Bagian 23 : Selamatkan Dia

21 3 0
                                    

Ardi mulai menyesali perbuatannya ketika kembali terbangun dalam keadaan terang. Sepertinya tadi malam adalah rekor terlama ia tertidur pulas hingga badannya merasa sangat rileks. Ia memutar badannya ke samping mendapati Karto di sebelah yang masih tertidur. Melihat pemuda itu yang juga tanpa memakai baju atasan membuat pikirannya semakin buruk. Namun ketika ia melihat bekas luka di sejumlah kulit yang terbuka milik pemuda itu, ia sedikit lega karena mengira bagian itu sudah sembuh.

"Disitu masih agak perih, pak," ucap Karto tiba-tiba, masih memejamkan mata. "Tapi tidak buruk."

Ardi mengerjap kedua mata. Tangannya sempat menyentuh bagian leher pemuda itu yang terdapat bekas luka gores. "Kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu tadi?"

"Baru bisa nyenyak sekitar dua jam lalu."

"Oh, maafkan aku. Itu pasti membuatmu tidak nyaman." Ardi bergerak sedikit menjauh. "Kamu bisa marah padaku dan hukum aku."

"Tidak kok. Aku tidak masalah, walaupun sempat...kaget." Akhirnya Karto membuka kedua mata. "Baru pertama ini aku merasakannya juga."

"Aku seharusnya tidak melakukan itu."

"Tapi aku suka tadi malam."

"Karto, jangan aneh-aneh," balas Ardi sedikit geram, hendak bangkit dari kasur. "Aku harus mandi sekarang."

"Jangan dulu, pak. Temani aku selesaikan tidur dulu, masih ngantuk soalnya." Pemuda itu bersikap semakin aneh, berhasil menangkap badan bapak itu agar tidak pergi. "Setelah bangun, kita bisa mandi bareng, gimana?"

"Sejak kapan kamu punya pikiran macam itu? Aku tidak pernah mengajarimu begitu."

Karto mulai nyengir. "Hampir sih dari dua perempuan yang sempat naksir padaku, salah satunya yang dijodohkan denganku. Dia waktu itu berani cium bibirku, tapi aku enggak suka pas itu. Untung tidak sampai dengan um...."

"Maafkan aku, Karto." Ardi merunduk, merasa sangat malu.

"Sudah kubilang tidak apa-apa," Karto bergerak menepis jarak dengan pak Ardi, memberikan rangkulan paling nyaman yang ia bisa. "Sebenarnya bapak sendiri gemetaran setiap aku peluk, seperti sekarang."

Entah bagaimana lagi cara Ardi mencoba untuk menyembunyikan wajahnya sendiri. Tertutup pada dada telanjang pemuda itu masih tidak cukup. Mendengar hal itu sudah sangat memalukan baginya.

Namun di satu sisi, ia mendapat sesuatu yang berbeda ketika bersama pemuda itu. Rasa kesepian hilang tanpa sadar. Hidupnya mulai menampakkan kecerahan berkat kehadiran pelita hidupnya, si pemuda.

Karto kembali memejamkan mata dan tersenyum kecil. "Aku sayang bapak."

Pun ia tidak ingin lepas dari genggaman orang itu.

|---po.oq---|

Sepanjang hari, Ardi dan Karto hanya bermalas-malasan di dalam rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepanjang hari, Ardi dan Karto hanya bermalas-malasan di dalam rumah. Cuaca di luar sudah membaik meskipun masih lembab. Mereka makan bersama, memasak bersama, hingga menonton TV bersama—mengecualikan mandi bersama karena Ardi sangat tidak menginginkannya. Meskipun masih terasa kosong karena hanya berdua, namun kedekatan mereka jauh lebih erat dari sebelumnya. Sempat berencana pula mengisi waktu untuk bersih-bersih rumah, namun Karto masih tidak ingin gerak lebih banyak dan terus mendekap bapak itu lebih lama.

A Light Far in SightWhere stories live. Discover now