"Qila!" Angkasa datang dan langsung merangkul bahunya. "Gue cariin taunya baru nyampe koridor, kantin yuk! Belum sarapan kan lo?"

"Udah." Qila melepas rangkulan Angkasa, menatap manik cowok itu lekat sebelum memutuskan pandangan. "Kamu aja."

"Kenapa? Takut ke kantin gara-gara tatapan mereka?" Angkasa berbisik, mendekatkan tubuhnya kembali hingga parfumnya dapat tercium jelas. "Kan gue udah bilang mulai sekarang lo bisa lawan mereka."

"Aku gak suka kantin aja." Qila tersenyum kecil. "Sana ke kantin, aku mau langsung ke kelas."

"Pelajaran pertama sampai istirahat jamkos, guru lagi rapat buat siapin akreditasi."

Bagai tak mendengar penolakan Qila sebelumnya, Angkasa justru menarik tangan Qila cepat dan membawanya menuju kantin.

"Masa udah mau hampir 3 bulan sekolah lo belum pernah makan di kantin?"

Sebenarnya dulu pernah, pertama kali masuk sekolah Qila pernah menginjakkan kakinya di kantin, tapi suasana yang menyambutnya kurang menyenangkan, dan itu meninggalkan memori buruk dalam pikirannya.

"Temenin gue makan aja kalo gitu," ujar Angkasa, lelaki itu tersenyum sekilas, tangan yang tergenggam olehnya di elus pelan, sangat pelan. "Gak usah perduliin omongan orang, kadang gak semua hal harus lo pikirin."

"Woi Angkasa!" Senyum Angkasa kian terbit begitu seseorang menyapanya saat baru memasuki kantin.

"Lo inget dia, kan?" tunjuk Angkasa pada gerombolan anak lelaki yang bajunya dikeluarkan, duduk di bangku pojok, suara tawa mereka menguar hampir memenuhi isi kantin.

Qila mengangguk sekali, sebelah tangan yang tak digenggam Angkasa meremas tali tasnya, nampak gugup karena sepertinya Angkasa akan duduk bersama gerombolan anak itu.

Bukan, Qila tidak pernah menganggap mereka jahat hanya dari penampilannya saja. Hanya saja mereka terlihat seperti siswa yang dapat menonjok siapapun yang membuat masalah dengan mereka.

"Oh Qila, kan?" Ipang, cowok dengan rambut yang kini gondrong itu menunjuk wajah Qila, tersenyum cerah. "Tumben amat lo bawa cewek lo makan disini."

"Biasanya juga gak mau di ganggu," timpal yang lain.

Angkasa hanya memberikan cengiran kecil. "Sesekali dong biar kenalan sama orang lain."

"Nah gini makan bareng, jangan berduaan mulu di bawah tangga."

Wajah Qila terasa panas mendengar ledekan dari Ipang. Ia mengeratkan genggamannya pada Angkasa.

"He udah udah nanti nangis anaknya," sergah Angkasa, "Makanan gue udah dipesenin belum?"

"Noh." Seseorang datang sambil membawa semangkok bubur ayam dan langsung memberikannya pada Angkasa.

Sadar dengan kebingungan Qila, Angkasa berdeham dan menunjuk satu persatu temannya. "Yang ini lo udah tau kan namanya Ipang?"

Qila mengangguk. "Nah yang bawain gue bubur tadi namanya Galih, kalau yang cungkring itu namanya Agung."

"Wooo kupret!" Anak yang Angkasa sebut Agung itu mendengus namun tak ayal tertawa.

"Yang itu Reska sama yang satu lagi Yoga."

Mereka yang dikenalkan oleh Angkasa tersenyum hangat menyambut tatapan Qila. Sedangkan gadis itu hanya bisa menganggukan kepala, masih memproses apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Angkasa malah membawa Qila menemui teman-temannya seperti ini.

"Sini duduk gak usah canggung." Angkasa menepuk bangku disebelahnya, ia dengan telaten membantu Qila melepas tas dan menyimpannya di dekat tubuhnya, tentu saja perilaku itu mengundang godaan dari semua teman Angkasa.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now