Bagian 8 : Peti di Tepi Sungai

15 7 0
                                    

Sehari libur sekolah dalam mingguan tidak diisi dengan berbagai kesenangan di dalam rumah. Karto sendiri juga bukan tipikal senang nongkrong dengan teman di tempat tertentu. Maka tujuan pertama yang selalu ia singgahi untuk mengawali hari libur tersebut adalah kebun kelapa milik ayahnya. Dia kesana untuk bersenang-senang dengan caranya sendiri. Berburu buah kelapa.

Sudah sembilan pohon kelapa yang Karto panjat, naik-turun hanya mencari dan memetik buah kelapa yang terlihat besar matang. Ia sudah terbiasa melakukan itu sampai sangat jago dalam memanjat pohon kelapa yang pada umumnya tidak punya cabang. Ia juga bisa mengetahui manakah kelapa yang matang atau masih mentah, baik dari warna maupun isi dalamnya. Dari sembilan pohon kelapa yang dipanjat tadi, ia bisa mengumpulkan buahnya yang dipetik sampai tiga keranjang ukuran sedang setinggi setengah badannya sendiri. Barulah ia membawa setiap keranjang ke tempat pengumpulan buah kelapa—yang jelas itu milik ayahnya.

"Kerja bagus nak," ayahnya terlihat bangga pada usaha Karto hari ini. "Sekarang kamu istirahat, nanti balik lagi kesini temani bapak ke pasar angkut kelapa naik mobil."

Karto mengangguk dan akhirnya pergi meninggalkan tempat. Ia masih tidak ingin keluar dari kebun karena sebenarnya ada satu tempat istirahat yang paling cocok untuknya.

Ada sebuah panggung kecil berbahan papan kayu tepat di bawah pohon mangga yang rindang. Letaknya agak tersembunyi di lahan kebun paling pinggir bersebelahan dengan tepi sungai yang tidak terlalu lebar. Itu tempat favorit Karto untuk istirahat. Dan anehnya jarang sekali orang lain seperti para buruh kebun yang mampir ke tempat itu. Sampai disana, Karto langsung naik ke atas panggung itu dan berbaring dengan nyaman. Ia pejamkan mata dengan napas yang teratur, menikmati tidur siang disana.

Entah sudah berapa lama Karto tertidur. Sampai suatu ketika ia merasakan sesuatu bergerak mulus pada kakinya. Karto membuka mata sebelah walaupun masih mengantuk, memeriksa bagian kakinya. Ada sesuatu yang panjang berwarna kehijauan mirip seperti tali pada tas—

Seketika Karto terlonjak kaget dan langsung menendang kakinya. Itu tadi di kakinya adalah seekor ular berbisa. Tanpa sadar ia terjatuh dari panggung kecil hingga akhirnya terjatuh dan terperosok ke lereng nyaris menyentuh air sungai. Beruntung tubuhnya tertahan oleh akar pohon yang menonjol dan tersangkut di tangan kirinya. Karto perlahan bangkit sekuat tenaga dan menjaga keseimbangan agar tidak jatuh sungguhan ke sungai yang sebenarnya dangkal dan sedang surut.

Dan saat itulah Karto menemukan sesuatu, tersangkut di antara semak-semak. Sebuah peti kayu warna coklat gelap.

Karto penasaran dan mengambil peti itu. Lalu ia bawa barang itu kembali ke tempat panggung kecil tadi, memastikan tidak ada makhluk reptil tadi. Setelah itu, ia coba membuka isi peti yang ternyata sebesar tas kotak yang biasanya berisi tumpukan uang—ia pernah lihat di televisi. Karto terperangah melihat semua barang-barang yang beragam. Dari pakaian, tumpukan buku, dan kantong isi benda logam perhiasan. Merasa tidak aman bila terus melihat barang temuan itu di kebun, maka ia segera menutup peti itu dan dibawa ke rumah.

 Merasa tidak aman bila terus melihat barang temuan itu di kebun, maka ia segera menutup peti itu dan dibawa ke rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A Light Far in SightWhere stories live. Discover now