Bagian 14 : Ingin Kenal

16 6 0
                                    

Sampai sekarang, ayah dan ibu Karto masih belum pulang ke rumah. Sambil menunggu, Karto menghabiskan waktu di kamar berbaring di kasur dan membaca buku hijau yang diambil dari sebuah kamar misterius yang baru kali ini ia masuki secara diam-diam. Ia juga membawa barang lain dari kamar itu, sementara disimpan dalam laci meja belajarnya.

Ketika buku warna hijau terbuka, halaman pertama, sontak Karto menyadari bahwa ini adalah buku harian si gadis yang pernah tinggal di rumah ini. Dia bisa tahu nama gadis itu, Ariani Srini, mahasiswa asal pendidikan Bahasa Inggris, putri dari Surtini—nama ibunya—dan Mulyono. Sempat terkejut bahwa nama ibu Srini sama dengan ibunya sendiri—itu berarti memperkuat dugaan bahwa itu adalah ibunya sendiri.

Ia lanjut membuka halaman berikutnya dari buku harian milik Srini. Sebagian besar berisi kisah sehari-hari gadis itu. Terhitung dari halaman pertama sampai tiga puluh, isinya kebanyakan kehidupan Srini selama kuliah semester akhir, mulai dari sibuk praktek mengajar di sekolah sampai mengerjakan skripsi—Karto merasa asing dengan istilah tersebut. Bahkan buku itu menceritakan ketika gadis itu sempat dilema dalam memutuskan apakah ia menerima lamaran nikah dari seorang dosen atau tidak. Namun pada akhirnya Srini memilih untuk menolak hanya agar bisa kembali ke kampung halaman dan tinggal dengan orang tuanya.

Setelah itu, Srini lulus kuliah dan pulang ke rumah ini. Ia mendapat pekerjaan sebagai guru honorer di sekolah dasar tak jauh dari rumah—Karto tahu nama sekolah itu namun waktu itu dirinya tidak bersekolah disana. Tidak ada hal menarik yang diceritakan dalam buku harian gadis itu. Sesaat ia membayangkan bagaimana jika di masa depan dirinya menjadi seorang guru, mengurus siswa-siswa nakal, dan kerja lembur hanya untuk memasukkan nilai satu per satu. Ia berharap ada pekerjaan yang lebih cocok untuknya kelak.

Sampai di pertengahan halaman dari buku harian, Karto mendapati tulisan dimana Srini bertemu dengan seorang pria yang ditemukan pingsan di tepi sungai dikira seperti seorang mayat. Setelah beberapa hari pria itu pulih, barulah ia tahu bahwa orang itu bernama Ardi, asal dari luar daerah yang entah bagaimana dibuang ke sungai dekat kebun kelapa hingga ditemukan bapaknya Srini—yang dimaksud bukan ayahnya yang sekarang. Karto baru tahu bahwa Ardi bukan orang asli daerah tempat tinggalnya. Di beberapa halaman selanjutnya lebih banyak bercerita bagaimana Srini menghabiskan waktu bersama Ardi hingga saling kenal satu sama lain. Lalu karena kedekatan antar keduanya, Srini mulai mengungkapkan isi hatinya bahwa dirinya tertarik dengan Ardi. Pun mengetahui pria itu punya perasaan yang sama. Akhirnya keduanya jatuh cinta dan mulai berpacaran.

Karto terkesiap di bagian itu. Jadi begitu cara orang dewasa menghabiskan waktu bersama pasangan hidupnya. Di buku menjelaskan apa saja hal yang membuat keduanya sangat bahagia ketika berduaan. Sepertinya ia harus meniru hal seperti ini juga. Dengan Carla? Tidak, Karto tidak setuju gadis kaya itu adalah kekasihnya.

Di halaman yang lain, diceritakan pula bahwa bapak—pertamanya—mengetahui kedekatan Srini dan Ardi hingga akhirnya sangat merestui hubungan mereka. Bahkan bapak Srini ingin segera menikahkan mereka. Namun di sisi berbeda, ibunya tampak tidak setuju dan Srini merasa bahwa ibunya berusaha menjauhkan gadis itu dan Ardi. Sempat beberapa hari menjelang pernikahan, Srini berterus terang pada ibunya. Gadis itu tau ibunya tidak setuju dengan dinikahi Ardi, karena ibunya menganggap Ardi hanya orang asing yang tak punya asal-usul dan tak punya keluarga dekat. Namun Srini sangat yakin mencintai Ardi dengan sepenuh hatinya.

Bagaimanapun, Srini tahu bahwa ibunya berbuat sesuatu pada Ardi. Namun tidak disangka juga bahwa ibu itu juga berbuat sesuatu pada bapaknya—Mulyono. Entah mengapa bapaknya mendadak pikun hingga lupa siapa Ardi dan acara pernikahan Srini dan calon suaminya itu. Srini sendiri berusaha agar pernikahan tetap berlangsung. Sampai malam jelang hari pernikahan, firasatnya sangat tidak enak seperti sebuah tragedi akan terjadi padanya atau pada Ardi. Hingga akhirnya semua rangkaian tulisan yang memenuhi buku harian itu berakhir dengan kalimat berikut.

A Light Far in SightWhere stories live. Discover now