d e l a p a n

Mulai dari awal
                                    

Anya seketika terbatuk di tempat. Ia melirik Bian yang sepertinya tidak mendengar percakapan keduanya.

Ini tidak bisa dibiarkan!

Anya melirik Bian dengan mata memicing, sedangkan di tempatnya duduk, Bian hanya menarik salah satu alisnya ke atas sambil asik merokok.

Anya kembali mengalihkan pandangannya ke arah Joilin yang kembali asik bermain air dan bebek bebekan.

"Bisa bisanya duda satu itu ngomong aneh aneh di depan anaknya!" Gerutu Anya.

"Kayaknya gue mulai percaya omongan Joilin yang katanya Papabi itu buaya darat deh!" Lanjutnya.

"Papabi emang buaya darlat. Kata Om Sarga, Papabi punya buyung yang suka terlbang kesana kemari!" Bisik Joilin sembari melotot.

Anya langsung menutup bibirnya terkejut.

"Apa?!" Pekik Anya tak percaya.

Ia kembali melirik ke arah Bian yang kini sedang memainkan ponselnya sembari sesekali bibirnya tersungging.

Joilin mengangguk dengan cepat, ia menatap Anya dengan penuh kejujuran.

"Cini Joiyin bisikin!" Joilin menarik rambut Anya kencang, membuat Anya memekik kecil.

"Pelan pelan anjir. Botak rambut gue lama lama." Dumel Anya pelan, membuat Joilin tertawa senang.

Plis! Cukup anak doang yang suka menyiksa Anya!  Jangan sampek bapaknya juga!

"Papabi itu Lifeboy." Bisik Joilin.

"A-apa?" Anya sedikit tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Joilin.

"Ck! Makanya lajin lajin kolok kuping dong, Nyanya." Joilin julid mode on.

Anya memang harus menyiapkan stok kesabaran sebanyak mungkin untuk menghadapi Joilin yang super duper julid ini.

"Papabi itu lifeboy." Bisik Joilin lagi.

"Playboy?" Anya membenarkan perkataan Joilin yang teramat melenceng.

Joilin langsung mengangguk cepat.

"Joiyin duyu, dikenalin cama pacar Papabi, ceminggu ada tujuh!" Tapi tangan Joilin membentuk angka tiga.

Anya tersenyum lebar dengan paksa. "Ini tiga, Joilin."

Joilin terdiam sebentar. "Aduh, kayaknya Joiyin yupa ingatan garla garla acap kemarin deh."

Boleh gak sih, Anya karungin ini bocah, terus lempar ke rawa-rawa?

***

"Joilin sudah tidur?" Bian berhenti sebentar tepat di depan pintu masuk kamar Joilin.

Anya yang baru saja keluar dari kamar Joilin mengangguk, "sudah pak."

Anya menatap penampan Bian yang terlihat jauh lebih muda dan fresh. Kalau begini, Bian mirip seperti anak SMA yang lagi mau nongkrong.

Kaos hitam, celana sobek sobek, jaket yang di sampirkan asal di pundaknya, dan aroma tubuh pria itu membuat Anya  tergoda dengan aroma parfum Bian.

"Kenapa?" Tanya Bian, saat mendapati Anya menatapnya dengan tidak biasa.

Aduh! Anya tuh suka jadi cacing kepanasan kalo liat yang menggoda begini!

"Hehe, gapapa pak." Anya menggeleng cepat. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Bian tertawa renyah, melihat tingkah Anya.

Tangannya bergerak untuk mengusap puncak kepala Anya dengan lembut.

"Pipinya jangan merah, Anya. Kan jadi pingin saya cubit."

CUBIT AJA PAK! CUBIT! KALO PERLU GINJAL SAYA BAPAK CUBIT!! ATAU MAU YANG LAIN PAK?!

"Bapak mau kemana? Ini udah malam lho." Tanya Anya.

"Mau main sama anak anak." Jawab Bian.

"Anak anak? Bapak punya anak selain Joilin?!" Pekik Anya terkejut.

Bian menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang, menatap Anya.

"Maksudnya teman teman saya, Anya." Bian mengurungkan niatnya untuk keluar, ia malah berjalan menghampiri Anya yang baru saja menghela nafas lega.

Bian berhenti tepat di depan Anya. Ia sedikit menundukan kepala, saat Anya mendongak menatapnya.

Bian menatap mata Anya sembari menyunggingkan senyum tipis.

"Anak saya hanya Joilin, tapi— kalau kamu mau memberi saya anak, malam ini juga bisa." Bisik Bian.

"UHUK! JOIYIN KECELEK GAJAH! HUWEK!"

🦛🦛🦛

RUN ANYA RUN!

Wujud asli bian sudah terpampang nyata disini. Warning, menjauh! ❌

Bagaimana dengan chapter ini?

Minta tolong ya, kalau vt aku lewat beranda tiktok, bantu di komen dan salin link, terimakasih 💖💖

Spam komen next disini 1K !

Spam komen Lanjut disini 1K!

Spam komen Bian disini 700!

Spam komen Anya disini 700!

Bad Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang