!!!" Rengek casii.

"Ayah nggak denger, ayah lagi minum pizza."

Cassi berdecak, apaan sih kenapa keluarga jadi prikk seperti ini.

"Males banget disini, cassi pamit aja." Ucap gadis itu berlari keluar rumah.

"Heh anak nakal, kamu belom cium pipi bunda, ayah."

"Nggak mau, wlee.." teriak cassi, kembali menjulurkan lidahnya lagi.

"Dasar anak itu." Gumam bunda, "aku jadi kangen sama prince."

"Bisakah kamu membujuk prince untuk kembali. Keluarga kita pasti akan semakin hangat seperti dulu."

"Nanti akan aku usahakan ya. Jangan menangis sofiaku.." ujar ayah mengecup bibir istrinya dengan lembut.

•••

BERSAMBUNG...

TYPO AWAS EY!


PRINCESSAWhere stories live. Discover now